Ilustrasi Lipsus kumparan: Gusar Prabowo Usai Pemilu

Kemelut di Kertanegara sebelum Deklarasi Prabowo

22 April 2019 14:36 WIB
comment
72
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Ilustrator: Indra Fauzi /kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Ilustrator: Indra Fauzi /kumparan
Sandiaga Uno bungkam. Sarannya untuk menunda deklarasi kemenangan setelah real count KPU dijawab dengan nada tinggi oleh Prabowo Subianto. Capres pasangannya itu menolak mentah-mentah usul itu dan balik mempertanyakan komitmen Sandi untuk memperjuangkan kemenangan mereka pada Pemilu Presiden 2019.
Saat itu sudah mendekati magrib, dan Sandi tak ingin pernyataan kemenangan memicu ketegangan di tengah masyarakat. Ia berpendapat, pilpres kali ini tak perlu berlarut seperti tahun 2014. Namun masukan itu tenggelam oleh suara lantang Prabowo.
“Ada perbedaan persepsi, dan mereka berdebat keras dan panjang soal deklarasi. Kalau Prabowo keras, saya kira itu biasa, namanya juga jenderal. Dia kampanye gebrak-gebrak podium, biasa saja kami lihatnya,” ucap seorang sumber kumparan saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (19/4).
Dalam perdebatan itu, Sandi yang terlihat pucat karena sakit usai umrah pun diam. Ia mulai cegukan serta meriang, dan karenanya minta dipanggilkan dokter. Prabowo menganjurkan Sandi untuk beristirahat di kamar Didit Hediprasetyo, anak semata wayangnya. Sandi lalu naik ke lantai atas.
Prabowo menggelar konferensi pers di kediamannya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, tanpa didampingi Sandiaga, Rabu sore (17/4). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Penggalan perdebatan antara Prabowo dan Sandi mengisi ketegangan yang tak putus di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara Nomor 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sepanjang Rabu (17/4).
Sejak siang usai pencoblosan pemilu, sejumlah tokoh Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi seperti Ketua Dewan Pengarah BPN Amien Rais, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama Yusuf Martak, dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri tak melepas pandangan dari proses hitung cepat. Mereka memantau lewat telepon genggam maupun televisi.
Suara pasangan capres-cawapres yang mereka dukung tak seperti yang diharapkan. Hitung cepat 10 lembaga survei mencatat Joko Widodo-Ma’ruf Amin mengantongi suara 54-55 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga hanya 44-45 persen. Jarak 9-10 persen suara terlalu jauh untuk dikejar.
Bakda asar, hitung cepat tak jua mengabarkan kemenangan 02. Yusuf Martak, Amien Rais, Salim Segaf, Maher Algadri, dan Rizal Ramli meriung di salah satu sudut ruang tengah. Mereka sepakat untuk tak mempercayai hasil hitung cepat lembaga survei, dan membuat Gerakan Bhinneka Tunggal Ika sebagai people power.
Gagasan people power tersebut disokong para pendukung Prabowo yang berlatar belakang purnawirawan dan kelompok Islam. “Jenderal-jenderal dan para ulama, mereka siap. Gerakan (people power) tentu tetap memperhatikan UUD dan Pancasila,” kata Maher Algadri, sahabat Prabowo yang juga anggota Direktorat Konsolidasi BPN Prabowo-Sandi.
Menurut Yusuf Martak, ada arahan dari Prabowo agar “jangan sampai jatuh korban apabila terjadi people power.” Jadi, imbuhnya, “Mudah-mudahan masyarakat masih bisa terkontrol karena kami tidak punya kemampuan untuk mengarahkan atau menyuruh. Itu respons dari masing-masing orang.”
Pendukung Prabowo mengibarkan bendera saat kampanye akbar. Foto: Reuters/Willy Kurniawan
BPN punya perhitungan sendiri yang dikoordinir oleh Direktur Kampanye BPN Prabowo-Sandi, Sugiono. Hasilnya, Prabowo unggul 55,4 persen dalam exit poll versi mereka, sedangkan Jokowi-Ma’ruf hanya mendapat 42,8 persen.
“Kami sampaikan bahwa hasil exit poll pasangan Prabowo-Sandi mengungguli pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Exit poll ini kami lakukan di 5.475 TPS di 34 provinsi dan 492 kabupaten/kota di seluruh Indonesia,” kata Sugiono.
Bekal angka Sugiono dan dukungan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika itu membuat suara Prabowo lantang. Sementara Sandiaga masih diam, Prabowo keluar ke halaman rumah dan mendeklarasikan kemenangannya versi penghitungan lembaga internal BPN. Ia didampingi beberapa tokoh Gerindra seperti Rachmawati Soekarnoputri dan Koordinator Juru Bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak.
