Johan Budi: Thomas Lembong dan Pratikno di Belakang Pidato Jokowi

22 Oktober 2018 9:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).  (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
Tawa dan aplaus menyambut kata ‘winter is coming’ yang diucap Presiden Jokowi kala ia menyampaikan pidato pembukaan pada pertemuan tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). Frasa yang dicupliknya dari serial drama fantasi tayangan HBO, Game of Thrones, menjadi pembukanya untuk menggambarkan kondisi ekonomi dunia.
ADVERTISEMENT
Serial ini bercerita mengenai pergumulan bangsawan Great Houses berebut singgasana Iron Thronetakhta besi yang menjadi tempat tertinggi Seven Kingdom. Masalah tambahan muncul karena bahaya mengancam tanpa disadari oleh para bangsawan yang tengah berebut kuasa. Kekuatan dari utara―Evil Winter―berniat membuat Seven Kingdom menjadi beku.
“Tidak penting siapa yang menduduki singgasana Iron Throne. Yang penting adalah mengalahkan bersama Evil Winter agar bencana global tidak terjadi,” ucap Jokowi.
Jokowi menggambarkan Great Houses sebagai negara-negara maju di kancah persaingan ekonomi global. Menurutnya, mereka pantas diingatkan soal ancaman global seperti pemanasan global dan sampah plastik.
“Apakah saat ini waktu yang tepat untuk rivalitas dan kompetisi, ataukah saat ini waktu yang tepat untuk kerja sama dan kolaborasi,” sambung Jokowi.
ADVERTISEMENT
Saat pidato Presiden RI itu berakhir, pemimpin dunia dan organisasi keuangan dunia memberikan standing ovation. Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde memuji pidato Jokowi dengan menyebutnya telah menaikkan standar pidato pemimpin dunia.
Pidato kreatif dengan menukil cerita sinema sudah berkali-kali dilakukan Presiden Jokowi di forum internasional. Misalnya pada World Economic Forum on ASEAN di Hanoi, Vietnam pada 12 September 2018, Jokowi mencuplik ucapan tokoh dalam film Avengers, Thanos.
Lalu pada ASEAN-Australia Business Forum di Sydney, Australia, pada 17 Maret 2018, Jokowi juga mengutip serial politik House of Card yang ditayangkan Netflix.
Pidato sinematik ala Jokowi ini memang khas. Lalu, siapa yang ada di belakang penyusunan naskahnya?
Menurut Johan Budi Sapto Pribowo, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi, pidato presiden di forum IMF-Bank Dunia di Bali turut disusun oleh Mensesneg Pratikno Kepala BKPM Thomas Lembong.
ADVERTISEMENT
Mereka bekerja sama dengan Staf Khusus Presiden Bidang Politik dan Pers Sukardi Rinakit, dan Staf Khusus Presiden Bidang Politik dan Pemerintahan Ari Dwipayana. Sukardi dan Ari memang bertugas menyusun pidato presiden secara reguler.
Kepala BKPM Thomas Lembong. (Foto: Facebook/Tom Lembong)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKPM Thomas Lembong. (Foto: Facebook/Tom Lembong)
“Yang di Bali itu ide awalnya dari Pak Jokowi sendiri, kemudian diterjemahkan oleh menterinya dan dibantu Pratikno dan Thomas Lembong,” kata Johan Budi.
Senada, sejumlah sumber kumparan juga menyebut nama Kepala BKPM Thomas Lembong sebagai penyusun naskah pidato Game of Thrones ala Jokowi. Kebetulan, Thomas Lembong pernah menjabat CEO perusahaan ekuitas yang berinvestasi di jaringan studio BlitzMegaplex, dan kerap menonton berbagai review film.
Soal ide di balik penyusunan pidato kekinian Jokowi itu dipaparkan Johan Budi kepada kumparan, Kamis (18/10). Berikut petikan wawancaranya.
Johan Budi di Nusa Dua, Bali (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Johan Budi di Nusa Dua, Bali (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Siapa di balik pidato Jokowi pada forum IMF-WB di Bali?
ADVERTISEMENT
Ide kreatif itu muncul dari Pak Presiden sendiri. Kemudian diterjemahkan oleh pembantunya, di antaranya (yang) membuat pidato itu para menterinya. Misalnya kayak waktu di Vietnam yang Thanos, Avengers, dan kemudian di Bali, Game of Thrones.
