Keluarga Cendana Akan Besarkan Partai Berkarya

25 Juni 2018 11:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Soeharto dan putrinya, Tutut (Foto: Adek Berry/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Soeharto dan putrinya, Tutut (Foto: Adek Berry/AFP)
ADVERTISEMENT
“Senyum itu indah,” bagi Muhammad Ali Reza adalah salah satu ajaran politik yang diwariskan turun-temurun di keluarga mertuanya, Tutut Soeharto.
ADVERTISEMENT
“Makanya Pak Harto itu menjadi smiling general kan,” ujarnya sambil terkekeh saat bertemu kumparan, Jumat (22/6).
Sebelum menjadi Ketua DPW Partai Berkarya DKI Jakarta, Ali Reza sempat meramaikan bursa calon pemimpin DPD Golkar DKI Jakarta pada April 2018. Tapi rupanya ia memilih hengkang dan bergabung bersama adik Tutut, Tommy Soeharto, di Partai Berkarya.
Titiek Soeharto pindak ke Partai Berkarya (Foto: Antarafoto/Andreas Fitri A.)
zoom-in-whitePerbesar
Titiek Soeharto pindak ke Partai Berkarya (Foto: Antarafoto/Andreas Fitri A.)
Jalan politik Keluarga Cendana pun kian jelas bersama Berkarya sebagai kendaraannya. Partai bernomor urut 7 pada Pemilu 2019 itu kini mengonsolidasikan kekuatan trah Cendana di dalamnya.
Lima hari sebelum Idul Fitri, Siti Hediati Hariyadi--akrab disapa Titiek Soeharto--mengumumkan kepindahannya ke Partai Berkarya. Legislator Golkar di DPR itu rela melepas jabatan untuk bergabung dan membesarkan partai yang didirikan oleh adiknya--saking dongkolnya ia kepada Golkar.
ADVERTISEMENT
“Saya memutuskan untuk KELUAR dari Partai Golkar [...] Golkar tidak membutuhkan saya. Tapi saya sangat dibutuhkan oleh Partai Berkarya,” ujar Titiek saat mengumumkan pilihan politiknya itu di tempat kelahiran Soeharto, Kemusuk, Yogyakarya, Senin (11/6).
Menurut Ali Reza, kepindahan Titiek melambangkan niat serius Keluarga Cendana untuk membesarkan partai sendiri. Berikut petikan wawancara kumparan bersama menantu dari Mbak Tutut, Ali Reza, Ketua DPW Partai Berkarya DKI Jakarta, seputar persiapan dan kesiapan partai berlambang beringin itu di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat.
M. Ali Reza, Ketua DPW DKI Jakarta Berkarya. (Foto: Kumparan/Dwi Herlambang)
zoom-in-whitePerbesar
M. Ali Reza, Ketua DPW DKI Jakarta Berkarya. (Foto: Kumparan/Dwi Herlambang)
Ibu Titiek akhirnya ikut ke Partai Berkarya. Tanda apa ini?
Ibu Titiek hengkang dari Golkar itu membuktikan bahwa kami--Partai Berkarya--memiliki komitmen tinggi, sehingga keputusan Bu Titiek untuk pindah dari Partai Golkar itu benar-benar keputusan terbaik untuk mari bersama-sama berkarya untuk Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Memang Bu Titiek cukup lama berpikirnya untuk pindah ke Partai Berkarya, dan alhamdulillah beliau mengambil keputusan itu. Dan memang banyak sekali pemikiran-pemikiran beliau yang selama ini tidak dijalankan di Golkar. Akhirnya beliau mencari partai yang memang akan menjalankan pemikiran-pemikirannya, yang satu visi dengan misinya beliau, dan itu adalah Partai Berkarya.
Seperti yang dikatakan sebelumnya pada pidato Bu Titiek di Yogya, ada beberapa yang diminta oleh Bu Titiek (kepada Golkar), maka Bu Titiek sampai menunggu. Tetapi tidak juga muncul pergerakan-pergerakannya dari Partai Golkar.
Lalu beliau melihat visi-misinya Partai Berkarya itu satu visi dengan beliau, maka beliau pindah ke Partai Berkarya.
