Ketika Gubernur Ganjar Ngantor Pakai Baju Adat dari Sulawesi Selatan

23 Agustus 2019 0:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengenakan baju adat Sulawesi Selatan saat membuka seminar Kagama di Semarang, Kamis (22/8). Foto: Dok Humas Pemprov Jateng
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengenakan baju adat Sulawesi Selatan saat membuka seminar Kagama di Semarang, Kamis (22/8). Foto: Dok Humas Pemprov Jateng
ADVERTISEMENT
Ada pemandangan yang berbeda di lingkungan Pemprov Jateng sejak Kamis (22/8) pagi. Para pegawai dan karyawan Pemprov Jateng mengenakan busana adat Nusantara. Ada yang mengenakan busana adat Betawi, Bali, Madura, dan adat lainnya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, mengenakan busana adat dari Sulawesi Selatan saat menghadiri acara di Hotel PO, MG Suites maupun acara Seminar Nasional Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) di Museum Ronggowarsito.
"Ada yang tahu, saya memakai busana dari mana?" tanya Ganjar kepada peserta Munas dan Konferensi Nasional IV Forum Komunikasi Satuan Pengawas Intern di Hotel Po Semarang, Kamis (22/8) dalam keterangan pers dari Humas Pemprov Jateng.
"Ini busana dari Sulawesi Selatan. Bajunya bagus, sarung merah ini coraknya juga bagus. Bukan alasan, saya sudah dinobatkan sebagai keluarga Sulawesi Selatan dengan sebutan Daeng Manaba," katanya disambut tepuk tangan peserta.
Gelar untuk bangsawan Bugis itu diberikan oleh kesepuluh raja Sulsel. Penganugerahan gelar ditandai dengan penyerahan keris dari Gubernur Sulsel pada saat itu, Syahrul Yasin Limpo, kepada Ganjar Pranowo, pada 2016 lalu.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengenakan baju adat Sulawesi Selatan. Foto: Dok Humas Pemprov Jateng
Diungkapkan, sejarah telah menunjukkan bahwa hubungan antarsuku di Indonesia memiliki kepentingan yang sama untuk mendirikan bangsa Indonesia. Sejarah itu perlu dijadikan contoh untuk generasi saat ini.
ADVERTISEMENT
"Cekcok antar suku, sara, itu jadul. Anak bangsa yang betul ya seperti hari ini. Republik ini lahir dari berbagai golongan. Tidak ada yang utama, semua sama," katanya.
Ganjar mengaku, meski dirinya dari Jawa Tengah telah belajar banyak dari suku Bugis. Terutama keberaniannya mengarungi samudera.
"Tali ini tidak hanya mengikat saya tapi mengikat juga orang Jateng dan Sulsel. Kita berjuang mencapai kejayaan Indonesia, kita menjadi pelopor," katanya.
Gubernur Sulawesi Selatan pada saat itu, Syahrul Yasin Limpo kata Ganjar, mengatakan, gelar yang diberikan merupakan sebuah gelar kehormatan yang istimewa di Sulsel.
"Kami memberi gelar itu, karena siap menjadi perekat bangsa ini. Penilaian ini bukan dibuat-buat, tidak. Lurus, tegas, berani, memegang teguh adat. Ganjar memiliki itu semua," kata Ganjar menirukan ucapan Syahrul Yasin Limpo.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, meski Ganjar memiliki darah dari suku Jawa, namun dari aspek sejarah sebenarnya antara Jawa dengan Bugis punya keterikatan.
"Kami menaruh harapan besar merajut kebersamaan ini. Sejarah membuktikan, Jawa dan Bugis punya keterikatan kuat," katanya.
Menurut Ganjar lagi, busana Nusantara, jika dikumpulkan ternyata ada banyak sekali. Sehingga, sebagai warga negara yang baik, harus merawatnya dan jangan sampai hilang atau diklaim oleh negara lain. Ketika tidak mau merawat, dan terjadi klaim oleh negara lain, justru panik dan marah.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (kanan) bersalaman dengan mantan Ketua MK Mahfud MD saat seminar Kagama di Semarang, Kamis (22/8). Foto: Dok Humas Pemprov Jateng
"Yo salahe dewe ora gelem ngurus, ora gelem merawat. Padahal, dengan kekayaan beragamnya busana Nusantara, menunjukkan kalau busana kita itu top. Kebhinnekaan itu ya ini, NKRI itu ya ini," tandas Ganjar.
ADVERTISEMENT
Penggunaan busana Nusantara pun telah dituangkan melalui surat edaran (SE) Nomor 065/0016031/2019. Para pegawai dan karyawan Pemprov Jateng wajib mengenakan pakaian adat Jawa pada Kamis pekan pertama hingga ketiga, dan pakaian adat Nusantara pada Kamis pekan terakhir.
Sejumlah pejabat dan staf pun penampilannya tidak kalah menawan dan tampak "manglingi" saat pakaian adat Nusa Tenggara Timur, Minang, Batak, Betawi, Sunda, hingga pakaian adat Madura, Jawa Timur membalut tubuh ASN di Setda Provinsi Jawa Tengah.
Suasana ASN Setda pada Kamis (22/8/2019) pun seolah mendadak bak peserta karnaval "Bhineka Tunggal Ika" saat apel pagi.
Sri Juaini Usahawati, PNS bagian protokol yang akrab disapa Enny memilih mengenakan busana Bali karena sebelum ada kebijakan itu, ia sudah memiliki koleksi lebih dari lima. Selain karena coraknya yang menarik, keluarga besarnya memang berasal dari Bali.
ADVERTISEMENT
"Selain dari Bali, saya juga punya koleksi dari Palembang dan Kalimantan Dayak. Dengan kebijakan ini, koleksi saya nanti bisa tambah banyak. Ini juga mengangkat kebudayaan dan keragaman," kata Sri Juaini.