“Hasil exit poll kita di 5.000 TPS menunjukkan kita menang 55,4 persen, dan hasil quick count menang 52,2 persen,” ucap Prabowo disambut riuh ratusan orang pendukung yang memenuhi gang depan rumahnya di Kertanegara.
Menurut Prabowo, hitung cepat yang ditayangkan di berbagai media berniat menggiring opini kemenangan untuk Jokowi-Amin, sekaligus membiarkan kecurangan terjadi. Penggiringan opini itu, ujar Prabowo, sengaja dilakukan untuk menjatuhkan mental barisan pendukungnya. Ia hanya yakin dengan angka yang disodorkan Sugiono.
Dalam deklarasi itu, pemimpin partai koalisi seperti Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan beserta Sekjen PAN Eddy Soeparno, dan Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan yang semula hadir di Kertanegara, tak tampak di sekeliling Prabowo. Mereka meninggalkan Kertanegara untuk menggelar konsolidasi partai atau hendak menjadi pembicara di sejumlah stasiun TV terkait pemilu.
Direktur Kampanye BPN Prabowo-Sandi, Sugiono, di Kertanegara. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Sugiono mengungkap data penghitungan internal BPN kepada beberapa petinggi parpol koalisi. Hitung cepat yang ia lakukan menunjukkan 52 persen untuk kemenangan Prabowo. Namun input penghitungan itu masih di bawah 50 persen.
Beberapa rekan koalisi menganggap data itu tak laik untuk menegaskan kemenangan. Tapi Prabowo kembali menggelar deklarasi pada malam hari sekitar pukul 20.00, juga tanpa didampingi Sandiaga.
Prabowo membawa informasi baru bahwa hasil real count yang dilakukan internal BPN menunjukkan perolehan suaranya mencapai 62 persen. Ia pun meminta relawan dan pendukungnya mengawal penghitungan suara dan melawan kecurangan. Prabowo lantas melakukan sujud syukur.
Prabowo Subianto bersama pendukungnya bertakbir di Rumah Kertanegara. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Sumber kumparan menyebut, Prabowo belakangan lebih mendengarkan kelompok 212 dan purnawirawan dibanding partai politik koalisi. Itu sebabnya perwakilan parpol koalisi tak pernah penuh dalam tiap deklarasi Prabowo.
Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandi, Yandri Susanto, membantah ada debat dan nada tinggi Prabowo pada Sandiaga. Menurutnya, pasangan capres-cawapres itu hanya berdiskusi biasa. Kebetulan kondisi kesehatan Sandiaga sedang tak baik, karenanya ia tak ikut tampil ketika Prabowo mendeklarasikan kemenangan.
“Itu cuma diskusi. Kan menyatukan langkah atau persepsi itu biasa. Saat itu memang Sandi drop, dia sakit,” ujar Yandri di Kantor DPP PAN, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Prabowo pun sempat menghampiri Sandi di lantai atas untuk menanyakan keadaan wakilnya itu, sambil membawa kucing kesayangannya. “Are you okay, Mr. Vice President?” ucap Prabowo.
Direktur Relawan BPN Prabowo-Sandi Ferry Mursyidan Baldan juga mengatakan hal senada, bahwa tak ada ketegangan antara Prabowo dan Sandi.
Sementara soal angka penghitungan internal BPN, Sekjen PAN Eddy Soeparno meyakini data ini valid. Perolehan data itu, menurutnya, merupakan angka tertinggi yang mereka dapatkan. Walau ada perbedaan, angka itu diyakini tak bakal mengubah kemenangan Prabowo-Sandi.
Ketua GNPF Ulama, Yusuf Martak, menyatakan angka kemenangan yang diperoleh dari penghitungan tim internal BPN cukup konsisten.
“Kalau dari hitungan quick count, nggak tahulah kenapa berubah-ubah semaunya sendiri. Cenderung angka pasangan 02 turun, tapi pasangan 01 naik. Banyak sekali temuan kecurangan di lapangan,” kata Martak kepada kumparan, Minggu (21/4).
Ketum GNPF-Ulama Yusuf Martak di Kertanegara. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Martak mengatakan, BPN Prabowo-Sandi punya mekanisme sendiri dalam tabulasi suara. Misalnya, mereka mendapati suara Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak separah digambarkan dalam quick count.
