Kata Putra Mahkota Arab Saudi Soal Wahabi

3 April 2018 17:29 WIB
Muhammad bin Salman (Foto: Saudi Press Agency/Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad bin Salman (Foto: Saudi Press Agency/Handout via REUTERS)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wahabisme atau wahabi banyak didengungkan sebagai salah satu ideologi Islam yang bermula di Arab Saudi. Suka atau tidak suka, banyak kontroversi terkait istilah ini. Bagi sebagian orang, wahabisme berarti Islam fundamentalis, bagi sebagian lainnya wahabisme adalah upaya mengembalikan kemurnian Islam.
ADVERTISEMENT
Bagi editor senior majalah The Atlantic di Amerika Serikat, Jeffrey Goldberg, wahabisme telah menjadikan Saudi sebagai negara yang konservatif dan intoleran. Bahkan, menurut Goldberg, ajaran Wahabisme mirip ideologi Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Hal ini disampaikan Goldberg dalam wawancara dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) di AS yang dipublikasi Senin (2/4). Tidak disangka, MbS menyela pernyataan Goldberg tersebut.
"Sebelumnya, soal Wahabisme-tolong jelaskan kepada kami. Kami tidak familiar dengan kata itu. Kami tidak tahu....apa itu Wahabisme?" kata MbS.
"Apa maksudmu kau tidak tahu apa itu? Kau putra mahkota Arab Saudi, kau tahu apa itu Wahabisme," tanya Goldberg.
"Tidak ada yang bisa mendefinisikan Wahabisme," jawab MbS lagi.
"Itu adalah gerakan yang ditemukan oleh Ibnu Abdul Wahhab pada 1700-an, sifatnya sangat fundamentalis, gaya interpretasi Salafi yang keras," kata Goldberd menimpali, menyinggung Muhammad bin Abdul Wahhab yang disebut sebagai pencetus Wahabisme.
Muhammad bin Salman (Foto: FAYEZ NURELDINE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad bin Salman (Foto: FAYEZ NURELDINE / AFP)
MbS bukannya tidak tahu, dia ternyata ingin menjelaskan lebih lanjut. Menurut dia, tidak ada yang namanya Wahabi di Arab Saudi. Yang ada di Saudi adalah Sunni dan Syiah. Yang ada di Saudi, lanjut dia, adalah Islam dengan interpretasi empat mahzab Sunni, bukan hanya dari Muhammad bin Abdul Wahhab.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak meyakini adanya Wahabisme. Di Saudi ada Sunni dan Syiah. Kami meyakini ada empat mahzab Sunni dalam Islam...Iya, di Arab Saudi hukum kami berdasarkan Islam dan Quran, tapi kami punya empat mahzab-Hambali, Hanafi, Syafii, Maliki-dan mereka berbicara soal interpretasi," kata MbS lagi.
Sebelum adanya negara Saudi, kata dia, suku-suku Arab saling bertikai usai kematian Nabi Muhammad dan berakhirnya kepemimpinan empat khalifah utama sepeninggalnya. Keluarga Kerajaan Arab, kata dia, pada 600 tahun lalu mulai membangun kota yang bernama Diriyah, cikal bakal Arab Saudi.
Diriyah kemudian menjadi kota dengan perekonomian terbesar. Tapi bukannya berperang untuk memperluas kekuasaan, Diriyah menawarkan rekonsiliasi dengan kota-kota lainnya yang dikuasai keluarga Saudi yang lain.
"Ini metodenya. Tiga ratus tahun kemudian, cara ini masih digunakan."
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, Muhammad bin Abdul Wahhab yang namanya dicatut dalam ideologi Wahabi adalah satu dari banyak ulama hebat yang pemikirannya berhasil membangun Saudi seperti sekarang, bersama dengan para jenderal militer dan pemimpin suku-suku Arab.
"Kau memerlukan orang-orang dengan pemikiran luar biasa di Semenanjung Arab - para jenderal, pemimpin suku, ulama- untuk bekerja bersamamu. Salah satu dari mereka dalah Muhammad bin Abdul Wahhab," tutur MbS.
Menurut MbS, mereka yang berbicara soal Wahabi sebenarnya tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
"Ketika berbicara soal Wahabisme, mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Keluarga Abdul Wahhab, keluarga al-Sheikh, hari ini sangat terkenal, tapi ada juga puluhan ribu keluarga yang penting di Arab Saudi," kata MbS lagi.
ADVERTISEMENT