Jejak Amir JI Para Wijayanto: Bom Bali hingga Teror Sukoharjo

1 Juli 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat rilis kasus pengadaan BBM jenis HSD di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (28/6). Foto: Nugroho sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat rilis kasus pengadaan BBM jenis HSD di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (28/6). Foto: Nugroho sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Para Wijayanto, pemimpin organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) berhasil ditangkap polisi pada Sabtu (29/6) di Bekasi, Jawa Barat. Para Wijayanto dibai'at sebagai Amir atau pemimpin setelah pada tahun 2007 JI dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan harus dibubarkan.
ADVERTISEMENT
Para merupakan orang yang ditakuti Noordin M Top. Ia anak dari pasangan Wikanto dan Ny Wuryaningsih. Wikanto adalah purnawirawan AURI Pangkalan Udara Kalijati. Para kelahiran Kalijati, Subang (Jabar) pada 8 Agustus 1964.
Karopenmas Div Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, JI berafiliasi dengan Al Qaeda, bukan terhadap ISIS. Oleh sebab itu, JI juga berbeda dengan jaringan terorisme Jamaah Ansarut Daulah (JAD).
Dedi juga mengatakan, Para memiliki rekam jejak yang cukup panjang dalam dunia terorisme. Pada tahun 2000, ia tercatat sebagai alumni angkatan ketiga dari pelatihan militer di Moro, Filipina. Usai keluar dari pelatihan militer, Para aktif dalam struktur organisasi JI.
“Keterlibatan rekam jejaknya cukup panjang. Tahun 2000 yang bersangkutan merupakan alumni dari pelatihan militer di Moro angkatan ke-3 tahun 2000. Dari situlah yang bersangkutan aktif di dalam struktur organisasi terorisme JI,” ucap Dedi di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (1/7).
ADVERTISEMENT
Para Wijayanto merupakan lulusan S1 Teknik Sipil disalah satu Universitas ternama di Jawa. Menurut Dedi, Para memiliki kemampuan merakit bom, dan memiliki kemampuan dibidang intelijen serta kemampuan militer lainnya.
Kemampuan ia dapat selama menjalani pelatihan militer. Atas kemampuan itulah, Para dibai'at sebagai pemimpin jaringan teroris Jamaah Islamiyah.
“Yang bersangkutan juga adalah lulusan S1 Teknik Sipil di salah satu universitas ternama di Jawa. Artinya dari sisi intelektual dari sisi kompetensi yang bersangkutan memiliki kompetensi untuk merakit bom, Kemampuan kemampuan intelijen dan kemampuan-kemampuan militer lainnya selama dia mengikuti pelatihan itu cukup komprehensif,” ujarnya.
“Sehingga yang bersangkutan dibai'at sebagai pimpinan JI. Yang bersangkutan dari rekam jejak, juga aktif di dalam berbagai macam kejadian terorisme yang ada di Indonesia,” sambungnya.
Monumen Bom Bali dikenal pual sebagai Monumen Panca Benua atau Monumen Tragedi Kemanusiaan Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Para, lanjut Dedi, juga tercatat terlibat dalam kasus terorisme di Indonesia, seperti Bom Bali, Bom Kedubes Australia hingga kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
“Mulai dari kasus bom Bali tahun sebelumnya itu 2000 itu ada bom natal kemudian ada bom yang ada di duta besar Australia, dan yang bersangkutan aktif ketika terjadi kerusuhan di poso, mulai dari 2005 sampai 2007,” terangnya.
“Karena dia memiliki kemampuan di bidang intelejen, dia juga memberikan masukan-masukan yang ada di Poso, saat ini mereka proporsinya ada di Mujahidin Indonesia Timur mensuplai senjata, kemudian di 2007, yang bersangkutan juga mengetahui menyita kurang lebih menyita 1 ton bahan peledak dan bom di Sukoharjo. Kemudian yang bersangkutan juga saat kejadian kerusuhan di Poso juga sebagai pendukung baik operasional dan logistik selama tahun 2005 dan 2007,” lanjut Dedi.
Dedi juga menyebut, sepanjang tahun 2013 hingga 2018, Para melalui organisasinya berhasil mengirimkan orang untuk mengikuti program latihan militer di Suriah. Tercatat, ada 6 gelombang yang telah ia berangkatkan. Polisi masih mendalami berapa banyak yang berhasil diberangkatkan ke Suriah.
ADVERTISEMENT
“Selain itu yang bersangkutan juga sepanjang 2013 dan 2018 sudah mengirim orang-orang yang berhasil direkrut untuk mengikuti program latihan maupun langsung praktek di Suriah. Sudah ada 6 gelombang yang diberangkatkan,” ungkapnya.
Tim Inafis Polres Sukoharjo melakukan olah tempat kejadian perkara ledakan di Pospam Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (4/6). Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Meski begitu polisi telah berhasil menangkap terduga teroris jaringan JI usai pulang latihan militer sejak bulan Mei. Jaringan JI, lanjut Dedi, juga terus melakukan komunikasi dengan organisasi teroris di negara lain.
“Untuk tersangka PW (Para Wijayanto) bersama jaringannya di Indonesia juga melakukan kegiatan-kegiatan aksi terorisme internasional dibawah bendera Al Qaeda, kemudian terus menjalin komunikasi dengan terorisme regional yang ada di Filipina dan juga berkomunikasi dengan pecahan-pecahan kelompok Al Qaeda di Pakistan, Afghanistan dan beberapa negara,” pungkasnya.
Ilustrasi Teroris Foto: Shutter Stock