Ketika Densus 88 Amankan Tiga Orang Terduga Teroris di Kampus UNRI

4 Juni 2018 5:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Irjen Pol Setyo Wasisto (Foto: ANTARAFOTO/Hafidz Mubarak)
zoom-in-whitePerbesar
Irjen Pol Setyo Wasisto (Foto: ANTARAFOTO/Hafidz Mubarak)
ADVERTISEMENT
Detasemen Khusus 88 Anti Teror menangkap Muhammad Nur Zamzam alias Jack di Gedung Gelanggang Mahasiswa Fakultas Fisipol UNRI, Pekanbaru. Zamzam diketahui memiliki hubungan dengan Mursalim alias Pak Ngah, otak teror Mapolda Riau.
ADVERTISEMENT
"Sebelum penyerangan Polda Riau, Pak Ngah pernah memesan bom ke Jack alias Zamzam," kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di kantornya, Minggu (3/6).
Lebih lanjut, menurut Setyo, Zamzam juga memiliki hubungan dengan Bakti Bagus Nugraha alias Kholid. Bakti merupakan anggota JAD yang tewas dalam penggerebekan di Cianjur pada 13 Mei lalu.
Dalam penggerebekan itu, Densus 88 menemukan sejumlah barang bukti di antaranya bahan peledak, dua buah busur dan delapan buah anak panah, satu buah senapan angin, dan satu buah granat tangan rakitan.
Selain menangkap Zamzam, polisi juga mengamankan Rio Bima Wijaya alias D (34), dan OS alias K (32). Zamzam dan OS ditangkap Densus di dalam kampus Unri. Sementara Rio ditangkap di Desa Kampar, Kecamatan Kumbang, Kabupaten Kampar, Riau.
ADVERTISEMENT
Dari ketiga orang yang ditangkap, polisi sudah menetapkan Zamzam sebagai tersangka. Sedangkan kedua orang lainnya, Rio dan Grandi, masih berstatus sebagai saksi.
Penggeledahan barang yang mencurigakan (Foto: Antara/Rony Muharrman)
zoom-in-whitePerbesar
Penggeledahan barang yang mencurigakan (Foto: Antara/Rony Muharrman)
Setelah melakukan pemeriksaan, polisi mendapati bahwa ketiga laki-laki tersebut adalah alumni FISIP Universitas Riau dan satu di antaranya merupakan anggota dari UKM Mapala Sakai. Dengan kedok sebagai alumni mereka bertiga mampu memanfaatkan sekretariat Mapala Sakai sebagai tempat mereka menyusun rencana teror.
Ketua BEM Fisipol UNRI, Arif Dinda menjelaskan bahwa sekretariat Mapala Sakai di gedung gelanggang mahasiswa memang sudah lama tidak digunakan. Para mahasiswa aktif pun tidak ada yang menaruh rasa curiga terhadap kegiatan mereka.
"Alumni itu memang meminjam untuk menginap," kata Arif kepada kumparan, Minggu (3/6).
Namun Arif tidak bisa memastikan sudah berapa lama ketiga orang tersebut menginap di sekretariat mapala itu. Atas kejadian tersebut Arif turut menentang keras terorisme di lingkungan kampus.
ADVERTISEMENT
Dari hasil pemeriksaan polisi, ketiga orang tersebut diduga akan melakukan aksi teror bom dengan target DPD RI dan DPRD. Namun sebelum melakukan aksinya rencana mereka sudah terdeteksi oleh Densus 88 dan dapat diamankan.
"Penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88 ini tentu bukan asal tangkap. Bukti permulaan yang cukup menjadi petunjuk bagi Densus 88 untuk bertindak cepat sebelum kelompok ini melakukan aksinya, yang rencananya akan melakukan aksi teror di gedung DPR dan DPRD," kata pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta dalam keterangan tertulisnya.
Petugas menyisir lokasi TKP Mapolda Riau. (Foto: dok. Winahyu Dwi Utami (kontributor riau))
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menyisir lokasi TKP Mapolda Riau. (Foto: dok. Winahyu Dwi Utami (kontributor riau))
Zamzam diketahui memiliki kemampuan membuat bom TATP (Mother of Satan), jenis bom yang sama dipakai oleh kelompok pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya dan Mapolrestabes Surabaya. "Bukti-bukti yang diamankan berupa bom siap ledak sudah menunjukkan bahwa kelompok ini sangat berbahaya."
ADVERTISEMENT
"Empat unit bom aktif siap ledak, 2 buah busur panah dan 8 anak panah, senapan angin, dan bahan-bahan kimia yang diamankan di lingkungan kampus, justru menunjukkan bahwa kelompok ini memanfaatkan lingkungan kampus Unversiras Riau untuk kepentingannya di luar konteks akademik," lanjutnya.
Ia menjelaskan, model memanfaatkan kampus sebagai tempat persembunyian kelompok radikal harus terus diwaspadai dengan profesional. Kampus, menurut Stanislaus, sebagai lembaga akademik harus dijaga agar tetap bersih dari motif-motif di luar konteks akademik termasuk motif kelompok radikal yang akan melakukan aksi teror.
"Peran sivitas akademika untuk tetap menjaga marwah akademik di lingkungannya sangat penting. Deteksi dini dan cegah dini yang dilakukan oleh internal kampus harus dilakukan. Sehingga peristiwa seperti yang terjadi di Universitas Riau tidak perlu terjadi di kampus lain. Pemanfaatan lingkungan kampus untuk aktivitas yang mengarah kepada kelompok radikal dan tindakan terorisme tidak boleh terjadi lagi," tutup dia.
ADVERTISEMENT