JK: Pemilu Ibarat Pertandingan Badminton, Salah Smash Lawan Curi Poin

10 Desember 2018 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wapres JK di Rakornas Bawaslu di Hotel Mercure, Ancol. (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wapres JK di Rakornas Bawaslu di Hotel Mercure, Ancol. (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden HM Jusuf Kalla sempat berkelakar keadaan politik menjelang pemilu itu seperti permainan badminton. Apabila saat smash, kok keluar dari garis atau tersangkut di net, lawan akan dapat poin.
ADVERTISEMENT
Sama seperti di politik, apabila politisi bicaranya benar maka lawan tak akan kritik. Begitu juga dengan sebaliknya, apabila politisi bicara salah maka lawan bisa mengkritik.
"Politik itu kalau musimnya pemilu seperti badminton. Kita dapat menang di badminton itu kalau smash masuk," kata JK di acara Rakornas Bawaslu di Hotel Mercure, Jakarta Utara, Senin (10/12).
"Tapi kalau smash nyangkut keluar atau ke net, yang dapat poinnya lawan. Kalau mau ngomong benar atau ada isu, benar-benar, kalau begitu isunya salah itu langsung dikritik habis. Dan itu poin, bisa jadi (lawan) menang," lanjut dia.
Rakornas Bawaslu di Mercure Hotel, Jakarta Utara, Senin (10/12). (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rakornas Bawaslu di Mercure Hotel, Jakarta Utara, Senin (10/12). (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
Berpolitik jelang pemilu perlu berhati-hati. Sebab, kata JK, terlalu keras menyerang atau melakukan smash, kok badminton bisa keluar lapangan. Hal tersebut tentu menguntungkan bagi lawan.
ADVERTISEMENT
"Menyerang terlalu keras bisa keluar, out. Yang dapat poinnya lawan. Nah itu kira-kira situasi pemilu di Indonesia nanti yang perlu diawasi. Jadi yang menentukan wasit," ucap JK.
Rakornas Bawaslu di Mercure Hotel, Jakarta Utara, Senin (10/12). (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rakornas Bawaslu di Mercure Hotel, Jakarta Utara, Senin (10/12). (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
Di hadapan peserta rakornas, JK mengatakan Bawaslu perlu melakukan pengawasan terhadap hal tersebut. Sama halnya seperti badminton, ada wasit yang mengawasi jalannya pertandingan.
"Bawaslu ini di samping mengawasi, (seperti badminton) di samping menjaga lapangan, pengawasnyakan lima. Di samping pemain diawasi, pengawasnya lima, coba bayangkan itu," bebernya.
JK lalu menjelaskan anggota Bawaslu mempunyai etika untuk independen dan mengawasi siapa saja yang salah. Selain itu anggota Bawaslu harus mencari kebenaran.
"Begitu anda masuk Bawaslu anda mempunyai etika untuk berada di sisi independen dan mengawasi siapa yang salah, cari kebenaran. Maka begitu pemilu berhasil maka salah satu andalannya berhasil," tutur JK.
ADVERTISEMENT