news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jokowi soal Hoaks Azan Hilang Jika Terpilih Presiden: Tidak Beradab

25 Maret 2019 23:52 WIB
Capres 01 Jokowi hadiri kampanye terbuka di Jember, Jawa Timur. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres 01 Jokowi hadiri kampanye terbuka di Jember, Jawa Timur. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
ADVERTISEMENT
Capres 01 Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung serangan hoaks yang menimpa dirinya dalam Pilpres 2019. Jokowi mengungkit hoaks yang menyinggung ke segala sektor, mulai dari pendidikan agama, larangan azan hingga pernikahan sesama jenis.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu sekarang, di bawah yang kabarnya, kabar fitnah yang namanya kabar hoaks terus di media sosial, dan sudah masuk ke pintu-pintu dari rumah ke rumah. Apa yang harus kita lakukan? Kabar bohong, hoaks, kabar fitnah harus kita lawan bersama-sama," kata Jokowi dalam kampanye terbuka di Stadion Jember Sport Garden (JSG), Jawa Timur, Senin (25/3).
"Saya beri contoh, kalau Jokowi-Ma'ruf menang, pendidikan agama akan dihapus, (itu) bohong, fitnah, hoaks jangan percaya. Tolong ini direspons dan segera diluruskan kabar-kabar seperti itu. Kalau menang, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender), perkawinan sesama jenis akan diperbolehkan, (itu) bohong, hoaks, bohong," imbuhnya.
Suasana kampanye terbuka Capres 01, Jokowi di Jember, Jawa Timur. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
Menurutnya, hoaks menghilangkan suara azan di Indonesia merupakan hal yang mustahil dilakukan. Apalagi, kata dia, Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar.
ADVERTISEMENT
"Karena negara ini adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia yang penuh dengan norma dan nilai agama dan penuh dengan tata krama dan etika, tidak mungkin. Ini cara-cara politik yang tidak beradab, tidak beretika," ujar Jokowi.
"Oleh sebab itu, saya titip agar kalau ada isu-isu seperti itu, diluruskan dan disampaikan bahwa itu kabar bohong, tidak benar," ucapnya.
Selain itu, Jokowi juga menyinggung pengalaman dalam memimpin sebuah bangsa. Ia berharap masyarakat Jember tidak mempercayakan kepemimpinan kepada seseorang yang hanya sekadar 'coba-coba'.
"Saya dulu sebelum jadi wali kota, dari pengusaha, saya belajar dua tahun, betul dua tahun. Pemerintah di dunia usaha dan pemerintahan itu berbeda, berbeda. Apalagi mengelola negara butuh pengalaman. Oleh sebab itu, jangan diberikan kepada yang masih coba-coba," pungkasnya.
ADVERTISEMENT