Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Kak Seto soal Dugaan Politisasi Sekolah: Anak-anak Mudah Dieksploitasi
ADVERTISEMENT
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menyoroti adanya dugaan politisasi siswa maupun sekolah. Menurutnya, hal itu terjadi karena anak-anak di usia sekolah mudah untuk dieksploitasi.
ADVERTISEMENT
"Karena anak-anak yang paling mudah dieksploitasi atau dipengaruhi, diperalat. Jadi misalnya karena takut, karena nurut, mungkin mudah dibujuk rayu dan sebagainya," ujar Seto usai mengunjungi SMAN 87 Jakarta, Rempoa, Jakarta Selatan, Rabu (17/10).
Pria yang akrab disapa Kak Seto itu meminta seluruh pihak untuk peduli dan ikut mengawasi anak-anak. Baik itu dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar.
"Di dalam keluarga misalnya, bukan hanya keluarga itu saja yang melindungi, kiri, kanan, tetangga kiri, kanan perlu melindungi. Di sekolah, bukan hanya guru, orang tua juga, mungkin lingkungan yang lain, RT, RW," jelasnya.
Selain itu, Seto juga meminta tindakan hukum yang tegas dari pihak berwenang agar politisasi di sekolah tidak kembali terjadi. "Yang penting ada law enforcement yang tegas, penegakan hukum yang tegas. Kalau memang salah, kalau melanggar UU, ya harus dikenakan sanksi. Prinsipnya itu," kata Seto.
ADVERTISEMENT
Adapun kunjungan Seto bersama Ketua Bawaslu DKI Muhammad Jufri ke SMAN 87 Jakarta kali ini untuk memotivasi para siswa agar tak terbebani dugaan politisasi di sekolah. Salah seorang guru agama SMAN 87 Jakarta, Netty Khairiah, diduga menyebarkan doktrin anti-Joko Widodo saat kegiatan belajar mengajar di ruang kelas.
Saat menampilkan video gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, Netty diduga membuat pernyataan ke para siswa bahwa bencana alam tersebut terjadi karena Jokowi. Nelty sudah mengklarifikasi hal tersebut ke Bawaslu DKI, Senin (15/10). Ia membantah telah melakukan hal yang dituduhkan.