Titiek Soeharto. (Foto: dpr.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Titiek Soeharto. (Foto: dpr.go.id)
Kepindahan Ibu Titiek jadi nilai penting?
Sangat menguntungkan sekali (bagi Partai Berkarya), apalagi sekaliber Ibu Titiek. Beliau juga pengalaman politiknya sangat tinggi dan kami anggap sangat seniorlah beliau ini.
ADVERTISEMENT
Pasti dengan kepindahan Bu Titiek ini akan menguntungkan Partai Berkarya. Itu memberikan kepercayaan kepada kami semua di Partai Berkarya. Kami yakin Partai Berkarya ini insya Allah bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat Indonesia.
Sebelum menjadi Ketua DPW DKI Jakarta Berkarya, Anda bukannya sempat dikabarkan akan mencalonkan diri jadi Ketuda DPD Golkar DKI Jakarta?
Saya sempat masuk di Golkar, baru sebatas anggota. Memang kebetulan ada beberapa teman di Golkar menginginkan saya untuk menjadi Ketua Golkar di DKI.
Cuma memang saya sendiri pun ada pemikiran, visi yang sama dengan Bu Titiek, bagaimana membesarkan Partai Berkarya untuk menjadi partai yang terbaik. Maka waktu itu saya menerima pinangan Partai Berkarya untuk pindah sebagai Ketua DPW Partai Berkarya DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Padahal kalau dipikirkan, Partai Golkar ini adalah partai yang besar, sementara Partai Berkarya partai yang baru. Tapi kami melihatnya bukan sebagai partai besar atau lama, tetapi bagaimana menjalankan visi dan misi untuk masyarakat Indonesia ke depannya.
Saya yakin Partai Berkarya insya Allah bisa besar. Mudah-mudahan bisa lebih besar daripada Partai Golkar.
Bau Orba Partai Berkarya (Foto: Putri Sarah A./kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bau Orba Partai Berkarya (Foto: Putri Sarah A./kumparan)
Banyak kader Golkar pindah ke Partai Berkarya. Setelah ini apakah akan ada lagi?
Insya Allah, mudah-mudahan. Kami doain nanti ada beberapa teman dari Golkar bergabung lagi ke kami.
Golkar dan Partai Berkarya identik dengan Soeharto. Jadi apa nilai lebih Berkarya?
Golkar dibesarkan oleh Pak Harto, itu betul. Tapi sekarang kita bisa lihat Partai Berkarya juga dibesarkan oleh keluarganya Pak Harto.
ADVERTISEMENT
Pemikiran dan prinsip yang diajarkan oleh Pak Harto akan kami kembangkan di Partai Berkarya, karena memang selama ini beberapa pemikiran almarhum Bapak Presiden ke-2 RI ini banyak yang, bisa dibilang, tidak terlalu berjalan di partai Golkar.
Alhamdulillah (masuknya) Bu Titiek juga melambangkan bahwa keluarga (Cendana) akan membesarkan Partai Berkarya.
Soeharto dan Partai Golkar (Foto: John Macdougall/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Soeharto dan Partai Golkar (Foto: John Macdougall/AFP)
Seperti apa, misal, pemikiran Pak Harto yang tak berjalan?
Banyak program-programnya. Selama ini kan Pak Harto pernah meluncurkan program GN-OTA, transmigrasi, dan sebagainya. Program transmigrasi sangat bagus, sehingga daerah jadi bisa bagus.
Jadi Partai Berkarya membawa semangat Pak Harto?
Pasti. Selain Pak Harto, banyak tokoh-tokoh pahlawan yang memberi semangat kepada kami untuk memimpin masa depan negeri ini. Kita jangan pernah lupa dengan sejarah, karena sejarah itu memberikan pelajaran untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Nah, dari sejarah itu bisa buat pembelajaran diri supaya tidak lupa diri. Tidak cuma Presiden Soeharto saja, presiden lain juga ada nilai positifnya.
Pentas Politik Trah Cendana (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pentas Politik Trah Cendana (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
Keluarga Cendana kompak?
