Kelindan Kebohongan HDS ‘Krimi’ Eks Mahasiswa UI

25 November 2017 14:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Universitas Indonesia. (Foto: Instagram @univ_indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Universitas Indonesia. (Foto: Instagram @univ_indonesia)
ADVERTISEMENT
Kasus klaim prestasi yang ternyata hanya bualan belaka, kembali ramai terkuak.
ADVERTISEMENT
Fauziah Zen, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI (FEB UI), mengunggah rentetan cuitan di akun Twitternya, Rabu (22/11). Fauziah bercerita tentang kebohongan Krimi, dengan inisial nama HDS, yang pernah menjadi mahasiswa di FEB UI.
Melalui akun Twitter @fauherklots, dosen dengan keahlian di bidang Ekonomi Publik, Analisis Kebijakan Publik, dan Perekonomian Indonesia itu menceritakan kelihaian seseorang yang dia sebut dengan nama ‘Krimi’ dalam memerankan kebohongannya.
“S menunggu boarding, wa mau cerita tentang seorang yang ‘istimewa’. Sebut saja namanya Krimi. Mantan mahasiswa kami, angkatan 201x,” tulis @fauherklots mengawali cerita keajaiban mantan mahasiswanya.
Rangkaian cuitan Fauziah lantas menceritakan kebohongan Krimi, dimulai dari kertas jawabannya yang katanya hilang terjatuh lalu ditemukan OB, hingga munculnya klaim deretan prestasi di luar negeri yang menimbulkan banyak kecurigaan.
ADVERTISEMENT
Cuitan Fauziah tersebut kemudian viral dan menarik perhatian publik.
Universitas Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Universitas Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)
kumparan menelusuri kampus FEB UI untuk mencari tahu lebih lanjut soal Krimi, Kamis (23/11). Dari penelusuran ini, terungkap HDS alias Krimi diduga melakukan sejumlah modus kecurangan akademik, bukan hanya di FEB UI, tetapi juga ketika di Malaysia.
Setelah melakukan kecurangan akademik di semester satu dan dua, Krimi lalu di-DO dari Universitas Indonesia. Status DO dari UI kemudian membuat nama Krimi di dalam situs Dikti tertulis 'Drop Out/Putus Studi' pada semester ganjil tahun 2013.
Setelah di-DO, Krimi disebut mengikuti program student exchange selama satu semester di Malaysia. Dia kemudian diduga melamar sebagai mahasiswa di Universiti of Malaya dan diterima. Padahal jelas-jelas dia sudah di-DO dari kampus pertama, yakni UI.
ADVERTISEMENT
Fauziah menyebut Krimi ternyata memalsukan dokumen. Salah satunya transkrip nilai. Intinya, Krimi terdaftar sebagai mahasiswa International Relations and Strategic Studies di Universiti of Malaya pada 2014.
Saat ini Krimi dikabarkan tengah menjalani sidang tugas akhir atau skripsi. Tapi, rekan-rekan Krimi meragukan skripsi yang telah dibuatnya. Mereka menyebut, ada cara tak benar dalam skripsi yang dibuat Krimi.
"Dia menggunakan nama dosen (Universiti of Malaya) untuk bertemu narasumbernya," kata rekan sekampus Krimi di Malaysia, dalam Bahasa Melayu, ketika berbincang dengan kumparan.
Kasus pencatutan nama dosen tersebut terungkap pada Selasa (21/11). Menurutnya, pencatutan nama dosen dilakukan Krimi untuk mempermudah jalan bertemu dengan narasumber risetnya.
Universiti Malaya (Foto: Instagram/@studyunimalaya)
zoom-in-whitePerbesar
Universiti Malaya (Foto: Instagram/@studyunimalaya)
Cerita mengenai kecurangan dan tindak tanduk HDS yang mencurigakan juga diungkap oleh akun Twitter @yudhisdp. Melalui deretan cuitannya pada Jumat (24/11), Yudhis menceritakan mengenal sosok HDS di kelas Matematika Ekonomi dan Bisnis semester 1.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Yudhis sempat dipanggil oleh para dosen untuk memberi keterangan terkait kebohongan akademik yang dilakukan HDS. Ia pun mendengarkan penjelasan tentang kebohongan HDS.
Dari penjelasan tersebut, Yudhis mengetahui adanya indikasi kebohongan dan pemalsuan lembar jawaban ujian yang dilakukan oleh HDS.
Deretan Prestasi yang Diklaim HDS
Jika dilihat dari akun profesional Linkedin, HDS memiliki deretan prestasi yang menakjubkan. Ia meraih penghargaan dari Presiden Korea Selatan setelah memenangi kompetisi esai Korea Economic Outlook 2016: Student Perspective. Esai HDS yang berjudul Main Problems of South Korean Economy in 2016 kemudian diterbitkan dalam koran The Korea Times akhir tahun 2015.
Pada tahun yang sama, HDS mencantumkan dirinya menjadi perwakilan Indonesia dalam 2016 MIKTA-G20 Young Leaders yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Selatan di Gangwon, dan terpilih untuk mengikuti program magang di Bank Negara Malaysia di Kuala Lumpur.
ADVERTISEMENT
HDS telah melakukan klarifikasi. Dalam pernyataannya, HDS memohon maaf atas kesalahan dan kebohongan akademik yang ia lakukan.
Walau begitu, HDS mengklaim tak semua prestasi yang ia dapatkan kebohongan semata. HDS mengatakan, prestasinya sebagai peraih Anugerah Tokoh Siswa (Mahasiswa Berprestasi Nasional) 2016/2017 untuk International Students dan CoCurriculum Excellence Award adalah murni hasil usahanya dan bukan rekayasa.
Namun ternyata, klarifikasi HDS itu disebut seroang rekan sekampusnya di Malaysia, kembali mengandung kebohongan dan fakta tak akurat.
Melalui surel yang diterima kumparan hari ini, Sabtu (25/11), seorang mantan mahasiswa University Malaya pada periode yang sama dengan HDS, berkata:
Terkait artikel klarifikasi oleh HDS, saya selaku mantan mahasiswa University Malaya pada masa yang sama dengan HDS menemukan beberapa fakta yang tidak akurat dari pernyataan HDS tersebut, terutama terkait anugerah tokoh mahasiswa international yang diraihnya. Dan saya juga memiliki bukti atas kebohongan yang sekali lagi HDS lakukan dalam pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, kumparan mencoba untuk menghubungi alumnus UM Malaysia itu dan HDS untuk memperoleh penjelasan lebih lengkap.