JK: Banjir dan Longsor di Gowa Akibat Daerah Aliran Sungai Rusak

27 Januari 2019 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla usai memimpin rapat di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. (Foto: Nadia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla usai memimpin rapat di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. (Foto: Nadia Riso/kumparan)
ADVERTISEMENT
Rusaknya daerah aliran sungai (DAS) Bawakaraeng disinyalir menjadi pemicu banjir dan longsor di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai hal tersebut diakibatkan banyaknya pohon yang ditebang dan diganti dengan tanaman lain.
ADVERTISEMENT
"Ini masalah dua hal. Masalah cuaca yang tentu tidak bisa kita kontrol. Tapi yang terjadi adalah kerusakan di hulu, kerusakan di DAS (Daerah Aliran Sungai) Bawakaraeng (Gowa). Karena itu, maka harus kita perbaiki baik secara aturan siapa yang melanggar, siapa yang bikin, katakanlah tanaman-tanaman yang tidak sesuai untuk dicabut," kata JK saat memimpin rapat koordinasi penanggulangan banjir bandang dan longsor di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Minggu (27/1).
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memimpin rapat di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. (Foto: Nadia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memimpin rapat di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. (Foto: Nadia Riso/kumparan)
JK meminta pemerintah provinsi maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera mengganti tanaman di Bawakaraeng dengan tanaman yang bersifat menyerap air. Sebab, kata JK, selama ini, pohon-pohon di kawasan tersebut malah diganti dengan tanaman jagung yang tidak bisa menyerap air.
ADVERTISEMENT
"Daerah-daerah yang (berlokasi) ketinggian tapi ditanami tanaman yang bisa menimbulkan longsor kayak jagung itu akan diusahakan diganti dengan tanaman keras yang membantu lingkungan. Nanti gubernur dan BNPB tentu akan membantu. Kemudian kerusakan-kerusakan yang terjadi pada masyarakat akan dibantu sesuai dengan aturan yang ada. Dibantu, bukan diganti semua," tuturnya.
"Ini makan tempo. Itu perbaikan di atas itu butuh tiga tahun, karena itu baru dibibitkan, ditanami. Tapi harus dari sekarang. Pak gubernur dan BNPB, tentu nanti dari (Kementerian) Kehutanan sama-sama akan diperbaiki lingkungan DAS-nya Bawakaraeng itu," jelasnya.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meninjau Jembatan Tanakaraeng yang putus. (Foto: Nadia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meninjau Jembatan Tanakaraeng yang putus. (Foto: Nadia Riso/kumparan)
Terkait peninjauannya di Bendungan Bili-Bili, JK memastikan tidak ada masalah dengan bendungan tersebut. Namun, kata JK, debit air sungai tidak dapat dibendung karena faktor tingginya curah hujan, serta akibat sedimentasi yang disebabkan kerusakan dari hulu.
ADVERTISEMENT
"Kenapa sedimentasi? Karena kerusakan lingkungan itu di hulu, jadi ini sebab akibat. Jadi naik air tidak terlalu besar, (tapi) langsung luber (karena ada sedementasi). Kemudian karena itu maka di atasnya diperbaiki," ujarnya.
Karena itu juga, JK menganggap perlu dibangun bendungan lain untuk membantu Bendungan Bili-Bili mengontrol arus air sungai di sana. Tahun ini, pemerintah akan membangun bendungan tambahan untuk mengontrol debit air di sana.
"Tapi juga akan ada lagi bendungan baru, harus dibikin. Sudah direncanakan, mudah-mudahan tahun ini bisa mulai pekerjaan. (Nama bendungannya) Bendungan Jenelata," pungkasnya.
Tim relawan mengevakuasi warga korban banjir di Kelurahan Paccerakkang, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (22/01/2019). (Foto: ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)
zoom-in-whitePerbesar
Tim relawan mengevakuasi warga korban banjir di Kelurahan Paccerakkang, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (22/01/2019). (Foto: ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)
Laporan BNPB per Minggu mencatat korban meninggal dunia yang menerjang Sulsel mencapai 68 orang. Sebanyak 188 desa terdampak di 71 kecamatan yang tersebar di 13 kabupaten/kota. Yakni, wilayah Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap , Bantaeng, Takalar, Selayar, dan Sinjai.
ADVERTISEMENT
Adapun kerusakan fisik meliputi 550 unit rumah rusak (33 unit hanyut, 459 rusak berat, 30 rusak sedang, 23 rusak ringan, 5 tertimbun). Selain itu, 5.198 unit rumah terendam, 16,2 km jalan, 13.326 hektare sawah dan 34 jembatan, 2 pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, 8 fasilitas pemerintah, dan 65 unit sekolah rusak.
Berikut rincian dari dampak bencana di 13 kabupaten/kota sebagai berikut:
1. Gowa tercatat 45 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, 46 orang luka-luka, 2.121 orang mengungsi, 10 rumah rusak dimana 5 rusak berat dan 5 tertimbun, 604 rumah terendam, dan 1 jembatan rusak.
2. Kota Makassar tercatat 1 orang meninggal, 2.942 orang terdampak, 1.000 orang mengungsi, 477 rumah terendam.
ADVERTISEMENT
3. Soppeng tercatat 1.672 ha sawah terendam.
4. Jeneponto tercatat 14 orang meninggal, 3 orang hilang, 3.276 orang mengungsi, 470 rumah rusak (438 unit rumah rusak berat, 32 hanyut), 15 jembatan, 1.304 ha sawah terendam, dan 41 sekolah rusak.
5. Barru meliputi 2 unit pasar, 1 fasilitas pendidikan, 1 fasilitas pemerintahan.
6. Wajo tercatat 2.705 orang terdampak, 2.421 rumah terendam, 16,2 km jalan, 2.025 Ha sawah terendam, 9 jembatan rusak, 10 fasilitas peribadatan, 21 fasilitas pendidikan, 5 fasilitas pemerintah mengalami kerusakan.
7. Maros tercatat 4 orang meninggal, 1200 orang terdampak, 251 orang mengungsi, 552 unit rumah terendam, 8.295 ha sawah, 1 fasilitas peribadatan rusak.
8. Bantaeng tercatat 1 unit rumah rusak sedang.
ADVERTISEMENT
9. Sindrap: 1 unit rumah rusak sedang
10. Pangkep tercatat 1 orang hilang, 28 rumah rusak, 1 fasilitas peribadatan dan 1 fasilitas pendidikan rusak.
11. Takalar tercatat 2 orang meninggal, 1129 rumah terendam
12. Selayar tercatat: 2 orang meninggal, 109 mengungsi, 53 rumah rusak yairu 15 rusak berat, 28 rusak sedang, 9 rusak ringan dan 1 rumah hanyut, 2 fasilitas pemerintahan, 1 jembatan, 1 fasilitas pendidikan.
13. Sinjai tercatat 2 rumah rusak akibat puting beliung.