Ketum PBNU dan Grand Syekh Al Azhar Sepakat Tolak Khilafah

2 Mei 2018 21:29 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Grand Syeikh Ahmed El-Tayyeb di PBNU. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Grand Syeikh Ahmed El-Tayyeb di PBNU. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pengurus Besar NU Said Aqil Siroj berdiskusi tentang Islam nusantara dengan Grand Syekh Al Azhar, Ahmed Muhammad Ahmed Al-Thayyeb. Dalam diskusi yang berlangsung di Kantor PBNU Jakarta Pusat itu, Said menyebut Al Azhar dan NU memiliki kesepahaman tentang Islam yang moderat.
ADVERTISEMENT
Keduanya sepakat penerapan ajaran Islam harus dilakukan secara adil dan proporsional. Mereka juga sepakat untuk secara bersama-sama menolak adanya khilafah, bahkan menurut Said sebagian besar umat Islam juga sudah menolak khilafah.
"Barang siapa yang mengkafirkan orang yang salat, orang yang hajinya ke Makkah, kiblatnya ke Makkah, itu dia sendiri yang kafir. Jadi tidak boleh mengkafirkan orang yang salat, masih menghadap kiblat salatnya. Tidak ada alasan untuk mengkafirkan orang yang salat," ujar Said di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (2/5).
Said menambahkan, dalam kesempatan itu Ahmed berpendapat bahwa khilafah merupakan persoalan kecil yang tak perlu dibesar-besarkan. Hal tersebut bahkan pernah diutarakan langsung oleh pemikir muslim, Imam Abu Hasan Al-Asy'ari.
ADVERTISEMENT
"Ketika ditanya tentang khilafah, bagaimana pendapat beliau tentang sekelompok orang yang ingin mendirikan khilafah, 'ikutilah mayoritas, mayoritas umat Islam ingin khilafah atau tidak? Kalau tidak jangan macam-macam', beliau jawab gitu," jelas Said.
Melanjutkan apa yang disampaikan Ahmed, dalam kesempatan itu Said menyebut Ahmed juga menyampaikan sejumlah pesan untuk seluruh umat Islam di Indonesia. Ahmed meminta seluruh muslim dapat mencintai dan menghormati warga Arab, sebab Nabi Muhammad SAW berasal dari Arab.
Selain itu, Ahmed juga mengimbau umat Islam untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Hal itu penting, agar umat Islam dapat terhindar dari fitnah, adu domba, kebohongan, hingga kebencian.
"Bahwa media sosial itu besar sekali manfaatnya. Tapi juga besar sekali mudaratnya. Kalau media sosial di-manage dengan baik, itu manfaatnya besar sekali," ucap Said menirukan ucapan Ahmed.
ADVERTISEMENT
Terakhir, Ahmed berpesan agar agama tak dijadikan alat politik. "Kalau agama dijadikan alat untuk pemenangan pilkada, pilgub, pilpres sangat berbahaya," tutup Said.