Isu Sapi Liar Jadi Pembahasan di Pemilu India 2019

6 April 2019 5:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sapi bersantai di kandang freestall barn di peternakan Greenfields. Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sapi bersantai di kandang freestall barn di peternakan Greenfields. Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
ADVERTISEMENT
Kebijakan Perdana Menteri India Narendra Modi soal perlindungan sapi dianggap memusingkan masyarakat pedesaan. Masalah kebijakan itu kembali muncul menjelang pemilihan umum di India yang jatuh pada 11 April 2019 nanti, saat Modi mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
ADVERTISEMENT
Aturan tersebut dibuat karena sapi merupakan hewan suci bagi pemeluk agama Hindu di India. Namun, aturan itu justru membuat masyarakat bingung karena tidak bisa melakukan apa-apa saat sapi liar datang dan merusak perkebunan.
"Kami telah mencoba segala cara. Memasang orang-orangan sawah dan kawat berduri, tapi hewan-hewan yang tersesat ini tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menggerogoti tanaman kami," kata salah satu petani, Raghuvir Singh Meena, dilansir AFP, Sabtu (5/4).
"Mereka (pemerintah) memainkan politik mereka. Mereka tidak peduli dengan petani miskin," kata imbuhnya.
Sebenarnya, sebelum Modi berkuasa, penyembelihan dan konsumsi daging sapi sudah dilarang di Rajastan dan bagian India lainnya. Namun, di era Modi, aturan tersebut diketatkan dan hukumannya ditambah.
Akibat aturan itu pula, para petani lebih memilih meninggalkan sapi mereka yang sudah tua dan lemah daripada menjualnya untuk disembelih. Hal ini menyebabkan ada banyak sapi yang tertabrak di jalan dan mendatangkan malapetaka di daerah pedesaan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2015, tercatat ada lebih dari 550 orang tewas akibat kecelakaan yang melibatkan sapi liar. Namun, karena tidak ada yang berani menyentuh para sapi liar, akhirnya masalah tersebut dibiarkan begitu saja.
“Tidak ada cukup tempat penampungan sapi. Yang ada di sana, mereka begitu penuh sesak sehingga setiap hari ada satu hewan mati,” kata mantan kepala desa Distrik Churu, Sumer Singh Punia.
“Kami orang Hindu, kami tidak ingin menyakiti sapi, tapi kami tidak sanggup memelihara dan memberi makan begitu banyak yang tersesat ketika kami sendiri sedang berjuang untuk hidup,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala sebuah yayasan sosial bernama Gramya Bharat Jan Chetna Yatra, Sandeep Kajla, mendesak agar masalah sapi liar ini masuk dalam pembahasan partai-partai politik di pemilu.
ADVERTISEMENT
"Satu peternak dapat memelihara satu hewan. Tapi di sini, sapi berkeliaran dalam ratusan," kata dia.