Ketua KPU Curhat Jadi Sasaran Hoaks: Sakit Hati Saya

19 Maret 2019 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua KPU RI Arief Budiman saat di Gedung Balai Kota Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua KPU RI Arief Budiman saat di Gedung Balai Kota Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kemunculan hoaks semakin marak jelang pemilu. Ketua KPU Arief Budiman menyampaikan pernah menjadi sasaran hoaks terkait 7 kontainer surat suara tercoblos hingga peretasan sistem KPU.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Prospek Demokrasi Elektoral Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 di Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (19/3).
"Saya sakit hati itu, kalau kontainer kan perintah dari saya seharusnya. Saya marah betul, ini keterlaluan. Kemudian saya lapor, sudah lapor dibilang lebay," kata Arief.
Bahkan, ada hoaks yang menyerang pribadinya. Arief mengatakan, dirinya pernah disebut sebagai saudara dari aktivis So Hok Gie hingga dipermasalahkan netralitasnya. Arief menanggapinya dengan membuat klarifikasi lewat medsos disertai meme.
"Ada lagi, Arief Budiman adalah saudara So Hok Gie. Saya tidak marah, saya biarkan, bikin saja keterangan, karena era milenial saya bisa gitu (di medsos), 'nama sama tapi orangnya beda, keles'," ujar mantan Ketua KPU Jatim itu.
Ilustrasi Surat Suara Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Hoaks lain yang diterima adalah tudingan KPU mendata orang gila. Arief kemudian menjelaskan bahwa yang didata KPU adalah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan bukan orang dengan penyakit gila yang sudah tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Yang kami data bukan orang gila, yang didata ODGJ. Itu bukan yang di pinggir jalan, yang tidak pakai baju, mengenali diri tidak bisa, bukan itu. Kalau lihat wajah kalian mungkin masuk (ODGJ), banyak utang, putus pacar, ribut dengan suami. Jangan dikira, kalau saya diperiksa psikiater mungkin masuk ODGJ. Saya jam 01.00 WIB belum bisa tidur itu termasuk ODGJ," jelas Arief.
"Yang didata yang gangguan jiwa ringan, temporer, bukan yang tidak bisa identifikasi diri. Sesuai putusan MK," ujar Arief.
Dia menyayangkan beredarnya hoaks dan pelaku yang masih terus menyebarkannya. Menurutnya, baik hoaks ataupun peretasan yang mengincar KPU dilakukan beberapa kalangan bahkan siswa SMA.
"Yang lebih merisaukan itu bukan hoaksnya tapi pelaku hoaksnya. Yang sebar dan meng-hack, sebagian anak-anak SMA. Anak-anak kita yang pintar itu melakukan hal seperti itu, siapa yang ajarkan?" katanya.
ADVERTISEMENT
Serangan hoaks atau peretasan ada yang memang didiamkan dan dijawab lewat klarifikasi tanpa laporan polisi. Namun Arif, menegaskan jika perbuatan tercela itu dilakukan dan mengganggu proses berjalannya pemilu, Arief mengaku tak tinggal diam.
"Saya tidak pernah marah, ketika ada hal penting dan substansial ganggu pemilu kita ya kita lawan," tegasnya.