Kedekatan Susuk dengan Politisi Pencari Kekuasaan

2 Agustus 2018 10:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi susuk pejabat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susuk pejabat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi hal yang mendasar bagi setiap individu berjuang untuk meraih cita-cita dan mimpinya. Namun, terkadang tujuan dan mimpi tersebut digapai dengan cara-cara tak biasa dan di luar logika, misalnya dengan menggunakan kekuatan gaib.
ADVERTISEMENT
Salah satu contohnya susuk. Pemakaian susuk memiliki tujuan beragam mulai dari menambah kharisma, kecantikan, kewibawaan hingga mempertahankan sebuah jabatan atau kekuasaan.
Beberapa pejabat memberikan komentar terkait penggunaan susuk di kalangan mereka. Salah satunya mantan politisi Partai Golkar Priyo Budi Santoso yang sekarang menjabat sebagai Sekjen Partai Berkarya.
“Di tradisi masyarakat kita ternyata juga merupakan realita untuk melakukan hal seperti itu ya, silakan saya nggak mau komentari itu benar atau tidak baik," ujar Priyo kepada kumparan, Senin (30/7) di Kantor DPP Berkarya, Jalan Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan.
Ki Kusumo menggunakan media hewan untuk pemasangan susuk. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ki Kusumo menggunakan media hewan untuk pemasangan susuk. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Menurutnya hal semacam itu sudah lazim terjadi, apalagi dalam pertarungan perebutan kursi kekuasaan dari tingkat terendah hingga jajaran pemerintah pusat.
"Itu tidak terjadi hanya pada mau maju jadi caleg begini, saya kira pada saat mau maju jadi calon bupati atau calon gubernur atau capres bisa aja terjadi seperti itu," kata Priyo.
ADVERTISEMENT
Namun menurut mantan anggota DPR RI ini, hal tersebut bukanlah sesuatu hal yang harus dipermasalahkan dan diperdebatkan. Ia menganggap hal tersebut sebagai suatu bagian memperkaya khazanah budaya di Indonesia dan mengembalikan hal tersebut kepada individu masing-masing.
"Kita nggak boleh melarang itu ada keyakinan seperti itu ternyata ada efeknya, yang tidak boleh itukan menyekutukan Tuhan, tapi kalau dalam kerangka itu diyakini ketika diajarkan rasul Allah juga ada hal-hal yang boleh ya tidak apa-apa kalau menurut saya, dan ini memperkaya khazanah budaya atau kultur masyarakat kita," ujarnya.
Ki Kusumo menggunakan media tembaga untuk pemasangan susuk. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ki Kusumo menggunakan media tembaga untuk pemasangan susuk. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Meski banyak orang yang melakukan hal tersebut, Priyo mengaku ia tidak pernah melakukan hal semacam itu. Selama ia menjadi politisi yang sering kali diwarnai dengan perebutan kekuasaan yang begitu ketat, ia mengaku lebih memilih mengandalkan kepercayaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
ADVERTISEMENT
"Jadi kharisma atau kewibawaan atau pengaruh seseorang itu tergantung pada inner beauty tergantung pada kehebatan dia dan tergantung pula banyaknya air wudhu yang tertumpah pada wajahnya dan tergantung dari Allah. Kalau saya percaya itu, saya percaya minta restu kepada orang tua didoakan oleh kiai sepuh itu lebih baik menurut pandangan saya," pungkasnya.
Selain Priyo, pejabat lain juga ikut memberikan pendapatnya. Nurchalis Wasekjen Partai Berkarya mengatakan sering mendengar hal ini. Menurutnya hingga saat ini kegiatan tersebut masih sering ditemui apalagi menjelang pemilu. Tujuanya akhirnya tentunya menang dalam perebutan kekuasaan.
"Ya ada (susuk) dan saya pernah dengar itu dan perbincangan sama teman-teman ‘eh ini pilkada mau dekat pake seperti ini’, seperti itu ya kan, tapikan bagi saya itu privasinya tapi saya tidak mau terlibat," ujar Nurchalis.
Sekjen Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
Biasanya susuk atau pengasihan itu diberikan oleh paranormal atau dukun. Bentuknya bermacam-macam, bukan hanya berupa benda-benda yang dimasukkan ke dalam tubuh, tetapi juga bisa lewat ritual lain.
ADVERTISEMENT
"Saya pernah dulu dari teman-teman lihat lewat cincin, kemudian ada jimat, ada di tali pinggang dan juga tatapan matanya gitu. Banyak teman-teman saya ada yang seperti itu dan saya yakin itu ada tapi ini lagi-lagi privasi . Apalagi pemilu ini udah mencari ini di mana-mana dengan berbagai cara. Intinya itu ada dan terus ada," tambahnya.
Nurchalis sendiri mengaku pernah ikut ritual saat dia mengikuti pemilihan bupati Nagan Raya tahun 2017 lalu. Ritual tersebut merupakan saran dari salah satu tim suksesnya.
"Saya bilang setiap timses kasih cara itu, jadi ada kadang kala saya ditarik orang yang bermain kuda lumping terus yang narik itu kemasukan gitu (kesurupan) kemudian saya disiram dan itu saya gak tau itu untuk apa," ujarnya.
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Namun Nurchalis mengaku semua itu hanyalah budaya biasa. Dia tidak yakin dengan ritual itu.
ADVERTISEMENT
“Saya salat lima waktu sesudahnya tapi memang saya juga anggapnya itu budaya,” kata Nurchalis.
“Saya pikir ya saya berharap selaku saya muslim ya nggak usah lah. Percaya sama Allah aja lah siapa yang menang, menang lah,” imbuhnya.
Simak selengkapnya dalam konten spesial kumparan dengan topik Susuk Pejabat.