Jokowi dan Prabowo Takut Hadapi Debat Pilpres?

8 Januari 2019 12:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keakraban Jokowi dan Prabowo di Monas. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keakraban Jokowi dan Prabowo di Monas. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ring pertarungan Pilpres 2019 tampaknya dianggap jadi medan 'mati-matian' dua rival lama, Joko Widodo vs Prabowo Subianto. Masing-masing seperti mengukur jangan sampai ada insiden yang membuat mereka tumbang sebelum bertanding. Salah satunya yang dikhawatirkan adalah debat pilpres.
ADVERTISEMENT
Ya, agenda saban 5 tahunan itu kini dianggap ancaman . Ada dua polemik yang membuat kedua capres dinilai takut menghadapi debat. Pertama, untuk pertama kalinya pertanyaan debat dibocorkan lebih dulu kepada capres-cawapres atas permintaan kedua timses dan diamini KPU.
Kedua, KPU membatalkan program sosialisasi visi misi sepekan sebelum debat, karena kedua timses tak bersepakat soal siapa yang akan paparkan visi misi. Timses Prabowo-Sandi minta yang paparkan langsung capres-cawapres, timses Jokowi-Ma'ruf ingin yang paparkan cukup timses saja.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman didampingi Tim Kampanye Nasional (TKN) Paslon 01, dan Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Paslon 02, saat penetapan moderator debat Pilpres 2019 di Gedung KPU RI, Jakarta, Jumat (28/12). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman didampingi Tim Kampanye Nasional (TKN) Paslon 01, dan Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Paslon 02, saat penetapan moderator debat Pilpres 2019 di Gedung KPU RI, Jakarta, Jumat (28/12). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Polemik itu bisa jadi wajar, karena jauh sebelum itu sudah muncul isu kedua timses sebetulnya tidak ingin ada debat. Serius? Wacana itu mengemuka dalam rapat tertutup bersama KPU, meski akhirnya saling bantah. Padahal, debat tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu sebagai agenda yang wajib digelar.
ADVERTISEMENT
"Pihak mereka takut debat. 02 (nomor urut Prabowo-Sandi) itu takut debat. Tidak mau ada debat. Hanya mau penyampaian visi-misi. Yang minta pertama kali ada kisi-kisi itu pihak mereka," ucap Arya Sinulingga di Posko Cemara, Jakarta Pusat, Senin (7/1).
Timses Prabowo-Sandi menepis tudingan takut debat. Justru mereka menantang ada sosialisasi visi misi tanggal 9 Januari, lalu debat 17 Januari. Soal visi misi, tim Prabowo justru menyindir timses Jokowi karena tak berani mengajukan capres-cawapres sebagai pemapar.
"Loh, debat pilpres itu kan sudah dijadwal 5 kali. Iki piye Sinulingga Arya ini. Kan visi misi, 5 kali penyampaian debat itu kan tidak punya kesempatan untuk eksplorasi secara mendalam indepth visi misinya," kata Koordinator Jubir Prabowo-Sandi, Dahni Anzar, Senin (7/1).
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah lalu menyebut pembatalan sosialisasi visi misi ini sebagai skandal. Sementara membocorkan soal dari panelis sebelum debat dianggap sebagai ajang hafalan, bukan perdebatan.
"Kita seperti mengarah kepada penyederhanaan yang hanya disepakati di antara mereka. Rakyat jadi tidak penting," kritik Fahri Hamzah.
Apakah Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi memang takut berdebat?
Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi di pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon presiden dan wakil presiden pemilihan umum tahun 2019 di KPU. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi di pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon presiden dan wakil presiden pemilihan umum tahun 2019 di KPU. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
"Saya pikir enggak, apalagi Pak Prabowo terbiasa berdebat. Bang Sandi juga begitu, enggak ada masalah saya pikir," ucap Dahnil Anzar, Senin (7/1).
"Saya usulkan tidak perlu teman-teman gusar lho kok dibocorkan pertanyaannya. Kalau sudah jadi keputusan ya sudah kita laksanakan saja, yang penting apakah pertanyaan itu bisa membawa kepada satu sudut bahwa capres cawapres bisa mengekplorasi kediddayaannya visi, mimpi besarnya untuk republik ini yang dia cintai," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Timses Jokowi-Ma'ruf juga membantah takut 'adu tinju' melawan Prabowo. Toh, Jokowi sudah sering menghadapi debat sejak bertarung untuk menjadi wali kota Solo, gubernur DKI Jakarta, dan presiden RI.
"Ngapain takut, diplintir, diarahin takut debat atau apa, yang pasti yang takut debat mereka," kata Arya Sinulingga.
"Kita oke dengan (pertanyaan dbocorkan). Kita ini kan ada ini ayok namanya bermusyawarah ya sudah. Visi misi tahap pertama ya sudah di luar debat timses saja, dalam debat pun disampaikan visi misi. Di setiap debat 5 kali ada visi misi," imbuhnya.
Pilpres 2019 Jadi Tak Menarik
Jokowi (kiri) dan Prabowo (kanan) di Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi (kiri) dan Prabowo (kanan) di Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno, menyebut Pilpres 2019 menjadi tidak lagi menarik setelah debat yang harusnya jadi momentum rakyat memberi penilaian, sudah disiapkan sedemikian rupa.
ADVERTISEMENT
"Pilpres ini paling aneh. Dua kandidat saling serang, tawuran, tapi menghadapi debat enggak maksimal. Ini enggak ada yang spesial, enggak ada suprise. Apa yang ditunggu? Semua sudah by design, semua disiapkan, dan sudah bisa diprediksi jawabannya bagus-bagus," kritik Adi Prayitno, Selasa (8/1).
Adi menyebut debat Pilpres 2019 seperti lomba cerdas cermat era orde baru yang jawabannya sudah diberi tahu di awal. Tak hanya itu, Pilpres 2019 juga dinilai akkhirnya hanya jadi ajang untuk sekadar menggugurkan kewajiban UU soal KPU harus menggelar debat.
ADVERTISEMENT
"Sentimen politik memang luar biasa di medsos, kalau enggak hati-hati di debat bahaya. Makanya dua kandidat setujui dua pendekatan itu. Soal diberi jauh-jauh hari biar enggak kepeleset. Padahal debat ditunggu orisinalitasnya," paparnya.
"Ini pilpres yang aneh, jadi tidak menarik," tegasnya.
Jadwal Debat Pilpres 2019. (Foto: Nunki Pangaribuan/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Jadwal Debat Pilpres 2019. (Foto: Nunki Pangaribuan/kumparan )