Kala Diplomat Muda 'Melangun' Bersama Suku Anak Dalam, Jambi

12 April 2019 3:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Laki-laki Suku Anak Dalam beristirahat di tengah melakukan tradisi melangun ke hutan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Laki-laki Suku Anak Dalam beristirahat di tengah melakukan tradisi melangun ke hutan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Rombongan diplomat peserta Sekolah Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-63 Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengikuti kegiatan ‘melangun’ bersama Suku Anak Dalam desa Muara Kilis, Muara Tebo, Jambi. Kegiatan ini dilakukan agar para diplomat muda tersebut mengenal tradisi lokal Suku Anak Dalam.
ADVERTISEMENT
Dalam prosesi ini, serombongan laki-laki Suku Anak Dalam berjalan menyusuri semak-semak hutan. Satu orang berada paling depan terlihat meratap. Sambil sesekali ia berteriak, "Bapakku mati, bapakku sudah mati".
Lelaki itu diikuti dan dikejar-kejar oleh para lelaki lainnya. Mereka berusaha menahan laju si lelaki yang meratap, seolah berusaha meredam teriakan-teriakannya.
Sementara itu, sebanyak 33 diplomat muda menguntit rombongan Suku Anak Dalam dari belakang. Mereka ikut menelusuri semak-semak hutan, menjelajah dalam jarak sekitar 1 km bersama rombongan Suku Anak Dalam.
Setelah itu mereka pun kembali ke halaman Gedung Pusat Informasi Suku Anak Dalam.
Rumah pusat informasi suku anak dalam di Muara Tebo, Jambi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kegiatan melangun adalah suatu kegiatan khas Suku Anak Dalam di Jambi yang dilakukan dengan berjalan menjelajahi hutan. Wakil Tumenggung Suku Anak Dalam Desa Muara Kilis, Juki, mengatakan bahwa orang melangun karena baru saja kehilangan keluarga atau seseorang yang sangat dicintainya.
ADVERTISEMENT
“Teriakan itu tadi 'kan bilang ada kematian bapak, keluarganya, begitu. Itulah mengapa dia berlari-lari, karena sedih,” ungkap Juki saat mengobrol usai kegiatan melangun, Kamis (11/4).
Ketika melangun, seseorang biasanya diikuti oleh anggota masyarakat lainnya. Tujuannya adalah untuk menjaga agar orang yang bersedih itu tidak berbuat sesuatu yang buruk.
“Makanya, kalau orang melangun itu kita ikuti sama-sama, kita kejar 'kan. Mana tahu entah dia membawa pisau, lalu dia bunuh diri sendiri, 'kan,” tutur Juki.
Peserta diklat Sesdilu berfoto di hutan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kegiatan melangun bersama Suku Anak Dalam merupakan bagian dari agenda kunjungan rombongan diplomat ke Suku Anak Dalam. Para diplomat yang tidak begitu terbiasa dengan hutan tampak kepayahan berusaha menyesuaikan kecepatan langkah rombongan Suku Anak Dalam. Mski begitu, kegiatan tersebut memberikan pengalaman serta pemahaman baru bagi para diplomat.
ADVERTISEMENT
Selain melangun, para diplomat muda tersebut juga menghadiri sesi ritual ‘turun mandi’ Suku Anak Dalam.
Ketua Sesdilu Angkatan ke-63, Marissa, mengatakan bahwa yang diperlihatkan Suku Anak Dalam tersebut merupakan wujud kekayaan karakter dan budaya yang mereka miliki.
“Kesannya, kami senang bisa melihat langsung prosesi tersebut, berinteraksi dengan Suku Anak Dalam. Kami belajar bahwa budaya mereka kaya dengan karakter tersendiri. Mereka punya set of rules and culture yang menjadi acuan hidup lestari dengan alam,” kata Marissa.