Khofifah dan Yenny Wahid Undang JK Buka Rakornas Muslimat NU

25 Januari 2019 19:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Jusuf Kalla (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) akan menggelar dua acara pada Minggu (27/1), yakni peringatan harlah dan rakornas. Peringatan harlah akan digelar di Gelora Bung Karno sementara pada Minggu malam, akan digelar rakornas di Hotel Atlet Century Park, Senayan.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, mengundang Wapres Jusuf Kalla (JK) untuk hadir dalam rakornas. Saat mengundang JK, Khofifah mengajak Ketua Panitia Hari Lahir Muslimat NU, Yenny Wahid.
"Tadi kita mau mengundang Pak Wapres, berkenan membuka rakornas muslimah NU. Kita kan mau harlah, ketuanya Mba Yenny (Yenny Wahid) di Gelora Bung Karno," kata Khofifah di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Jumat (25/1).
Adapun untuk Harlah, Gubernur Jawa Timur terpilih itu juga memastikan acara tak hanya akan digelar di Jakarta, melainkan sejumlah daerah di Indonesia. Presiden Joko Widodo juga dijadwalkan hadir dalam pusat Harlah yang digelar di GBK.
"Jadi insyaallah lebih dari 100 ribu yang sudah mendaftar hadir. Tapi di daerah-daerah juga ada, jadi kalau kita mau menyebut jutaan itu bukan sesuatu yang bombastis, karena pada saat itu yang sama dilakukan di tempat lain," kata Khofifah.
ADVERTISEMENT
Di Harlah nanti, acara akan diisi kegiatan keagamaan, mulai dari salat subuh, pengkhatam Al-Qur'an, hingga hiburan tarian Sufi. Muslimat NU juga akan mendeklarasikan antihoaks. Ketua Panitia Harlah Muslimat NU, Yenny Wahid, mengatakan, informasi bohong merupakan ancaman yang perlu dicegah penyebarannya.
"Insyaallah presiden hadir di Harlah. Ada 999 penari sufi disitu, kemudian ada khataman Alquran di sana, insyaallah tidak kurang dari 1000 pengkhatam (hadir)," jelas Khofifah.
"Hoaks, fake news itu kan sekarang jadi ancaman. Bukan secara nasional, tapi secara global di mana-mana. Kita semua harus mampu, harus punya mekanisme untuk menanggulangi ini karena efeknya bisa sangat rusak," tuturnya.