Kampung Bebas Rokok Pertama di DKI: Bermula dari Sakit Paru-paru

26 Mei 2018 15:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampung Penas Tanggul, Cipinang. (Foto: Soejono Eben Ezer Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Penas Tanggul, Cipinang. (Foto: Soejono Eben Ezer Saragih/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sumiati (45) kini bisa tersenyum lega, melihat kerja kerasnya enam tahun menggagas kampung bebas rokok berbuah manis. Kawasan tempat tinggal Sumiati di Kampung Penas, Cipinang Besar, Jakarta Timur, bebas dari polusi asap dan abu rokok.
ADVERTISEMENT
Keinginan itu bermula saat tahun 2007 lalu Sumiati divonis dokter mengidap penyakit radang paru-paru. Dokter menyebut penyakit itu biasanya diderita para perokok aktif, padahal Sumiati sama sekali tak merokok.
Rupanya ibu tiga anak itu kerap terpapar asap rokok dari suami dan anaknya, yang biasa merokok di dalam rumah.
"Saya enggak merokok tapi saya terkena asap rokok dari perokok di rumah saya. Tahun 2007 saya kena penyakit paru paru dan berobat ke RS Budi Asih," ujar Sumiati kepada kumparan di Kampunh Penas, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, Sabtu (26/5).
"Saya berobat selama 9 bulan karena paru- paru saya kotor karena asap rokok," imbuh dia.
Rumah warna-warni di Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah warna-warni di Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ternyata tak hanya Sumiati yang paru-parunya kotor akibat banyak menghirup asap rokok. Di kampung tersebut cukup banyak perokok pasif yang menderita penyakit serupa.
ADVERTISEMENT
Banyak warga yang merokok tampak tak acuh dengan dampak negatif asap yang mereka hasilkan. Mereka kerap merokok di dalam rumah, dengan ventilasi bangunan yang kurang baik.
"Masyarakat di sini itu di sini perokok semua banyak mereka yang terkena penyakit paru paru salah satunya saya," ungkap Sumiati.
Kampung Penas Tanggul, Cipinang. (Foto: Soejono Eben Ezer Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Penas Tanggul, Cipinang. (Foto: Soejono Eben Ezer Saragih/kumparan)
Tak ingin jumlah warga yang terdampak asap rokok semakin banyak, tahun 2012 Sumiati merealisasikan tekadnya menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Awalnya, Sumiati memulai gerakan rumah bebas asap rokok dari lingkungan keluarganya.
"Awalnya menerapkan free (asap rokok) di rumah dulu, jangan merokok di depan rumah dulu atau dalam rumah," ucapnya.
Tak berselang lama, Sumiyati lalu mulai mengajak satu per satu tetangganya melakukan gerakan serupa, menciptakan kawasan tempat tinggal yang bebas asap rokok. Terutama bagi ibu dan anak-anak.
Saling menyapa antar warga Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Saling menyapa antar warga Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Dari tahun ke tahun, Sumiyati semakin serius mewujudkan tekadnya melalui kerja sama dengan LSM Fakta (Forum Warga Kota Jakarta). Awal 2017 lalu, Sumiati dan lima orang warga kampungnya diberangkatkan ke Yogyakarta untuk studi banding.
ADVERTISEMENT
"Enam orang perwakilan dari kampung, lima cowok satu cewek ikut pelatihan analisa pelatihan sosial di Yogyakarta dibawa oleh LSM Fakta . Untuk kawasan bebas rokok itu kita studi banding ke Umbuk Harjo di Yogyakarta sana," tutur Sumiati.
Saat kembali ke kampung halaman usai mengikuti pelatihan di Yogyakarta, Sumiati dan kawan-kawannya melakukan sosialisasi secara intensif kepada warga tentang bahaya asap rokok. Warga yang sudah terlanjur jadi perokok aktif juga diberi edukasi.
