Kepala BNPB: Perlu Hutan Pantai untuk Menahan Tsunami

13 Januari 2019 1:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doni Monardo bersama peneliti tsunami KKP Abdul Muhari (jaket hitam) di Carita, Pandeglang, Banten.  (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Doni Monardo bersama peneliti tsunami KKP Abdul Muhari (jaket hitam) di Carita, Pandeglang, Banten. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Selain bermanfaat untuk penghijauan dan memberikan hawa segar bagi manusia, pohon juga bisa menjadi penahan arus tsunami. Hal itu terjadi di salah satu wilayah di Carita, Pandeglang, Banten.
ADVERTISEMENT
Deretan pohon yang berada di bibir pantai Carita tereduksi tsunami pada 22 Desember 2018, sebelum ombaknya sampai ke permukiman warga di sekitar pantai.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo menilai kawasan hutan pantai diperlukan untuk pantai yang berada di zona merah, seperti di Carita. Penanaman pohon untuk hutan pantai mungkin memerlukan waktu lama hingga pohon menjadi kokoh. Namun hal tersebut perlu dilakukan untuk menghindari bencana yang sama di masa datang.
“Kalau ini menjadi sebuah tujuan kita mengurangi bencana, mulai sekarang sudah disiapkan kawasan zona merah di wilayah Selat Sunda. Ini harus sudah mempersiapkan diri dari sekarang untuk melakukan penanaman pohon, mulai dari bibit pohon, tanam pohon, perawatannya, sampai betul-betul kokoh,” kata Doni di lokasi, Sabtu (12/1).
ADVERTISEMENT
Terkait mekanisme pelaksanaannya, Doni menyerahkan pemerintah setempat untuk membuat perencanaannya.
Kepala BNPB, Doni Monardo beserta staff saat meninjau lokasi terdampak tsunami Selat Sunda di Tanjung Lesung. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BNPB, Doni Monardo beserta staff saat meninjau lokasi terdampak tsunami Selat Sunda di Tanjung Lesung. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
“Kita serahkan kepada pemkab termasuk dinas kehutanan provinsi untuk bisa membuat perencanaan. Jadi memang tidak bisa dalam waktu yang cepat, tapi paling tidak sudah punya program,” ujar Doni.
Sementara itu peneliti tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Abdul Muhari, mengatakan hutan pantai tidak hanya bisa menahan arus tsunami, tapi juga menghindari batu koral yang terbawa tsunami menghantam permukiman warga. Pasalnya karakteristik tsunami Selat Sunda kerap membawa koral dalam ukuran besar ke darat.
“Jadi hutan pantai ini selain berguna untuk mengurangi laju arus atau energi dari tsunami juga berfungsi untuk menahan koral-koral besar. Maka, itu sangat berbahaya,” kata pria yang akrab disapa Aam itu.
Kepala Pusat Penelitian Geoteknoligi LIPI, Eko Yulianto (rompi oranye) menjelaskan soal koral besar yang terbawa oleh tsunami kepada Kepala BNPB Letjen Doni Monardo. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Pusat Penelitian Geoteknoligi LIPI, Eko Yulianto (rompi oranye) menjelaskan soal koral besar yang terbawa oleh tsunami kepada Kepala BNPB Letjen Doni Monardo. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
“Jadi, keberadaan hutan-hutan pantai dengan diameter pohon yang cukup besar sangat efektif untuk menahan koral-koral tadi sehingga tidak menjadi peluru yang akan menghancurkan pemukiman,” jelas Aam.
ADVERTISEMENT
Dalam rangkaian kunjungan kerjanya, Doni mengunjungi pos pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kabupaten Serang, Banten. Selain itu, dia juga juga mengunjungi Shelter Tsunami di Labuan dan lokasi terdampak tsunami di Tanjung Lesung.