Alhamdulilah, kompak-kompak aja sih. Karena memang di keluarga kami, komunikasi dijaga dengan bagus. Hubungan antara tante, om, dan kemenakan itu bagus. Perdebatan hampir nggak ada. Kami memang semuanya diajari bagaimana menghargai orang tua.
Ada masukan dari Ibu Tutut untuk Partai Berkarya?
Ya ibu menggambarkannya tidak hanya untuk Berkarya. Tentang cara berpolitik--tutur bahasa, tata cara kita menghadapi orang. Contoh, ada yang menjelekkan almarhum Pak Soeharto, kami nggak mau terlalu menanggapi.
Kami pikir masyarakat sudah mengerti kepemimpinan beliau. Kalau kata Ibu (Tutut), senyum itu indah, daripada kita memaki orang. Itu pesan yang sangat saya tempelkan di dalam diri saya, dari ibu saya, dari Ibu Tutut.
ADVERTISEMENT
Semakin orang memarahi, memaki-maki kami, dengan senyum saja itu sudah indah.
Lebaran Keluarga Cendana. (Foto: Twitter @WartaCendana)
zoom-in-whitePerbesar
Lebaran Keluarga Cendana. (Foto: Twitter @WartaCendana)
Apa pesan Pak Harto yang berkesan bagi Anda?
Sama, itu juga pesan Pak Harto kepada Ibu. Makanya Pak Harto itu menjadi smiling general, ya kan. Jadi kalau Pak Harto dikatakan smiling general, ternyata memang iya.
Saya pernah mempraktikkan (senyum begitu), cuma memang nggak gampang untuk melakukan senyum macam itu juga. Nanti kebanyakan senyum disangka gila, hehehe..."
Dengan berkumpulnya Keluarga Cendana di Partai Berkarya, Cendana is Back ini ya?
Sebenarnya tidak. Namanya berpolitik, siapa pun gak ada masalah. Contohnya, dulu pun dari PDIP, keluarga Ibu Mega yang tadinya tidak berpolitik, sekarang berpolitik, seperti Mbak Puan (Maharani).
ADVERTISEMENT
Jadi tidak ada kata-kata is back. Terus keluarga pak SBY, Agus kembali masuk di dalam politik. Tapi bagaimana seiring bergulirnya waktu, kami memiliki kapasitas untuk membantu membangun negeri.
Karena kemarin-kemarin bukannya kami (Keluarga Cendana) tidak ada yang terjun ke politik. Ada kok, seperti Bu Titiek. Jadi bukan come back.
Kami, Keluarga Cendana, selalu siap untuk masyarakat Indonesia dan selalu siap untuk negara Republik Indonesia.
Nomor urut Partai Berkarya (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nomor urut Partai Berkarya (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
Apa target Keluarga Cendana di Partai Berkarya?
Insya Allah mudah-mudahan, kami mohon doa dan dukungan dari masyarakat, semoga di setiap dapil, kami bisa menyumbang satu-dua kursi untuk DPR RI, tiga kursi di DPRD Kota dan Kabupaten.
Persiapan jelang Pemilu 2019 seperti apa?
ADVERTISEMENT
Kalau di DKI Jakarta, kami mengenalkan diri dulu kepada masyarakat, sampai masyarakat tahu kehadiran Partai Berkarya. Kami juga merangkul masyarakat dan berbaur. Sehingga calon legislatif kami benar-benar perwakilan rakyat.
Berapa persen target suara Berkarya di 2019?
Kalau dari statement Pak Ketua Umum, Pak Tommy, kami ingin mencapai 80 kursi DPR RI. Artinya sekitar 4 persen lebih.
Target itu realistis?
Harus optimis. Kalau Ketua Umum bilang 80 kursi, jalan! Pokoknya optimis harus bisa dapat 80 kursi. Saya insya Allah, bismillah, mudah-mudahan bisalah. Karena kami niatnya dengan baik, bukan untuk aneh-aneh. Mudah-mudahan dapat dukungan dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
----------------
Ikuti terus manuver putra-putri Soeharto dalam rangkaian ulasan mendalam Cendana is Back di Liputan Khusus kumparan.