Gang-gang kecil di Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gang-gang kecil di Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Nggak mudah menerapkan kampung bebas rokok, tapi kita tidak putus asa. Kita tetap lakukan sosialisasi bahaya rokok dan kita berikan edukasi dan pemuturan film-film bahaya rokok ke warga di sini, sehingga terbuka pikiran mereka," ucap Sumiati.
Sumiati dan kawan-kawan tak pernah gentar menghadapi cibiran sejumlah warga yang sempat menolak gagasan kampung bebas rokok. Akhirnya pada 10 Juni 2017, seluruh warga sepakat mendeklarasikan Kampung Penas sebagai kampung bebas asap rokok.
ADVERTISEMENT
"Dulu saya datang sosialisasi warganya pada lari, wajar juga karena itu menyangkut hak kita enggak bisa paksa kan. Bahkan ada yang menentang saya dan kawan-kawan dulu" kenang Sumiati.
"Tapi sekarang semua sudah sadar bahaya rokok dan tidak ada lagi warga yang merokok di rumah dan di pekarangan rumah," imbuhnya.
Kampung Penas Tanggul, Cipinang. (Foto: Soejono Eben Ezer Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Penas Tanggul, Cipinang. (Foto: Soejono Eben Ezer Saragih/kumparan)
Meski deklarasi telah disepakati, Sumiati sadar kebiasaan merokok tak bisa dengan mudah dihentikan. Oleh karena itu, para perokok di kampung ini diberi fasilitas zona khusus untuk merokok di arena out door, yang diberi nama Taman Cinta Merokok.
Tersedia dua buah kursi panjang lengkap dengan lampu hias bermotif lambang hati di taman itu. "Di sana para perokok diberi kesempatan merokok yang tempatnya jauh dari perumahan warga," jelas Sumiati.
ADVERTISEMENT
Jangan coba-coba merokok sembarang tempat di kawasan ini, jika tak mau merogoh kocek untuk membayar besaran uang denda yang telah disepakati. Sanksi tersebut tak hanya berlaku bagi warga asli, namun juga bagi para tamu yang datang atau menginap.
"Kita buat kesepakatan kalau misalnya ada keluarga atau tamu akan diberikan sanksi. Sanksinya harga sebungkus harga rokok dari merek rokok yang dihisap. Uangnya dikasi ke Pak RT, itu nanti dikumpulkan untuk kas kampung," papar Sumiati.
Uniknya, ada petugas khusus yang berperan memastikan tak ada orang yang merokok sembarangan. Petugas-petugas itu dijuluki Polisi Patroli Rokok, terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak.
Tugas mereka adalah memotret diam-diam warga yang ketahuan melanggar aturan. Foto-foto itu akan jadi barang bukti untuk melaporkan mereka ke ketua RT setempat lalu dikenai sanksi.
ADVERTISEMENT
"Kalau ada tamu merokok di rumah saya, tamunya bayar sanksinya saya juga bayar jadi dua kali kena. Yang jadi polisinya itu ibu-ibu dan anak-anak," ucap Sumiyati mencontohkan.
Bocah-bocah Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bocah-bocah Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Satu tahun berjalan, menurut Sumiati program tersebut banyak melahirkan manfaat dan menuai pujian pemerintah. Jumlah penderita penyakit radang paru-paru menurun, bahkan banyak perokok yang akhirnya memilih berhenti merokok.
"Banyak yang tadinya sesak nafas, radang paru paru, ini banyak sudah sembuh karena sadar juga lama-lama walau awalnya menolak. Dan banyak yang berhenti merokok di sini. Kami bangga kampung ini dijadikan kampung percontohan oleh Pemda DKI, kampung yang pertama menerapkan kawasan tanpa rokok," tutup Sumiati.
Tak hanya bebas asap rokok, kawasan kampung ini juga tampak asri. Kali dipinggir rumah warga tampak bersih tanpa sampah, serta banyak tanaman hidroponik yang menggantung di pagar rumah warga, tampak padu dengan tembok rumah mereka yang dicat berwarna-warni.
Gapura Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gapura Kampung Penas Tanggul. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT