Janet Yellen Bicara Misteri di Balik Rendahnya Inflasi AS

22 November 2017 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Janet Yellen (Foto: REUTERS/Yuri Gripas)
zoom-in-whitePerbesar
Janet Yellen (Foto: REUTERS/Yuri Gripas)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Janet Yellen, menilai inflasi rendah yang terjadi di AS sepanjang tahun ini adalah sebuah misteri. Hal itu diungkapkan Yellen dalam sebuah dialog di New York University, Selasa (22/11) malam waktu AS atau Rabu (23/11) waktu Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tanggapan Yellen atas inflasi AS itu mencuat dalam perbincangan dengan mantan Gubernur Bank of England selama 10 tahun (2003-2013), Mervyn King. “Soal penyebab inflasi yang ada di kisaran 2% sepanjang tahun ini, lebih banyak misteri. Saya tak bisa mengatakan bahwa The Fed mengerti (penyebabnya) dengan terang,” katanya.
Dari pernyataan itu, pelaku pasar AS memproyeksikan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga setinggi perkiraan sebelumnya. Akibatnya, imbal hasil obligasi pemerintah yang berjangka panjang turun. Sebelumnya pada Selasa (21/11), imbal hasil obligasi berjangka 2 tahun ke atas, sudah turun ke level terendah dalam satu dekade.
Suku bunga acuan Federal Reserve saat ini ada di posisi 1,25%, sudah lebih tinggi dari setahun lalu yang ada di posisi 0,50%. Yellen ingin suku bunga dinaikkan lagi, namun inflasi yang terlalu rendah di AS menunjukkan kegiatan ekonomi masih lesu.
Gedung The Fed di kota Washington DC.  (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung The Fed di kota Washington DC. (Foto: Wikimedia Commons)
Menurut Yellen, data inflasi AS tiga tahun sebelumnya, lebih mudah dijelaskan. Menurutnya rendahnya inflasi pada 2014-2016, karena tingkat pengangguran masih tinggi sehingga pasar tenaga kerja lesu. Pada saat yang sama, harga minyak dunia turun dan kurs dolar terhadap mata uang lain menguat.
ADVERTISEMENT
"Pada periode itu, inflasi lebih rendah dari yang kita harapkan. Tapi hal itu tidak mengherankan. Kalau tahun ini mengejutkan," ujar Yellen seperti dikutip dari Reuters. Pada 2017, menurut Yellen, tingkat pengangguran lebih rendah, nilai tukar dolar dan harga minyak juga lebih stabil.
"Dugaan the Fed, ada berbagai macam faktor ‘istimewa’, yang sebagian besar bersifat sementara", paparnya. Dia menunjukkan peningkatan biaya perawatan kesehatan yang jauh lebih lambat dari yang diperkirakan, juga adanya penawaran paket data tak terbatas (unlimited) oleh operator selular akibat pembelian yang menurun tajam.
Meski demikian, Yellen optimistis inflasi di negaranya akan naik pada tahun depan. “Saat ini, mungkin ada sesuatu yang endemik yang perlu kita perhatikan." Dia menambahkan, para ekonomi dan pengambil kebijakan harus berpikiran terbuka dan tidak memonopoli kebenaran.
ADVERTISEMENT
Yellen menandaskan, membiarkan inflasi rendah yang dianggap sebagai anugerah oleh banyak orang, bisa berbahaya. Jika inflasi terus rendah, dan suku bunga acuan tak bisa melampaui 2%, maka tidak akan ada ruang kebijakan moneter yang cukup memadai untuk mengatasi pelemahan ekonomi. “Ini menjadi sangat berbahaya.”