Kemenag soal 41 Masjid Terpapar Radikalisme: Itu Penelitian Lama

19 November 2018 5:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Binmas Kemenag Muhammadiyah Amin. (Foto: Nugroho Sejati/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Binmas Kemenag Muhammadiyah Amin. (Foto: Nugroho Sejati/ kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Agama (Kemenag) menanggapi pernyataan Badan Intelijen Negara (BIN) yang menyebut ada 41 masjid di lingkungan pemerintahan yang terpapar radikalisme. Menurut Dirjen Binmas Kemenag Muhammadiyah Amin, data tersebut berdasarkan survei lama yang dilakukan oleh Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya itu hasil penelitian lama dari P3M, yang menyebutkan ada 41 masjid yang terpapar radikal dari 100 masijd yang disurvei. Jadi ada 7 yang rendah, 17 sedang, dan 17 berat," kata Amin saat dihubungi, Senin (19/11).
Hanya saja, Amin mengungkapkan, Kemenag tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi masalah radikalisme itu. Sebab hingga saat ini baik BIN maupun P3M tidak pernah memberikan data mengenai 41 masjid yang terpapar radikalisme tersebut.
"Kita punya program pembinaan masjid ya, pembinaan pengurus masjid. Kita tidak bisa melakukan pembinaan itu karena baik P3M maupun BIN tidak menyebut nama-nama masjid yang bersangkutan, karena tidak ada datanya. Itu kan (BIN) hanya menyebut 17 masjid radikal berat, jadi sebagai orang yang punya kewenangan untuk pembinaan terhadap pengurus masjid, remaja masjid, kita tidak bisa berbuat lebih banyak karena kita tidak tahu masjid mana," ujar Amin.
Ilustrasi masjid (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masjid (Foto: Pixabay)
Meski demikian, Kemenag secara garis bersar menyambut baik apa yang telah diungkapkan oleh BIN. Sebab dengan begitu masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap paham radikalisme.
ADVERTISEMENT
"Saya kira bagus juga apa yang disampaikan oleh BIN, dalam rangka kita waspada dengan adanya radikalisme di masjid," ucap Amin.
BIN menyebut ada 41 masjid di lingkungan pemerintahan yang terpapar radikalisme. Juru bicara BIN Wawan Hari Purwanto menjelaskan istilah radikal itu ditujukan pada penceramahnya, bukan masjidnya.
"Sebetulnya masjid tidak ada yang radikal, tapi penceramahnya. Kalau misal ada dai-dai atau khatib ceramah intoleran, tafsir-tafsir yang mengarah pada suasana yang panas, itu yang diingatkan," ucap Wawan kepada kumparan, Minggu (18/11).
Wawan menjelaskan, di beberapa masjid pemerintahan, penceramah sudah punya jadwal rutin termasuk penceramah dengan paham radikal. Sehingga masjid dimaksud dianggap terpapar radikalisme. Wawan enggan mengungkap 41 masjid tersebut.
"41 masjid ini tidak untuk dikonsumsi publik, tapi didalami, diupayakan supaya ini kan early warning sehingga dilakukan pendekatan secara intelijen. Kalau dibuka (data masjidnya), bisa menimbulkan keresahan," tuturnya.
ADVERTISEMENT