Kata MUI Soal Ceramah Ustaz yang Menjadi Kontroversi di Masyarakat

7 Agustus 2017 18:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ceramah Ust. Zulkifli Muhammad Ali. (Foto: YouTube: UMAR)
zoom-in-whitePerbesar
Ceramah Ust. Zulkifli Muhammad Ali. (Foto: YouTube: UMAR)
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini masyarakat ramai membicarakan beberapa ceramah yang dinilai berbau kontroversi. Sebelumnya Ustaz Syamsuddin menjadi perbincangan saat berceramah di stasiun TransTV di acara Islam itu Indah. Penggalan ucapan dia menyebar viral di media sosial bahwa di surga salah satu nikmat yang diberikan yaitu adanya pesta seks. Alhasil penggalan ucapannya ini menuai banyak protes.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada pula isi ceramah dari Ustaz Muhammad Zulkifli yang menjadi viral lantaran mengatakan bahwa proses persalinan dengan cara sesar merupakan gangguan setan. Ceramah Zulkifli ini pertama kali diposting oleh akun Mak Lambe Turah di Facebook, direspons oleh 3 ribu orang dan dibagikan lebih dari 1.600 orang. Komentar dalam postingannya itu sebagian besar mengecam pernyataan Zulkifli soal gangguan setan dalam proses sesar.
Selanjutnya ceramah dari Ustaz Febri Sugianto saat berceramah di acara Islam itu Indah TransTV. Febri menyebut faktor-faktor yang menyebabkan perempuan susah hamil adalah karena pemakaian pembalut dan sepatu hak tinggi.
Ustaz Syam minta maaf ke MUI (Foto: Dok. MUI)
zoom-in-whitePerbesar
Ustaz Syam minta maaf ke MUI (Foto: Dok. MUI)
Menanggapi hal ini, Ketua Komisi Dakwah MUI, Cholil Nafis, memberikan saran kepada para pendengar, pemirsa dan juga yang mengundang seseorang yang mengisi sebuah ceramah untuk lebih berhati-hati. Setidaknya ada dua hal yang perlu dipahami oleh semua masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Yang pertama orang dipanggil ustaz itu karena mengajar, orang yang bisa mengajar itu karena punya ilmu, tidak sembarang orang jadi ustaz. Kedua kalau televisi, radio, atau ceramah di mana pun yang mengundang perlu hati-hati untuk menyelidik latar belakang dari ustznya itu. Kalau semisalnya hanya di YouTube tidak perlu terlalu ditanggapi biar tidak terlalu membuang waktu, karena semua orang bisa memasukkannya ke YouTube kan," kata Cholil saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Senin (7/8).
Sedangakan menurut Cholil jika orang ingin ceramah atau mengajar harus berdasarkan Al-quran, Hadist atau pendapat ulama-ulama yang dipercaya. Menurut Cholil terkadang ada juga orang-orang yang sengaja mencari sensasi ketika mengunggah omongannya atau ceramahnya agar bisa dikenal.
"Yang namanya orang ceramah, mengajar kalau tidak berdasarkan Al-quran, hadist, atau pendapat ulama yang dipercaya. Kalau tidak ada dari yang tiga unsur itu tidak perlu ditanggapi, nanti malah banyak orang yang bikin sensasi kaya begitu," jelas Cholil.
KH M. Cholil Nafis (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
KH M. Cholil Nafis (Foto: Istimewa)
Cholil berharap jika ada yang melakukan ceramah untuk menggunakan hadist, Al-quran dan pendapat ulama yang dipercaya dan untuk masyarakat yang mengudang ustaz maka carilah ustaz yang sudah mumpuni bukan yang masih belajar.
ADVERTISEMENT
"Bagi masyarakat yang ingin mengundang ustaz carilah ustaz yang sudah mampu bukan yang masih belajar, yang masih belajar biarlah belajar dulu sama gurunya. Setelah mampu baru ceramah," ungkap Cholil.
Lebih jauh Cholil menuturkan adanya kekeliruan soal makna ustaz di Indonesia.
"Kalau di Timur Tengah sana disebut Ustaz harus sudah lulus Doktor dulu baru bisa disebut ustaz kalau di sana. Kalau di sini (Indonesia) sudah macem-macem maknanya. Yang jelas bisa dipanggil ustaz kalau dia sudah punya ilmu ada ijazahnya," jelas Cholil.
Oleh karena itu menurut Cholil, MUI akan melakukan standarisasi antara lain seorang ulama memenuhi standar kualifikasi. Sementara itu soal sertifikasi ulama, menurut Cholil hal itu merupakan gagasan Kementerian Agama.
"Kriteria sebagai dai, ada standar kelas basic, ada intermedit, ada advance. Kalau basic kriterianya sedang kita rumuskan untuk nanti jadi kurikulum pelatihan dai untuk standarisasi itu," tutup Cholil.
ADVERTISEMENT