news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kapolri Sebut Telegram Saluran Favorit Teroris

16 Juli 2017 9:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolri Tito Karnavian (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri Tito Karnavian (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah secara resmi telah melakukan pemblokiran terhadap aplikasi pesan instan asal Rusia, Telegram. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan, aplikasi ini merupakan saluran komunikasi favorit bagi kelompok teroris
ADVERTISEMENT
"Karena selama ini fitur telegram banyak keunggulan. Di antaranya, mampu membuat grup hingga 10 ribu member dan dienkripsi. Artinya, sulit dideteksi. Ini jadi problem dan jadi tempat saluran komunikasi paling favorit oleh kelompok teroris," ujar Tito di Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (16/7).
Tito menuturkan, aplikasi Telegram sering digunakan jaringan yang terlibat kasus terorisme di Indonesia akhir-akhir ini. Mulai dari kasus bom Thamrin, Kampung Melayu, hingga bom panci di Bandung.
"Ternyata komunikasi yang mereka gunakan semuanya menggunakan telegram," tambahnya.
Tito mengatakan, pihak kepolisian memang telah meminta bantuan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengatasi hal ini. Salah satunya, adalah dengan memblokir aplikasi telegram.
"Nanti kita liat apakah jaringan teror gunakan saluran komunikasi lain. Kita juga ingin lihat dampaknya. Saya kira ini akan terus dievaluasi," ujar Tito.
ADVERTISEMENT
Kemkominfo resmi memblokir Telegram pada Jumat (14/7) lalu. Pemblokiran yang dilakukan, sebatas pada Domain Name System (DNS) di aplikasi tersebut.
Telegram merupakan aplikasi tukar pesan berbasis komputasi awan yang memiliki sistem enkripsi dan memungkinkan penggunanya untuk menghapus pesan dengan pengatur waktu. Selain komunikasi dua arah, Telegram juga memungkinkan komunikasi satu arah melalui bot.
Telegram juga dikabarkan dimusuhi oleh pemerintah di negaranya sendiri. Otoritas setempat mengancam akan memblokir layanan jika pengelola Telegram tak memberikan semua informasi terkait data perusahaan.