Istana Tepis Kampanye: Pembagian Sembako Ada di Pemerintah Sebelumnya

9 April 2018 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moeldoko kuliah umum di Universitas Negeri Padang (Foto: Dok. KSP)
zoom-in-whitePerbesar
Moeldoko kuliah umum di Universitas Negeri Padang (Foto: Dok. KSP)
ADVERTISEMENT
Sejumlah pihak, khususnya partai yang berseberangan dengan Jokowi menuding bahwa pembagian sembako yang dilakukan Presiden Joko Widodo saat ini adalah bagian dari kampanye terselubung. Andi Arief hingga Fadli Zon mempertanyakan keterlibatan perangkat negara dalam pembagian sembako untuk rakyat.
ADVERTISEMENT
Namun hal tersebut dibantah oleh Kepala Staf Presiden Moeldoko. "Padahal kan enggak (kampanye), enggak ada upaya itu," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (9/4).
Moeldoko menjelaskan pembagian sembako ini sebetulnya sudah ada sejak pemerintahan sebelumnya. Namun kemasan untuk sembakonya berbeda.
"Ada, sebelum pemerintahan ini juga sudah seperti itu, dulu (tempat sembako) warnanya gini, sekarang warnanya gini," lanjut dia.
Tak hanya itu saja, pembagian sembako pada pemerintahan sekarang berbeda dengan dulu. Moeldoko menuturkan mungkin saja yang dulu hanya sekadar membagikan sembako ke masyarakat.
"Masing-masing berbeda, kalau yang dulu mungkin momentumnya pokoknya dibagi, kebetulan sekarang Presiden datangi satu tempat sehingga dibagi, jadi itu mungkin itu menjadi perhatian," ucap Moeldoko.
ADVERTISEMENT
Walau begitu tujuan pemerintah sebelumnya dan saat ini dalam pembagian sembako ke masyarakat itu sama. Hanya saja metode yang membedakan.
"Tapi intinya adalah sebenarnya, sama pemerintahan sebelumnya juga memberikan bantuan-bantuan seperti itu, hanya metodenya berbeda, tapi kan sama saja," imbuhnya.
Moeldoko lalu menjelaskan keterlibatan aparat keamanan saat Jokowi membagikan sembako. Adanya aparat keamanan itu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang diinginkan.
"Jadi ada Polisi, Danramil, Babinsa tujuannya, karena ini ada massa besar, jangan-jangan nanti ada yang pingsan, meninggal, kan ini bisa terjadi," tutur Moeldoko.