Januari-Februari 2019, Korban Meninggal Akibat DBD Capai 180 Jiwa

11 Februari 2019 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Dinas Kesehatan menunjukkan nyamuk saat melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk. Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Dinas Kesehatan menunjukkan nyamuk saat melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk. Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi wabah tahunan yang melanda berbagai daerah di Indonesia. Laporan per Januari-Februari 2019, DBD menjadi salah satu penyakit paling mematikan, mencapai 180 korban meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan ketersediaan vaksin menjadi faktor penting penyebab tingginya angka kematian. Pasalnya, kata Nila, DBD di Indonesia adalah wabah dengan karakteristik virus yang mudah bermutasi, sehingga sulit ditangani dengan cepat.
"Jeleknya virus ini sering bermutasi. DBD itu ada empat. Konon di indonesia itu tipe empat. Makanya vaksin itu sulit dibuat karena dia (DBD tipe 4) berubah-ubah. Kalau dia berubah tapi kami bikin (vaksin) yang ini, belum tentu mempan," ujar Nila di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Senin (11/2).
Jumlah kasus dan kematian akibat DBD di awal 2019. Foto: Andesta Herli/kumparan
Data yang dirilis Kemenkes baru-baru ini memperlihatkan tren penurunan kasus DBD secara nasional. Dalam kurun 23 Januari sampai 2 Februari, hampir setiap harinya terjadi penambahan 400-1.500 kasus baru. Setelah itu, terhitung tanggal 3 sampai 8 Februari, penambahan maksimal hanya sampai 500 kasus per hari.
ADVERTISEMENT
Kemenkes juga merinci sudah ada 18.106 kasus DBD melanda Indonesia per Februari. Tertinggi berada di Jawa Timur dengan 3.024 kasus, disusul Jawa Barat dengan 2.461 kasus.
Jatim menjadi daerah dengan kematian tertinggi untuk wabah ini, yakni 52 jiwa. Sementara Jawa Barat sebanyak 16 jiwa.
Dan, untuk kasus terendah berada di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan 0 kasus juga Papua Barat yang hanya 14 kasus.
Menkes Nila Moeloek Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Nila mengimbau masyarakat terus meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan. Sebab, lingkungan menjadi faktor dominan penyebab meluasnya DBD di Indonesia.
"Lingkungan ini menyebabkan penyakit sampai 40 persen. Baru kemudian perilaku itu mendukung 30 persen. Kalau pelayanan, hanya mendukung 20 persen. Kami juga sudah imbau sejak lama. Kalau musim hujan akan datang, akan terjadi DBD, karena dia akan mencari genangan air," jelas Nila.
ADVERTISEMENT
Tren Menurun
Kemenkes bersama Dinas Kebersihan Lingkungan selama ini telah berkoordinasi untuk menanggulangi fenomena DBD. Sejauh ini, Nila menganggap kesadaran masyarakat dalam merespons DBD semakin meningkat. Menurutnya, penyebaran kasus DBD semakin hari berhasil ditekan.
"Kami dari Kemenkes sudah berulang kali mengingatkan. Dan kelihatannya memang sudah mulai disadari. Beberapa lingkungan yang kami perhatikan, angkanya juga sudah mulai menurun. Kemarin saya dapat kabar dari tanggal 23 Januari ke 8 Februari ini jumlahnya sudah menurun," pungkasnya.