Jejak Hitam Haji Muslim, Pelapor Baiq Nuril

26 November 2018 14:19 WIB
comment
19
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Mataram. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Mataram. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Raut muka Haji Muslim belakangan lesu. Tak ada semangat seperti biasanya ketika memasuki kantor Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Mataram. Siang hari, lelaki berusia 57 tahun tak terlihat di pondokan bambu depan kantor itu, tempat biasa ia dan pegawai lain bercengkerama.
ADVERTISEMENT
Lalu, Muslim seperti lenyap ditelan bumi pada Kamis (22/11). Tak seorangpun rekan di ruang Bidang Kepemudaan Dispora Mataram melihatnya. Padahal Muslim tercatat mengepalai bidang itu.
“(Dari kemarin) Kelihatannya tidak bersemangat,” ujar salah satu rekan kerja Muslim yang tidak mau disebut namanya ketika kumparan menyambangi ruang Kepala Bidang Kepemudaan Dispora Kota Mataram di Jalan Lingkar Selatan No. 9 Kota Mataram.
Rekan-rekan kantor Dispora Kota Mataram maklum dengan perilaku Muslim hari itu. Seminggu belakangan ia tampak tertekan seiring dengan menguatnya simpati publik terhadap Baiq Nuril Maknun, mantan anak buahnya kala ia menjabat kepala sekolah SMA 7 Mataram.
Perempuan itu dijatuhi hukuman penjara 6 bulan dan denda Rp 500 juta oleh Mahkamah Agung karena melanggar Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) gara-gara laporannya ke Polres Mataram pada 2015 silam.
Liku Perkara Hukum Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Liku Perkara Hukum Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Vonis terhadap Nuril adalah kemenangan Muslim. Tiga tahun lalu ia melaporkan Nuril karena menyebar rekaman pembicaraannya melalui telepon. Tetapi aksi dukungan terhadap Nuril telah menyudutkan Muslim dengan dugaan kasus pelecehan seksual dan perzinahan. Sebab rekaman itu berisi kisah hubungan badan Muslim dengan pegawai perempuan di SMAN 7 Mataram yang bukan istrinya.
ADVERTISEMENT
Berbagai pernyataan sikap dukungan kepada Nuril balik menuding Muslim sebagai pelaku pelecehan seksual verbal. Dukungan ini hadir di Lombok hingga Jakarta. Ujungnya, Nuril dan kuasa hukumnya balas melaporkan Muslim dengan Pasal 294 KUHP tentang perbuatan cabul ke Polda Nusa Tenggara Barat.
Tiap orang di sekeliling Muslim tak nyana dengan tudingan terhadap Muslim. Sebab, hampir tiap hari Muslim rajin mengajak rekan-rekan kerja untuk ibadah.
“Setiap jam salat selalu mengajak semua orang. ‘Usholli’ (melafazkan niat salat),” ujar salah seorang pegawai di kantor Muslim.
Mencari jejak hitam Muslim memang perlu kejelian. Hanya segelintir orang saja yang tahu perilaku hidung belangnya. Mereka pun memilih rapat menutup mulutnya.
Dayat misalnya, mantan siswa SMA 7 Mataram, telah mencium gelagat tak baik perilaku Muslim. Ketika ia menjadi ketua OSIS SMA 7 pada 2012, Muslim baru saja menjabat sebagai kepala sekolah di sekolahnya. Muslim punya kebiasaan cuek terhadap kegiatan siswa, bahkan jarang saling sapa.
ADVERTISEMENT
Namun ketika ada acara sekolah yang menggunakan pagar ayu (siswi yang berdandan untuk menyambut tamu), ia tiba-tiba saja aktif mengurus kegiatan. Beberapa siswi yang menjadi pager ayu selalu berurusan dengan kepala sekolah.
Tapi mereka mengeluh kepada Dayat. Kata mereka, kepala sekolah selalu menggoda dan memegang-megang tangan.
“Mereka digoda terus, dipegang tangannya terus. ‘Males ah, masuk ke sana (ruang kepala sekolah) lagi’, katanya gitu. Cuma saya nggak tahu itu benar atau nggak ya. Saya nggak punya buktinya,” tutur Dayat ketika dihubungi kumparan pada Rabu (21/11).
Dayat pun lantas membantu para siswi untuk menghadap Muslim. Ia menggantikan para siswi untuk datang ke ruang kepala sekolah demi menyelesaikan urusan mereka, seperti pemberian uang sewa baju.
ADVERTISEMENT
Kasak-kusuk cerita miring soal Muslim mudah sekali merebak apalagi di kalangan siswa. Namun karena tak ada aduan, maka cerita itu hanya menjadi gosip saja.
Dayat sendiri tak menyangka jika urusan dengan Muslim justru menyeret Baiq Nuril ke tahanan. Ia mengenal baik Nuril karena ruangannya dekat dengan lobi dan selalu berpapasan jika sedang mengurus kegiatan siswa.
“Iya, kadang anaknya juga main sama kita. Anak-anak OSIS kan memang sering nongkrong di lobi. Kebetulan di lobi deket sama ruang TU,” jelas Dayat.
