news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kepala Bakamla Diduga Merestui Penyuapan

20 Maret 2017 20:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Arie Soedewo. (Foto: Nikolaus Harbowo)
Kepala Badan Keamanan Laut, Laksamana Madya TNI Arie Sudewo, diduga memberikan uang ke bawahannya. Uang itu diduga fee pengadaan satellite monitoring Bakamla.
ADVERTISEMENT
Salah satu penerima fee adalah Direktur Data dan Informasi Bakamla, Laksamana Pertama Bambang Udoyo, yang kini sudah berstatus tersangka.
Bambang mengaku menerima fee itu saat bersaksi di sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (20/3). Di sidang itu, Direktur Utama PT Melati Technofo Indonesia (PT MTI), Fahmi Darmawansyah, duduk sebagai terdakwa pemberi suap.
Uang suap dari Fahmi diduga berkaitan dengan tender satellite monitoring Bakamla yang telah dimenangkan PT MTI.
Fahmi Darmawansyah di sidang dugaan suap Bakamla. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Bambang bercerita, pada 7 November 2016, dia dipanggil ke ruangan Arie Soedewo. Di ruangan itu terjadi kesepakatan penyerahan uang.
"Beliau hanya bilang, 'Biar kamu semangat kerjanya, nanti kamu (Bambang), Eko, dan Nofel saya kasih satu-satu'," ujar Bambang menirukan ucapan Arie.
ADVERTISEMENT
Eko yang dimaksud adalah Eko Susilo Hadi adalah eks Deputi Bidang Informasi, Hukum, dan Kerja sama Bakamla--tersangka penerima suap. Sedangkan Nofel menjabat Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Bakamla.
Dalam kesaksiannya, Bambang menyebut dua anak buah Fahmi Darmawansyah, yaitu Muhammad Adami Okta dan Hardy Stefanus, mendatanginya ke Kantor Bakamla di Jakarta Pusat.
Penyerahan terjadi dua kali, yaitu pada 5 dan 6 Desember 2016. Pada pertemuan pertama, atas amanat Arie Soedewo, keduanya memberikan uang sebesar SGD 100.000 ke Bambang.
Di pertemuan kedua, Hardy kembali mendatangi Bambang dan menambahkan uang sebesar SGD 5.000. "Jadi total seluruhnya SGD 105.000," ujar Bambang.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kata Bambang, Arie Soedewo kembali memanggilnya pada 13 Desember 2016. "Beliau bertanya, 'Sudah terima uang belum?' Saya jawab, 'Sudah'," kata Bambang.
Beberapa hari usai penerimaan uang tersebut, Adami dan Hardy berencana melakukan pertemuan dengan Eko Susilo pada 14 Desember 2016 di Kantor Bakamla.
Dalam surat dakwaan menyebutkan, keduanya akan memberikan uang sebesar SGD 100.000 dan USD 78.500--yang dibungkus rapih oleh amplop cokelat untuk diberikan ke Eko Susilo. Di hari itu juga, penyidik KPK mendatangi kantor Eko Susilo. Ketiganya, beserta uang dan mobil Toyota Fortuner milik Hardy dan Adami ikut diamankan.
Usai penangkapan, Bambang kembali menghadap Arie Soedewo. Ia berencana mengembalikan uang yang sudah ia terima itu ke POM TNI.
ADVERTISEMENT
"Pas Pak Eko di-OTT, saya bilang, daripada saya bohong, mending saya mengaku saja sudah terima uang. Kalau Kabakamla tidak memerintahkan, saya tidak akan terima uang itu," kata Bambang.
Bambang menegaskan kepada ketua tim penuntut umum, Kiki Ahmad Yani, tidak mengetahui sumber uang tersebut.
"Saya anggap itu uang betul. Kalau saya tahu dari awal ini uang panas, enggak akan saya terima. Saya langsung bilang ke Pak Arie kalau tanggal 15 (Desember) akan saya serahkan ke POM TNI," ujar Bambang.
Sementara jaksa Kiki menanggapi jawaban Bambang. "Lalu apa respons Kabakamla saat itu?" tanya Kiki.
ADVERTISEMENT
"Saya menghadap Kabakamla lagi, saya lapor uang yang beliau berikan sudah saya serahkan ke POM. Bapak cuma bilang 'sudah jangan emosi, bilang saja ke penyidik kamu khilaf'," kata Bambang menirukan ucapan Arie.
Deputi Informasi dan Hukum Bakamla Eko Susilo Hadi (Foto: Fany Kusumawardhani/kumparan)
Eko Susilo Hadi, yang juga memberikan kesaksian bersama Bambang saat itu, mengaku juga menerima uang tersebut atas perintah Arie Soedewo.
"Dari 15 persen proyek, saya diberitahu pimpinan (Arie), ada bagian 7,5 persen untuk Bakamla. Saya diberitahu persenan itu akan diberikan 2 persen terlebih dahulu. Saya diperintahkan untuk membagikan uang tersebut, yaitu ke saya, Bambang Udoyo, dan Nofel Hasan, satu-satu," ujar Eko.
kumparan (kumparan.com) berupaya meminta konfirmasi kepada Arie Soedewo, Senin (20/3). Melalui Rendy, ajudannya, Arie meminta dihubungi lagi besok. "'Kalau ada yang cari saya, bilang besok saja', " kata Rendy menirukan titipan pesan Arie.
ADVERTISEMENT