Keluarga: Belah Kepala Penuduh KPPS Diracun

10 Mei 2019 15:26 WIB
comment
37
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi untuk menghormati 225 penyelenggara Pemilu 2019 yang gugur, di Bundaran HI,  jakarta, (28/4). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aksi untuk menghormati 225 penyelenggara Pemilu 2019 yang gugur, di Bundaran HI, jakarta, (28/4). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Inez Nabila (23) masih berduka atas kepergian ayahnya yang meninggal usai bertugas sebagai Ketua KPPS 09 Kelurahan Pisangan Baru, Matraman, Jaktim, pada Senin (22/4). Dia lalu tersentak saat mendengar ada pihak yang menduga KPPS meninggal karena diracun, sehingga perlu diautopsi.
ADVERTISEMENT
“Melihat jasad Papa saya dimasukkan ke dalam liang lahat saja hati saya sudah hancur-sehancurnya. Apalagi kalau harus lihat kuburan Papa harus dibongkar terus dibelah-belah badannya guna proses autopsi,” ujar Inez kepada kumparan, Jumat (10/5).
Bagi Inez, menuduh KPU curang saja sudah menyakiti hati almarhum ayahnya yang juga petugas KPU, apalagi kalau mesti membongkar kuburnya demi dugaan serampangan itu.
“Sudah sakiti hati Papaku karena nuduh KPU ada kecurangan. Jangan sakiti hatiku dengan mau membongkar kuburan dan membelah-belah jasad Papa,” tegasnya.
Sukaesih menunjukkan foto suaminya, Rudi Mulia Prabowo, Ketua KPPS TPS 02 Kelurahan Pisangan Baru, Matraman, yang meninggal karena kelelahan. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Inez geram dengan segala isu yang dikaitkan dengan banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia, seolah mereka --terutama pendukung Prabowo-- tak memikirkan keluarga yang berduka.
“Maaf, hati saya sakit sebenarnya kalau ada yang bilang Papa saya meninggal karena diracun, dijadikan tumbal, untuk salah satu paslon. Saya yang seharian sama Papa pas waktu pemilu, lagian kalau emang Papa diracun, kenapa enggak langsung mati di tempat saja? Kenapa harus 5 hari setelah pemilu,” kata Inez.
ADVERTISEMENT
Hingga 7 Mei 2019, KPU mencatat jumlah petugas KPPS yang meninggal sebanyak 456 orang, serta 4.310 orang sakit. Jumlah tersebut belum termasuk anggota Panwaslu dan polisi yang meninggal usai penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 itu.