Khofifah: Jokowi Masih Harus Kerja Keras di Madura

19 Desember 2018 18:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Khofifah Indar Parawansa tiba di acara deklarasi JKSN wilayah DKI Jakarta untuk pemenangan Jokowi dan Maruf Amin di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (19/12/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Khofifah Indar Parawansa tiba di acara deklarasi JKSN wilayah DKI Jakarta untuk pemenangan Jokowi dan Maruf Amin di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (19/12/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa ikut turun gunung untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Hari ini, Khofifah ikut serta dalam deklarasi dukungan Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
ADVERTISEMENT
Namun, Khofifah menyoroti wilayah Jatim belum sepenuhnya aman bagi Jokowi. Madura menjadi salah satu titik yang harus diperhatikan oleh Jokowi-Ma'ruf.
"Madura memang pada posisi terakhir Pak Jokowi masih harus bekerja keras untuk Madura. Mudah-mudahan ada kanal baru karena pagi tadi ada pertemuan ulama se-Madura dan saya melihat responsnya sangat bagus," kata Khofifah dalam deklarasi JKSN DKI Jakarta untuk Jokowi-Ma'ruf di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (19/12).
"Ketika mereka mengenal lebih dekat, mudah-mudahan pilihan-pilihan itu kemudian akan menemukan format yang bisa memberikan penguatan pada Pak Jokowi ya," jelasnya.
Apalagi, menurut data yang diperoleh, Khofifah menyebut jumlah pemilih yang belum menentukan pilihannya di Pilpres 2019 cukup besar. Sehingga, pendekatan yang intensif akan membuat perolehan suara Jokowi bertambah.
Jokowi diberikan sorban oleh Ulama Madura di Bangkalan. (Foto: Dok. Presidential Palace/Agus Suparto)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi diberikan sorban oleh Ulama Madura di Bangkalan. (Foto: Dok. Presidential Palace/Agus Suparto)
"Di Sampang sendiri undecided voter-nya masih 80 persen, jadi masih sangat tinggi. Saya hadir beberapa kali di Sampang. Kemudian di Bangkalan, pemilu yang lalu kebetulan Pak Jokowi 18,8 persen dan saya hadir beberapa kali untuk menyampaikan kesan kepada mereka, apa yang ada di dalam pikiran mereka, " jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Kita bisa berdialog untuk bisa menemukan format sampai kemudian mereka bisa mengenali siapa Pak Jokowi. Dari informasi yang sementara kebetulan yang mereka terima tidak seperti yang saya sampaikan," lanjutnya.
Khofifah mencontohkan isu negatif yang selama ini menempel pada capres Jokowi. Mulai, dari tokoh anti-Islam hingga terlibat PKI.
"Misalnya pak Jokowi anti-Islam, anti-ulama, saya bilang mana mungkin KH Ma'ruf dijadikan cawapres. Kalau info itu betul tidak ada ulama, tidak ada pesantren," ujarnya.