Jemaat Gereja Santa Maria soal Tragedi Bom: Kami Sudah Maafkan

20 Mei 2018 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jemaat beribadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jemaat beribadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tidak banyak yang berubah dari kegiatan misa di gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya 1 Surabaya. Ibadah berlangsung khidmat dan tepat waktu seperti minggu-minggu sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Padahal, satu pekan lalu, sebuah tragedi ledakan bom berlangsung memprihatinkan di gereja ini. Darah, serpihan kaca dan konstruksi bangunan menyatu dengan serpihan tubuh manusia. Suasana kacau balau diselingi teriakan minta tolong dari sejumlah korban.
Namun, pagi tadi, Gereja ini telah berbenah dengan cepat. Beberapa kerusakan di sana-sini sudah direnovasi. Tempat ini kembali (tetap) menjadi jujukan sejuk dan menentramkan bagi umat kristiani yang memanjatkan doa.
Situasi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Situasi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Pukul 07.15 WIB, silih berganti pengunjung dengan usia yang bervariasi, mempercepat jalannya menuju ke dalam. Mayoritas jemaat terlihat cukup tenang meskipun sesekali menunjukkan sorotan waspada. Mereka hendak bersiap mengikuti jalannya misa sesi kedua.
Salah satu jemaat ialah Silvia Henny. Dia mengaku tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan untuk beribadah. Semua kejadian sudah ditangani oleh petugas termasuk pengamanan.
ADVERTISEMENT
"Memang ada beberapa orang di lingkungan kita yang kena juga, tapi tidak ada apa-apa. Kita sudah maafkan dan tidak ada yang berubah," ujar Silvia kepada kumparan.
Situasi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Situasi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Silvia yang datang bersama anak dan suaminya untuk mengikuti misa pagi, mengaku hanya ingin fokus beribadah secara khusyuk seperti setiap minggunya.
Hal senada dirasakan oleh Lucas, jemaat sekaligus pelayan gereja itu memang awalnya sempat trauma. Pasalnya, saat peristiwa ledakan, keselamatannya hanya setipis sehelai rambut.
Biasanya dia bertugas membagikan salinan buku untuk jemaat di pintu depan atau sekitar 10 meter dari ledakan. Namun, saat itu kebetulan dia masuk ke dalam untuk mengambil salinan tambahan yang habis. Saat hendak kembali ke depan itu terjadilah ledakan.
Situasi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Situasi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Namun, kini dia sudah mulai tegar. Dia yakin peristiwa demikian keji tidak lagi terjadi. Meski begitu dia mengakui masih selalu waspada. "Untuk ibadah kembali saya tidak takut dan khawatir. Hanya kami masih berbelasungkawa kepada rekan jemaat lain yang menderita luka dan meninggal," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang hampir sama juga berlangsung di Gereja Pantekosta Pusat (GPP) Sawahan. Kondisi jemaah tetap ramai mencapai seribu orang meski misa digelar di Tenda Darurat yang dipersiapkan dalam semalam. Tidak tampak raut kecemasan atau ketakutan yang berlebihan.
Jemaat beribadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jemaat beribadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
"Ibadah tadi kami merasa aman. Karena sudah banyak petugas yang berjaga. Tidak ada kecemasan sama sekali hanya saja masih bersedih ditinggalkan teman tercinta kami satu jemaat gereja," ujar Novy.