Kata Dokter soal Policresulen yang Terkandung dalam Albothyl

15 Februari 2018 19:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dokter (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Menyebut Albothyl, yang pertama terlintas adalah sariawan. Obat cair konsentrat itu kerap digunakan sebagai pereda sakit sariawan atau stomatitis.
ADVERTISEMENT
Namun, sejak Rabu (14/2), masyarakat dihebohkan oleh surat edaran yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang penggunaan policresulen yang terkandung dalam Albothyl yang viral di media sosial.
BPOM juga mengimbau masyarakat untuk sementara waktu tidak menggunakan obat merek Albothyl terlebih dahulu.
"Abothyl dalam waktu dekat akan ada klarifikasi, sementara ini jangan digunakan. Akan ada klarifikasi secepatnya dari Badan POM," ujar Kepala BPOM, Penny Lukito saat ditemui di daerah Jelambar, Jakarta Barat, Kamis (15/2).
Dalam surat edaran tersebut, tertulis penggunaan policresulen cairan obat luar 36 persen sangat berisiko atau berbahaya jika digunakan tanpa pengenceran terlebih dahulu. Karena itu obat ini tidak lagi direkomendasikan penggunaanya untuk indikasi pada bedah, dermatologi, otolaringologi, stomatologi, dan odontology.
ADVERTISEMENT
Imbauan BPOM ini juga diamini oleh salah seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut, Widya Apsari. Menurutnya, penggunaan policresulen tidak dianjurkan.
"Pada dasarnya penggunaan policresulen ini tidak diajarkan selama saya kuliah. Baik di saat dokter gigi umum maupun spesialis. Jadi saya sangat mendukung keputusan BPOM ini," ujar Widya kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (15/2).
Albothyl. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Albothyl. (Foto: Dok. Istimewa)
Mengutip jurnal European Review for Medical and Pharmacological Scienes, policresulen adalah suatu polymolecular organic acid, yang memiliki efek menghentikan pendarahan atau hemostatik, membentuk jaringan nekrotik (jaringan yang mati) dan merangsang pembentukan jaringan baru.
Widya mengatakan, penggunaan policresulen diberikan pada luka di rongga mulut atau sariawan, risiko yang terjadi sangat berbahaya antara lain efek vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah perifer (tepi) pada daerah sariawan.
ADVERTISEMENT
"Itu menyebabkan suplai darah pada daerah sariawan terhenti yang menyebabkan jaringan sariwan menjadi mati. Hal ini menjelaskan mengapa rasa perih pada sariawan sesaat hilang setelah diberikan policresulen, yaitu karena jaringan sariawan menjadi mati sehingga tidak merasakan apa-apa lagi," tutur Widya.
Risiko lainnya adalah deskuamasi jaringan atau pengelupasan kulit. Efek ini terlihat pada penggunaan policresulen dengan cara dikumur. Widya menambahkan, jika dua hal tersebut sudah dialami, yang selanjutnya terjadi adalah pembentukan jaringan baru dan sehat.
Apabila jaringan baru telah terbentuk, sariawan seolah memang sembuh namun risiko lainnya yang bisa ditimbulkan adalah sariawan bertambah besar dan sakit.
"Hal itu bisa disebabkan oleh sariawan yang terlalu besar, policresulen diberikan secara terus-menerus, tubuh yang tidak mampu untuk membentuk jaringan baru yang sehat, atau sariawan yang diderita bukan sariawan biasa, melainkan luka lainnya seperti infeksi jamur atau bahkan kanker mulut," papar Widya.
ADVERTISEMENT
Widya termasuk orang yang gencar mengkampanyekan bahaya penggunaan policresulen untuk obat sariawan melalui tulisan-tulisannya di media sosial. Bahkan karena aktivitasnya ini, dirinya pernah terkena somasi dari salah satu produsen obat pada 2015 silam.
Kala itu, melalui Twitter, Widya mengungkapkan adanya seorang pasien yang meninggal dunia karena sariawan yang diderita semakin parah. Apa yang dialami oleh pasien tersebut, kemudian dijadikan laporan kasus oleh Widya.
"Itu awalnya, lalu berkembang sampai ke BPOM, dan dokter penanggungjawab pasien yang saya jadikan laporan kasus dipanggil ke BPOM untuk konfirmasi," jelas perempuan yang menempuh pendidikan spesialis di Universitas Indonesia ini.