Yang menerjemahkan ide kreatif itu menterinya, waktu di Bali itu (Mensesneg) Pratikno dan (Kepala BKPM) Thomas Lembong. Tetapi ide awalnya memang Presiden. Bahannya bisa dari Tom, Pratikno, bisa gabungan, bisa dari (Staf Khusus Presiden) Sukardi Rinakit dan Ari Dwipayana.
Presiden ini kan memang kreatif, kekinian, dan mencoba untuk membawa ide-ide kekinian, terutama untuk konsumsi orang-orang muda. Itu ide-ide yang muncul dari beliau sendiri.
Kepala BKPM Thomas Lembong. (Foto: Instagram/@tomlembong)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKPM Thomas Lembong. (Foto: Instagram/@tomlembong)
Jadi orang-orang di balik pembuat naskah pidato Presiden itu siapa saja?
ADVERTISEMENT
Tim pembuat pidato kenegaraan itu di antaranya Ari Dwipayana, Sukardi Rinakit, Thomas Lembong, dan Pratikno. Misalnya (mau buat pidato), nah dari ide Presiden kira-kira diberi gambaran begini, kemudian diterjemahkan oleh Sukardi Rinakit atau Ari Dwipayana, kadang bisa Tom Lembong juga.
Sejak kapan mereka ditunjuk sebagai penulis naskah pidato Jokowi?
Yang pasti sejak Presiden menjabat. Thomas Lembong sejak gabung di kabinet, kalau Sukardi ikut dari awal saat Jokowi jadi presiden. Ari Dwipayana sama.
Presiden Joko Widodo di Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).  (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo di Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal)
Apa efek pidato Jokowi itu bagi internasional dan nasional?
Kebetulan saya juga di Bali saat acara itu, seperti Direktur IMF, Presiden World Bank, dan Sekjen PBB yang juga datang saat itu. Mereka memberikan apresiasi positif. Bahkan waktu Pak Presiden pidato itu standing ovation itu sampai dua kali.
ADVERTISEMENT
Lalu Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menyampaikan bahwa pidato Presiden Jokowi ini menjadi acuan dan standar pidato pemimpin dunia. Artinya, di dunia internasional Pak Jokowi mendapatkan tempat dan dianggap.
Sinema dalam Pidato Jokowi. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sinema dalam Pidato Jokowi. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Apakah gaya pidato dengan menyisipkan pop culture seperti itu efektif di forum Internasional?
Kemarin kan audiensnya dunia internasional. Ada gubernur bank sentral berbagai negara, menteri keuangan berbagai negara, dan kepala negara. Nah, pesan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi itu menggunakan metafora yang kekinian dengan mengandung pesan-pesan yang cukup mendalam.
Kemarin itu yang ia sampaikan, seperti film Game of Throneswinter is coming, dan pesannya: percuma perebutan kekuasaan seperti Iron Throne. Jadi Anda menjadi pemenang itu percuma. Nah, konteks peperangan di sini tentu peperangan global, apakah itu ekonomi atau politik.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks peperangan itu, pesan yang disampaikan oleh presiden dengan metafora cerita film Game of Thrones adalah: percuma menjadi pemenang dalam sebuah peperangan kalau hasilnya nanti dunia akan hancur juga. Jadi pemenang maupun yang kalah itu percuma, dapatnya ya dunia yang hancur.
Oleh karena itu, dia mengimbau pada seluruh negara di dunia untuk saling bahu-membahu membantu, karena krisis global bisa saja datang lagi―yang dia umpamakan sebagai winter is coming. Jadi pesan itu disampaikan dengan cara kekinian tanpa menghilangkan makna.
Jokowi's Game of Words (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi's Game of Words (Foto: kumparan)
Apakah Jokowi sempat menonton Game of Thrones?
Saya enggak tahu. Belum tahu apakah Presiden menonton Game of Thrones atau tidak. Saya tidak bisa memastikan itu. Tapi yang pasti ide-ide kreatif itu sering muncul dari presiden, dan menterinyalah yang menerjemahkan.
ADVERTISEMENT
Apakah gaya populer kekinian semacam itu akan jadi pakem pada setiap pidato Jokowi?
Saya enggak bisa meramalkan. Tapi yang pasti, dua kali di forum internasional Presiden menggunakan pakem-pakem kekinian.