news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jokowi Undang Praktisi Sosial Budaya, Minta Masukan soal Radikalisme

4 Juni 2018 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alissa Wahid. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Alissa Wahid. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo mengundang puluhan praktisi sosial dan budaya ke Istana Negara. Pertemuan digelar tertutup dengan agenda dialog mengenai pembangunan sosial budaya.
ADVERTISEMENT
Menurut cendikiawan muslim, Azyumardi Azra yang ikut dalam pertemuan, ada 42 orang praktisi dari sosial, budaya, dan agama yang hadir. Mereka bertemu Jokowi selama sekitar dua jam, sejak pukul 14.00 WIB. Beberapa praktisi yang hadir antara lain Komarudin Hidayat serta Alissa Wahid. Azyumardi menegaskan Jokowi banyak meminta masukan para praktisi soal radikalisme.
"Yang diperbincangkan dalam pengantarnya, Pak Jokowi meminta pemikiran, pandangan, meningkatnya intoleransi dan radikalisme. Ya itu yang paling penting. Kemudian soal kesenjangan ekonomi dan pengangguran yang sering dilihat orang-orang sebagai peningkatan intoleransi," kata Azyumardi Azra di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/6).
"Kemudian juga yang bisa merusak ketahanan, sosial, budaya itu adalah kenaikkan harga kebutuhan bahan pokok. Juga kesenjangan antar daerah dan wilayah," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Dari 42 orang itu, yang berkesempatan memberikan masukan ada 12 orang salah satunya Azyumardi Azra. Azyumardi memberi masukan agar untuk menghadapi intoleransi yang terjadi di Indonesia harus dengan komprehensif.
Azyumardi Azra. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Azyumardi Azra. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
"Pemerintah harus memperkuat kembali koalisi sosial melalui misalnya saja pemantapan kembali semangat kebangsaan, kemudian juga kearifan lokal, juga penguatan Islam Wasatiyah," ucap Azyumardi.
Caranya melalui lokakarya di perguruan tinggi melalui para dosen, guru, kemudian juga ketua-ketua BEM. Karena memang mereka rentan terhadap intoleransi dan radikalisme.
"Terutama konsennya topiknya terkait peningkatan intoleransi, radikalisme," imbuhnya.
Sementara Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menegaskan dari pertemuan dengan para praktisi menegaskan Jokowi ingin ada masukan sebelum ia membuat sebuah kebijakan. Alissa pun memuji pertemuan ini
ADVERTISEMENT
"Itu kan memang penting sekali bagi seorang pemimpin untuk mendengar langsung dari para pakar. Apalagi yang ada di lapangan. Saya sangat mengapresiasi ya. Karena sebagian pemimpin memilih untuk dapat report dari bawahan tapi tak langsung berinteraksi, mendengar dari para praktisi gitu," tegas Alissa.
Dengan berdialog, Alissa berharap Jokowi bisa mengeluarkan kebijakan sesuai yang rakyat butuhkan.
"Jadi ini metode yang sangat oke untuk mendapatkan masukan yang paling penting sehingga kebijakannya bisa sesuai dengan kebutuhan masyarakat," tutur Alissa.