Katowice, Pusat Industri yang Kini Jadi Kota Terhijau di Polandia

8 Desember 2018 3:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Konferensi Perubahan Iklim PBB atau Conference of Parties (COP) UNFCCC ke-24 diselenggarakan di Katowice, sebuah kota di selatan Polandia. Kota berpenduduk 321.163 jiwa ini dulunya terkenal sebagai kota industri dan pusat tambang batu bara di Polandia.
ADVERTISEMENT
Kini, kota seluas 164 kilometer persegi ini telah bertransformasi sebagai kota terhijau di Polandia. Latar belakang ini yang menjadikan Katowice terpilih sebagai tuan rumah COP24.
COP24 di Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
COP24 di Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Menurut Wali Kota Katowice, Mariusz Skiba, keberhasilan kotanya menjadi kota terhijau tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu adanya sebuah komitmen dan kesungguhan dari pemerintah setempat dan masyarakat.
“Kita berkembang karena adanya peran dan komitmen dari semua pihak,” jelas Skiba saat diskusi bertema ‘Local Government initiatives in a climate change action' di Paviliun Indonesia COP24, Katowice, Polandia, Jumat (7/12) malam waktu setempat.
Para pembicara di diskusi bertema ‘Local Government initiatives in a climate change action' di COP24, Katowice, Polandia. (Foto: Kelik wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pembicara di diskusi bertema ‘Local Government initiatives in a climate change action' di COP24, Katowice, Polandia. (Foto: Kelik wahyu/kumparan)
Skiba menceritakan, Katowice berkembang setelah lepas dari pemerintah komunis pada akhir tahun 80-an dan awal 90-an. Namun dalam perkembangannya, Katowice menghadapi satu masalah serius, yakni polusi udara akibat industri tambang batu bara yang semakin pesat di awal 90-an.
ADVERTISEMENT
Skiba mengatakan, pemerintah lantas mencoba mengatasi masalah tersebut melalui strategi ‘Ekonomi Karbon Rendah untuk Katowice' yang diadopsi menjadi beberapa pilar yaitu bantuan bagi masyarakat kurang mampu, pelaksanaan peraturan baru, investasi, dan edukasi pro lingkungan.
"Selain itu, kita juga menerapkan kebijakan untuk menurunkan emisi melalui larangan asap dan pembatasan harga batu bara. Sehingga berdampak pada peningkatan biaya penghangatan. Namun dapat mengurangi penggunaan batu bara,” ujar Skiba.
Wakil Wali Kota Katowice Mariusz Skiba (tengah) (Foto: ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Wali Kota Katowice Mariusz Skiba (tengah) (Foto: ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Meski biaya penghangatan menjadi mahal, namun lanjut Skiba, pemerintah memberi subsidi tambahan untuk biaya penghangat kepada masyarakat dari 450 PLN (simbol mata uang Polandia, zloty) atau Rp 1,7 juta menjadi dua kali lipatnya, 900 PLN atau Rp 3,4 juta.
“Ini menjadi sorotan karena menjadi subsidi terbesar kami, tapi demi pengendalian lingkungan yang lebih baik,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Skiba menjelaskan, kenaikkan subsidi ini karena Polandia menjadi salah satu negara yang mengalami musim dingin dengan suhu terendah di Eropa. Sehingga penghangat menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat.
Susasana Katowice, Polandia, saat malam hari. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Susasana Katowice, Polandia, saat malam hari. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Selain itu, pemerintah juga melatih polisi untuk memeriksa instalasi penghangat agar masyarakat dapat menghindari pemakaian bahan bakar yang dilarang. Saat ini, pemerintah terus melakukan investasi pembaruan instalasi penghangat bagi rumah dan kantor pemerintahan dengan panel surya.
“Kita juga terus bekerja sama dengan kota-kota lain di Eropa, karena transfer of knowledge menjadi salah satu poin penting dalam kerja sama," pungkasnya.
Suasana Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)