Jurnalis Rusia Anti-Putin Palsukan Pembunuhannya Sendiri

31 Mei 2018 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arkady Babchenko (Foto: Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Arkady Babchenko (Foto: Handout via REUTERS)
ADVERTISEMENT
Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di hadapan banyak wartawan di Kiev, Ukraina. Arkady Babchenko, seorang wartawan Rusia yang dilaporkan tewas dibunuh, tiba-tiba muncul di hadapan mereka dalam keadaan sehat walafiat.
ADVERTISEMENT
Babchenko sehari sebelumnya pada Selasa (29/5) dikabarkan tewas ditembak di dalam apartemennya. Jasadnya ditemukan oleh istrinya dalam keadaan bersimbah darah. Kematian Babchenko memicu kecaman terhadap Rusia yang dituding membunuh pengkritik Vladimir Putin ini.
Namun ternyata Babchenko masih hidup. Dikutip Reuters, dia mengaku terpaksa memalsukan kematiannya sendiri karena nyawanya terancam. Babchenko kabur ke Kiev setelah diancam di Rusia karena menyatakan tidak akan berbelasungkawa atas kematian tentara Rusia dalam jatuhnya pesawat militer.
Dia dikenal sebagai pengkritik keras pemerintahan Putin yang otoriter dan kebijakan Rusia ikut campur dalam konflik Ukraina dan Suriah.
"Saya ingin meminta maaf atas apa yang telah kalian lalui. Saya minta maaf, tapi tidak ada cara lain. Secara terpisah, saya meminta maaf kepada istri saya atas kengerian yang dia rasakan," kata Babchenko.
Arkady Babchenko (kanan) (Foto: Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Arkady Babchenko (kanan) (Foto: Handout via REUTERS)
Kehadirannya langsung disambut oleh sorakan para wartawan. Pasalnya berita kematian pria 41 tahun itu telah memicu ketegangan di kalangan jurnalis, sekaligus semakin memperburuk hubungan antara Ukraina dan Rusia.
ADVERTISEMENT
Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sebelumnya telah menyampaikan kecamannya atas pembunuhan Babchenko. Tudingan lantas mengarah ke Rusia yang sejak lama disebut berada di balik kematian para aktivis dan jurnalis anti-Putin. Pemerintah Kremlin membantahnya.
Babchenko mengatakan pemalsuan pembunuhan dirinya dilakukan atas skenario dari Badan Intelijen Ukraina, SBU. Tujuannya, agar orang yang merencanakan pembunuhan atas dirinya mengira telah berhasil, padahal gagal total.
Skenario ini dibentuk setelah SBU menerima bocoran adanya rencana membunuh 30 orang di Ukraina. Tidak disebut nama-namanya, tapi salah satunya adalah Babchenko. SBU telah menahan seorang pria Ukraina yang bekerja untuk Rusia untuk mencari pembunuh bayaran demi menghabisi nyawa Babchenko.
Pria ini mendapatkan uang USD 40 ribu (Rp 558 juta) untuk merencanakan pembunuhan. Sebanyak USD 30 ribu untuk pembunuhnya dan USD 10 ribu untuk dirinya atas jasa perantara. Dia juga telah membeli berbagai senjata, termasuk 300 senapan Kalashnikov, peluncur granat, dan bahan peledak.
Arkady Babchenko (dua dari kiri) (Foto: Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Arkady Babchenko (dua dari kiri) (Foto: Handout via REUTERS)
"Kami tidak hanya berhasil menggagalkannya, tapi juga mendokumentasikan persiapan kejahatan memalukan yang dilakukan oleh Rusia," kata kepala SBU Vasyl Hrytsak.
ADVERTISEMENT
Masih hidupnya Babchenko ditanggapi dengan gembira, namun tidak sedikit yang menyayangkan cara Ukraina memalsukan pembunuhan tersebut. Mereka khawatir kasus ini akan jadi bahan propaganda Rusia di masa mendatang.
"Reporters Without Borders menyatakan kemarahannya setelah mengetahui manipulasi dari badan intelijen Ukraina dilakukan sebagai bagian dari perang informasi. Sangat berbahaya bagi negara bermain dengan fakta, terutama menggunakan jurnalis," kata Christophe Deloire, sekretaris jenderal Reporters Without Borders.
Di Kiev, para jurnalis yang sebelumnya berkumpul di alun-alun Maidan untuk berbelasungkawa atas kematian Babchenko kini bersuka cita, membuka champagne.
"Itu adalah konferensi pers terbaik dalam hidup saya. Saya tidak pernah merasakan emosi seperti itu dalam acara resmi. Kami menyaksikan di studio TV, dan saya menangis, dan itu tangisan bahagia," kata seorang jurnalis Olga Musafirova.
ADVERTISEMENT
Jurnalis lainnya Sergiy Grishyn mengatakan "Babchenko harus memberi saya uang untuk pil yang telah saya beli" untuk meredakan stres.
Sementara Babchenko di akun Twitternya mengatakan baru akan "ketika saya berusia 96 tahun setelah berdansa di pusara Putin."
Arkady Babchenko (satu dari kanan) (Foto: Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Arkady Babchenko (satu dari kanan) (Foto: Handout via REUTERS)