Jangan Salahkan Enzo

14 Agustus 2019 6:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Enzo Zens Allie. Foto: Instagram @TNI_angkatan_darat
zoom-in-whitePerbesar
Enzo Zens Allie. Foto: Instagram @TNI_angkatan_darat
ADVERTISEMENT
Polemik calon taruna Akademi Militer (Akmil) keturunan Prancis, Enzo Zens Allie, terkait ideologi negara, telah selesai. TNI Angkatan Darat (AD) akan mempertahankan Enzo untuk mengikuti pendidikan di Akmil setelah melalui tes dan pemeriksaan ideologi.
ADVERTISEMENT
"Tentang salah satu taruna kami, Enzo, maka kami pun juga berusaha untuk objektif, kami ingin terbuka, membuka diri, kami tidak akan mengklaim bahwa alat ukur yang kami miliki itu sudah valid. Maka kami juga mengambil salah satu alternatif alat ukur yang memang selama ini sudah dikembangkan, digunakan cukup lama, akurasi, validasinya bisa dipertanggungjawabkan karena sudah digunakan selama 8 tahun," kata KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa, dalam jumpa pers di Gedung Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/8).
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa memberikan keterangan terkait polemik taruna Akademi Militer (Akmil) Enzo Zenz Allie. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan tes yang dilakukan itu, Enzo mendapatkan nilai 5,9 dari maksimal 7 untuk moderasi bernegara (ideologi). Tes dilakukan selama dua hari pada Sabtu (10/8) dan Minggu (11/8).
Andika meminta masyarakat untuk berhenti menghakimi Enzo. Ia berharap kerabat dekat Enzo dapat membantunya menejadi perwira TNI AD yang mampu menjaga keutuhan NKRI. Terlebih, Enzo telah lulus seleksi awal calon taruna.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami berharap orang tua, lingkungan dekat, adik-adik kita ini taruna akmil dan semua orang yang menyayangi mereka untuk membantu. Membantu mereka dalam perjalanannya," kata Andika.
Enzo bersama teman-temannya di Pesantren Al Bayan Anyer. Foto: Dok. Istimewa
Soal isu Enzo yang membawa bendera berkalimat tauhid, Andika meminta tak usah diperpanjang. Semua pihak harus membantu taruna berdarah Prancis itu mencintai tanah airnya dan Pancasila.
"Sehingga mereka benar-benar bisa menjadi perwira TNI AD yang memang sesuai dengan harapan yang bisa menjaga keutuhan NKRI. Yang bisa menjaga kehidupan beragama, yang beragama, yang bisa menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan persatuan, itulah harapan kami," ungkap dia.
Andika meyakinkan publik, bahwa TNI AD memiliki sistem pelatihan dan mekanisme untuk membina mental calon tarunanya. Jadi, tidak perlu khawatir soal Enzo yang disebut-sebut dekat dengan organisasi radikal.
Foto profile Enzo (taruna Akmil) yang membawa bendera Tauhid. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Andika, tanpa adanya bantuan dan dukungan dari kerabat dekat, tidak mungkin Enzo dapat menjadi taruna yang baik. Karena faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh untuk membentuk mental dan karakter seseorang.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami memang menggunakan alat ukur yang dimiliki oleh pihak lain. Tetapi kami yakinkan tim ini, tim yang sudah punya pengalaman dan sangat ilmiah karena merupakan hasil studi penyempurnaan berulang-ulang selama 8 tahun," kata Andika kembali menegaskan.
Andika menambahkan, pihaknya tidak hanya melakukan asesmen kepada Enzo saja. Beberapa taruna Akmil lainnya juga turut menjalani asesmen menggunakan metode dan penilaian yang sama.
"Jadi bukan hanya Enzo sendiri, kami lakukan beberapa, random, sama sekali tidak ada desain, kemudian self record yang bersifat eksplisit kemudian juga implisit association test atau test keterkaitan yang bersifat implisit maupun wawancara," ucap Andika.
Sementara, Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, memastikan Enzo sudah setia pada NKRI, sehingga tidak ada masalah yang perlu diributkan lagi. Namun begitu, Ryamizard tetap mewanti-wanti Enzo. Kalau dia kedapatan berideologi khilafah atau lainnya, maka harus keluar.
ADVERTISEMENT
“Kalau dia berubah, (kini) dia setia kepada NKRI, dia setia kepada Pancasila, tidak masalah,” ujarnya usai mengisi kuliah umum di UPN Veteran Yogyakarta, Selasa (13/8).
“Masalahnya kalau dia tetap mempertahankan khilafah dan lain-lain itu harus keluar. Tidak ada tawar-menawar lagi. Pancasila harus nomor satu,” ujar mantan KSAD ini.