Hasil hitung cepat CSIS & Cyrus memperlihatkan Jokowi-Ma’ruf menang telak di Jawa Tengah dengan meraup angka 77,32 persen, sedangkan Prabowo-Sandi hanya kebagian 22,68 persen. Lembaga itu juga menyebut suara Jokowi melesat di Jawa Timur dengan angka 65,95 persen.
Martak membantah angka-angka itu. Menurut dia, data internal BPN tak menunjukkan angka kekalahan sebesar itu bagi Prabowo di Jawa Tengah. Sementara di Jawa Timur, tegas Martak, Prabowo-Sandi tidak kalah.
Namun Martak tak merinci angka survei internal BPN tersebut. Ia hanya mengatakan, “Setelah hasil kami dapat, contohnya di Jawa Timur, indikasinya kemenangan 01, ternyata yang menang 02. Jawa Tengah juga sebagian. Kemudian NTT, Kalimantan.”
Prabowo Subianto usai mencoblos di Hambalang, Kabupaten Bogor. Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Sumber lain di lingkaran Prabowo bercerita, sejak mendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, lembaga survei pimpinan Sugiono telah menjadi rujukan utama Prabowo. Alasannya adalah etika lembaga survei.
Elite Partai Gerindra pernah bertemu salah satu lembaga survei kondang yang meminta kontrak bernilai miliaran rupiah untuk cooking numbers atau mengolah angka sesuai preferensi. Itulah yang membuat Gerindra gerah dan mengumpulkan tim sendiri dengan dukungan tenaga dari lingkup Institut Teknologi Bandung.
Saat Pilgub DKI Jakarta, tim survei Sugiono menyampaikan kepada Prabowo malam sebelum pencoblosan bahwa Anies-Sandi bakal menang. Prabowo kemudian membawa data Sugiono ke hadapan elite koalisi pendukung Anies-Sandi: mereka akan menang dengan angka 58 persen. Temuan tim Sugiono itu sesuai hasil akhir Pilgub DKI yang memenangkan Anies-Sandi pada angka 57,96 persen.
Yunarto Wijaya, Sekjen Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika, membantah hitung cepat menjadi alat politik untuk menggiring opini publik. Ia menekankan, metode quick count memiliki standar dan pertanggungjawaban ilmiah. Keberatan terhadap hasil hitung cepat pun dapat diajukan untuk digelar sidang etik oleh lembaga profesi seperti Persepi.
“Itulah mengapa quick count dalam khazanah ilmu politik dianggap sebagai salah satu penjaga demokrasi,” kata Yunarto di sela gelar data lembaga survei yang tergabung dalam Persepi di Hotel Morrissey, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/4).
Maka, tegasnya, berbagai tudingan atas hitung cepat oleh kalangan politik merupakan intervensi terhadap ilmu pengetahuan.
Lembaga survei yang ikut membuka data dan metode mereka di Morrissey hari itu ialah Charta Politika, Indikator, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Saiful Mujani Research & Consulting, Poltracking Indonesia, LSI Denny JA, Indo Barometer, Cyrus Network, Populi Center, dan Konsep Indonesia.
Hamdi Muluk, Ketua Dewan Persepi yang juga mantan direktur LP3ES, mengeluarkan tantangan. “Kalau kami semua main buka-bukaan data, terus yang menuding ini enggak mau buka data, tapi dia nuduh kami bohong. Yang bohong siapa sebenarnya?”
Klaim Kemenangan Prabowo. Infografik: Basith Subastian/kumparan
Apa pun, Prabowo tampak yakin akan kemenangannya. Setelah dua deklarasi dalam satu hari pada Rabu (17/4), ia kembali menggelar dua deklarasi kemenangan lainnya pada Kamis dan Jumat, di pekan yang sama.
Pada deklarasi Kamis (18/4), Prabowo didampingi lebih banyak tokoh parpol koalisinya. Sandiaga pun akhirnya menampakkan diri bersama Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan, Amien Rais, dan Salim Segaf Al-Jufri.
Sandiaga baru mendampingi Prabowo pada deklarasi kemenangan yang ketiga, Kamis (18/4). Sehari sebelumnya saat hari pencoblosan, Rabu (17/4), kondisi fisik Sandi drop. Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Dalam deklarasi Jumat malam (19/4), Prabowo disambut antusias oleh pendukungnya. Deklarasi yang bertepatan dengan acara Gema Nisfu Syaban itu semula direncanakan digelar di Monas.
Namun, deklarasi urung berlangsung di Monas dan dipusatkan di Kertanegara, kediaman Prabowo. Kini, Prabowo telah dipanggil “Presiden” oleh relawan di sekitar rumahnya itu—Jalan Kertanegara.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten