Jadi Driver Ojek Online Itu Berat

14 April 2018 13:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susahnya menjadi driver ojek online (Foto: Lolita Valda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Susahnya menjadi driver ojek online (Foto: Lolita Valda/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi driver ojek online ternyata tidak semudah yang dikira. Mudah, itu kata pertama yang terlintas ketika saya diminta untuk merasakan pengalaman sehari menjadi driver ojek online. Tinggal antarkan penumpang dan makanan, dapat uang dan bonus juga lagi. Gampang kan?
ADVERTISEMENT
Tapi itu sebelum merasakan jadi driver ojek online. Selasa (10/4) lalu, menjadi pengalaman pertama berkendara dengan jaket hijau dan nama Grab di punggung. Seharian menjadi driver ojek online, total 6 kali orderan saya dapat. Jelas tidak banyak, jauh dari bayangan awal yang kira-kira mendapat 10 kali orderan.
“Baru dapat lima mas,” jawab saya, ketika ditanya oleh seorang driver lain. Order keenam saya dapat sewaktu menuju pulang.
“Wah udah lumayan mas, saya baru dapat dua,” kata driver yang bernama Adit.
Percakapan itu terjadi sekitar pukul enam sore. Adit yang baru mendapat dua kali orderan itu keluar rumah pada siang menjelang sore. Jauh lebih awal saya yang memulai perjalanan jadi driver ojek online dari pukul 10 pagi. Tentu wajar kalau saya dapat lebih banyak penumpang.
ADVERTISEMENT
Tapi sore itu, Adit lumayan banyak berkeluh kesah. Menurutnya, hari itu tidak biasanya sulit mendapat penumpang di tempat ramai, yakni stasiun. Saya pun merasakan hal yang sama, hampir satu setengah jam lamanya menunggu di Stasiun Tangerang sama sekali tidak ada penumpang yang naik. Padahal saat itu waktunya para pekerja kantor pulang.
“Anyep banget emang mas hari ini,” keluh Adit. merupakan istilah yang dipakai para driver untuk menggambarkan sepinya order yang masuk.
“Iya mas, saya dari tadi juga di sini enggak ada yang dapat,” jawab saya.
“Masnya baru jadi Grab?” tanya Adit
“Iya”
“Udah pernah dapat order ke stasiun?”
“Belum mas, tadi langsung ke sini,” jawab saya.
Ternyata itu yang menjadi salah satu alasan saya sulit mendapat penumpang. Menurutnya, apabila di aplikasi kita belum pernah ada riwayat di satu tempat tertentu akan sulit mendapat penumpang di tempat tersebut, dalam hal ini stasiun.
ADVERTISEMENT
“Susah mas kalau belum ada riwayat. Bakalan kalah sama yang lain,” jelasnya.
Yang lain jelas tidak sedikit, saat itu jumlahnya puluhan driver sudah mengantre menunggu penumpang di dekat Stasiun Tangerang.
Persoalan riwayat dan saingan dengan driver bukanlah satu-satunya penyebab sulitnya mendapat penumpang. Selama sehari menjadi driver ojek online, terhitung saya sudah tiga kali menolak order yang masuk. Bukan sengaja, tapi lebih karena kecerobohan.
Karena motor yang digunakan tidak menggunakan penyangga ataupun kantong HP, maka HP saya letakkan di dashboard motor. Apesnya, beberapa kali orderan masuk ketika posisi HP ada di dashboard. Untuk Grabbike, batas menerima orderan masuk adalah 15 detik, lebih dari itu driver akan terhitung menolak order.
Dampaknya, nilai performa driver akan menurun. Batas nilai performa driver adalah 60. Kurang dari 60, akan sulit driver menerima penumpang di hari yang sama. Itulah yang terjadi pada saya. Namun, nilai ini bisa naik kembali saat driver menerima dan menyelesaikan order.
ADVERTISEMENT
Rendahnya performa juga menjadi keluhan Iwan, driver ojek lain yang saya temui. Iwan bercerita, di hari sebelumnya ia terpaksa tidak mengambil penumpang karena hujan deras.
“Waktu itu lagi ujan gede, yang jauh ya terpaksa enggak saya ambil. Dampaknya ya performa turun terus,” kata Iwan.
Ia kemudian berbagi tips kepada saya. Menurutnya, jika ada order masuk namun dengan tujuan yang tidak kita kehendaki, lebih baik diterima dulu. Baru kemudian dinegosiasikan dengan penumpang.
“Ambil dulu aja mas. Baru kalau emang kita gak mau, kejauhan lah misalnya, bilang ke penumpangnya kalau lokasinya terlalu jauh jadi enggak bisa kita antar. Kalau ngomongnya baik-baik, mau kok mereka cancel,” jelas Iwan.
Seperti menolak, men-cancel order juga berpengaruh pada nilai performa. Maka sebaiknya hindari men-cancel order yang masuk.
ADVERTISEMENT
Keluhan lainnya yang diceritakan kepada saya adalah persoalan order fiktif alias opik. Order fiktif menurut Iwan amat merugikan bagi driver. Order fiktif adalah yang tidak jelas siapa pemesannya. Begitu pesanan kita terima, tidak ada lagi kelanjutan dari si pemesan. Akhirnya mau tidak mau driver lah yang men-cancel pesanan.
Lebih buruk lagi ketika order makanan. Karena ketika order makanan yang masuk, driver akan membelinya terlebih dahulu dengan uang mereka. Nah, kalau sudah dibeli ternyata fiktif? betapa ruginya mereka.
Saya satu kali mendapat pesanan makanan waktu itu. Sebelum menerima pesanan, saya diperingatkan oleh driver lain untuk menelpon konsumen terlebih dahulu untuk memastikan. Untungnya pesanan kali itu bukan fiktif.
Persaingan yang makin ketat dan trik-trik dari driver yang menggunakan aplikasi ilegal seperti “tuyul” juga jadi penyebab sulitnya mendapat penumpang.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari semua kesulitan tersebut, pada kenyataanya pekerjaan menjadi driver ojek online tetap menjadi pilihan bagi mereka yang membutuhkan. Bahkan, tak sedikit orang yang menjadi driver adalah mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetap, sebagai pilihan untuk penghasilan tambahan.