SMAN 7 Mataram tempat Baiq Nuril pernah bekerja. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SMAN 7 Mataram tempat Baiq Nuril pernah bekerja. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
Sepak terjang Muslim terlalu lama dimaklumi. Makanya jika ada pegawai atau guru perempuan yang dekat dengannya selalu berakhir dengan gosip tak enak. Nuril pun sempat kena getahnya.
ADVERTISEMENT
Nuril termasuk tenaga honorer yang cukup sering berurusan dengan Muslim. Ia bersama bendahara sekolah berinisial 'L' sering diajak kerja lembur di ruangan Muslim.
Keluarga Nuril mulai tak nyaman ketika dirinya terlalu sering pulang malam dengan alasan lembur. Kakak Nuril, Baiq Fitriani, mengaku pernah menyemprot Muslim ketika mengantar pulang Nuril pukul 10 malam.
“Inget nggak? Dia itu punya anak, punya suami!” amuk Fitriani kepada Muslim.
Muslim, pelapor Baiq Nuril. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Muslim, pelapor Baiq Nuril. (Foto: Dok. Istimewa)
Apalagi Nuril kemudian mengetahui benar hubungan Muslim dengan L. Suatu hari, mereka bertiga kerja lembur di Hotel Puri Saron, Senggigi. Nuril datang bersama anaknya, Rafi, dan L menggunakan taksi.
Namun baru saja lembar kerja dalam laptop hendak disentuh, Muslim menyuruh Nuril dan anaknya pergi karena ia akan bicara empat mata dengan L perihal keberangkatan ke Jakarta. Ketika kembali ke kamar, Muslim pun lantas menunjukkan bekas spermanya kepada Nuril di atas ranjang.
ADVERTISEMENT
Muslim juga sering menelepon Nuril bercerita pengalamannya berhubungan badan. Jika telepon tak diangkat atau Nuril tak memberikan suara, Muslim memaksa bahkan kalau perlu memarahinya ketika di sekolah.
Tak hanya itu, ajakan untuk berhubungan badan pernah juga dilontarkan Muslim kepada Nuril dengan iming-iming motor Mio. Tawaran itu terucap sepulang dari Jakarta beberapa tahun lalu dan pernah diulang sekali lagi di depan seorang rekan pegawai lainnya.
Perilaku inilah yang menamatkan karier Muslim sebagai kepala sekolah kala itu. Rekaman ini sampai ke pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mataram. Ia dicopot dari dari jabatan kepala sekolah.
Baiq Nuril saat wawancara eksklusif dengan kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Baiq Nuril saat wawancara eksklusif dengan kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Tapi kondisi nonjob ini hanya berlaku sesaat. Muslim dialihkan menjadi pengawas sekolah. Lantas ia dipromosikan sebagai Kepala Sie Pendidikan Anak Usia Dini pada 2016.
ADVERTISEMENT
Setahun kemudian ia sudah duduk sebagai Kepala Bidang Pemuda di Dispora Kota Mataram, jabatan Muslim saat ini. Sementara Nuril dikeluarkan dari sekolah, sempat ditahan selama 2 bulan 3 hari, dan mesti menjalani proses hukum yang begitu panjang.
Menilik Kasus Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menilik Kasus Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Rekam akademis Muslim cukup mengagumkan, ia menggenggam gelar Master of Education dari sebuah kampus di kota Geelong, Australia. Bekal ijazah Australia ini membuat Muslim dianggap pegawai senior di bidang pendidikan.
Ia mampu menduduki jabatannya saat ini melalui proses lelang oleh Walikota Mataram. “Kalau bagus konditenya ya bisa naik jadi Kabid,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Matara Suhartini ketika dihubungi kumparan, Sabtu (24/11).
Namun jejak hitam Muslim kian susah dihapus saat Nuril melaporkannya pelecehan seksual ke Polda NTB pada Senin minggu lalu. Sekretaris Daerah Mataram Effendi Eko Saswito mengaku tim penegakan disiplin kepegawaian masih menimbang sanksi untuk Muslim.
ADVERTISEMENT
"Tapi, untuk saat ini kami belum berani menyebutkan sanksi apa yang akan diberikan sebelum adanya hasil telaah staf, dan keputusan dan PPK," kata Effendi di Balai Kota Mataram, Rabu (21/11).
Upaya kumparan mencari Muslim beberapa kali menemui jalan buntu. Pintu rumahnya di Kampung Bugis Ampenan, Mataram, selalu tertutup rapat. Ketukan pintu pada Jumat (23/11) lalu tak dijawab. Ia hanya memberikan pesan tak mau berkomentar ketika ditelepon pada Kamis (22/11).
“Begini mas. Mohon maaf. Terima kasih kebaikan mas ya. Semoga Allah membalas kebaikan mas dengan yang lebih baik. Untuk sementara saya belum bisa memberikan statement apa-apa. Mohon jaga saya. Saya belum mau ngomong tentang apa-apa. Terima kasih nggih. Mohon maaf. Terima kasih. Assalamualaikum Wr Wb,” kata Muslim.
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya di Liputan Khusus kumparan: Baiq Nuril Melawan.