Jusuf Kalla di Kampus Aisyiyah Yogya: Umat Islam Butuh Banyak Inovasi

10 Oktober 2019 14:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memberi kuliah umum di Universitas Aisyiyah, Yogyakarta, Kamis (10/9). Dia menyoroti kurangnya inovasi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, termasuk dari umat Islam.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, Jusuf Kalla di hadapan sejumlah mahasiswa meminta agar meningkatkan riset di perguruan tinggi.
"Pendidikan tinggi yang harus beri nilai tambah dari riset inovasi. Karena itu saya selalu bicara, baik ke Muhammadiyah, NU, bahwa apa yang kurang di umat ini? Keimanan (sudah) tinggi, jumlah umat banyak, pejabat banyak, politikus banyak, tapi yang harus, yang kurang adalah inovasi," kata Jusuf Kalla.
Dengan adanya inovasi, diharap ada nilai tambah, baik dalam ilmu pengetahuan maupun di peningkatan perekonomian. Tanpa inovasi, menurut Jusuf Kalla, universitas hanya mengajarkan dan mencetak pengangguran.
"Itulah dasar ilmu, inovasi dan nilai tambah. Tanpa inovasi nilai tambah, maka kita mengajarkan pengangguran," kata Jusuf Kalla.
Bicara soal inovasi, Jusuf Kalla bercerita soal pendidikan di AS. Di sana, pendidikan fokus pada inovasi bagi para pelajar maupun mahasiswa yang menimba ilmu. Sementara itu di sejumlah negara seperti Jerman, China, hingga Jepang pendidikan fokus pada kemampuan dan keterampilan.
ADVERTISEMENT
Jusuf Kalla ingin sistem pendidikan di Indonesia mengadopsi dua sistem tersebut. Berinovasi dan mengandalkan keterampilan.
"Di mana kita harus berada? Tentu kita harus berpikir dua-duanya harus berjalan. Program pemerintah yang akan datang mendidik keterampilan kita, maka tentu kemampuan menciptakan sesuatu," kata Jusuf Kalla.
"Karena itu, kenapa China bisa jadi industri di dunia, Jepang menghasilkan sesuatu, Korea menghasilkan sesuatu, Taiwan menghasilkan yang baik, itu karena pendidikan berbasis keterampilan," lanjutnya.