Kapal Asing Pembawa 1 Ton Sabu Telah Diincar Sejak November 2017

11 Februari 2018 8:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal nelayan berbendera Singapur ditangkap (Foto: Dok. Dispenmaba)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal nelayan berbendera Singapur ditangkap (Foto: Dok. Dispenmaba)
ADVERTISEMENT
Pada Rabu (7/2) lalu TNI AL melalui Guskamlabar menangkap kapal berbendera Singapura Sunrise Glory oleh KRI Sigurot di Perairan Selat Philip pada pukul 14.00. Kapal tersebut membawa 1 ton sabu yang berasal dari Taiwan.
ADVERTISEMENT
Ternyata, Kapal Sunries Glory merupakan kapal ikan yang telah lama diincar dan buron oleh BNN. Kapal tersebut yang telah dipantau sejak akhir November 2017.
"Kapal ini dinakhodai mantan nahkoda Vanderlust, kapal yang membawa 1 (satu) Ton Narkotika yang ditangkap oleh Kepolisian di Anyer Banten pada Juli 2017 lalu. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan BNN dan TNI AL, ditemukan bahwa kapal ini mengangkut 1(satu) ton Narkotika jenis sabu, menggunakan dokumen perizinan SIPI palsu, ABK dan Nakhoda tidak memiliki sertifikat kecakapan sesuai keahliannya," kata Kepala Pelaksana Harian Satgas 115 Laksamana Madya, Achmad Taufiqoerrochman dalam keterangannya, Minggu (11/2).
Achmad mengatakan, sejak buron, BNN dengan meminta bantuan TNI AL dan Satgas 115. Kapal ini diperkirakan akan transhipment Narkotika jenis sabu di selatan Selat Sunda.
ADVERTISEMENT
Penangkapan kapal berisi 1 ton sabu-sabu (Foto: Dok. BNN)
zoom-in-whitePerbesar
Penangkapan kapal berisi 1 ton sabu-sabu (Foto: Dok. BNN)
"Namun saat itu, kapal menggunakan track jauh di selatan mendekati batas luar ZEEI dan dijejaki haluannya menuju Australia yang kemudian didapat info menurunkan muatan di Australia sejumlah 1,3 ton. Kapal terus di jejaki yang akhirnya ditangkap KRI Sigurot," jelas Achmad.
Mengutip pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Achmad mengatakan, modus penyelundupan narkotika melalui laut selama ini telah lama ada, terutama melalui kapal ikan.
"Namun baru kali ini dapat ditangkap dengan jumlah sebesar ini. Berdasarkan analisis sementara kapal ini diduga telah beberapa kali selama tahun 2017 melewati laut Indonesia dengan berbagai modus seperti mematikan AIS dan berganti-ganti nama kapal," jelas Achmad.
"Ke depan tantangan bagi kita bersama untuk terus bekerjasama memerangi kejahatan ini secara bersama-sama. Ke depan kita harapkan kerjasama antar lembaga seperti ini lebih kita perkuat dan tingkatkan," tutupnya.
ADVERTISEMENT