JK Singgung Terorisme di Sidang PBB: Jangan Cuma Dikecam, Tapi Dicegah

24 September 2019 11:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat pidato intervensi dalam pertemuan Tingkat Tinggi Sustainable Ocean Economy. Foto: Dok. Setwapres
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat pidato intervensi dalam pertemuan Tingkat Tinggi Sustainable Ocean Economy. Foto: Dok. Setwapres
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyinggung soal terorisme di Sidang Umum PBB di New York, AS. JK menjelaskan bahwa ancaman terorisme dapat menyebar dengan cepat lewat internet.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu JK mengajak sejumlah negara untuk menangkal terorisme, serta melakukan pencegahan penyebaran paham tersebut di dunia maya.
"Tidak ada negara yang imun dari ancaman terorisme, Indonesia berkeyakinan bahwa kerjasama internasional yang inklusif harus dilakukan," kata Jusuf Kalla dalam keterangannya, Selasa (24/9).
"Kita tidak boleh hanya mengecam namun juga mendorong perubahan dan aksi nyata," serunya.
Di hadapan sejumlah delegasi, JK kemudian bercerita terkait tragedi Christchurch di Selandia Baru. Aksi sadis yang terjadi tersebut merupakan salah satu cara untuk membangkitkan islamofobia.
Untuk menangkal islamofobia, JK meminta seluruh negara yang hadir dalam Sidang PBB untuk bertindak melakukan pencegahan sejak dini, mengadakan dialog antar agama hingga membudayakan hidup damai antar sesama.
Menurutnya, ada beberapa hal cara mencegah paham radikal hingga terorisme. Salah satunya yakni peningkatan patroli siber hingga penegakan hukum yang kuat untuk para pelaku teror dan penyebar radikalisme.
ADVERTISEMENT
"Penegakan hukum harus diperkuat terhadap kejahatan penyebaran konten radikal," pesannya.
"Patroli siber serta mekanisme penanganan aduan konten juga harus diperkuat," sarannya.
Berkaca dari tragedi Christchurch, menurut Jusuf Kalla hal tersebut memperlihatkan fakta bahwa internet dapat menjadi alat bagi teroris untuk memperlihatkan aksi dan menyebarkan pahamnya.
Oleh sebab itu ia berharap raksasa penyedia jasa internet termasuk media sosial memantau aktivitas para penggunanya. Jangan sampai internet jadi sarana menyebarkan paham radikal dan terorisme.
"Raksasa platform digital dunia harus memastikan mekanisme tidak digunakannya media digital sebagai sarana menyebarkan konten radikal," paparnya.