news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Abdul Wahab Dakwah di Papua dan Filosofi Berkorban Jadi Paku

6 Mei 2018 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abdul Wahab sukses membangun media online. (Foto: Irish Tamzil/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Wahab sukses membangun media online. (Foto: Irish Tamzil/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mantan santri yang kini sukses berbisnis, Abdul Wahab (29), pernah tinggal selama hampir 3 tahun di Papua. Awalnya dia berangkat ke Papua untuk menjalankan bisnis proyek kitchen set.
ADVERTISEMENT
Setelah empat bulan menjalankan proyek, Wahab 'ditahan' tokoh politik Papua, Antonius Rahail. Rupanya Antonius kepincut dengan prinsip Wahab. Dari situ Antonius meminta Wahab mengenalkan Papua dengan cara kesantriannya.
“Beliau katanya suka sama prinsipku. Ketika orang mendengar kata Papua pasti langsung negatif gitu kan ya, ketika disebut Papua itu kan OPM, nonmuslim, padahal masyarakat Papua enggak seseram itu,” kata Wahab saat ditemui kumparan (kumparan.com), Jumat (4/5).
Sejak saat itu Wahab mulai berdakwah di Papua. Hasil gaji empat bulan menjalankan proyek dia gunakan untuk membangun fasilitas berdakwah. Di sana Wahab pun banyak dibantu.
“Empat bulan gajiku aku gunain buat fasilitas di Papua. Untuk tempat tinggal aku dikasih orang Katolik, padahal aku dakwah Islam,” ucap Wahab.
ADVERTISEMENT
Wahab sering berdakwah di Papua, hingga dia mengabarkan temannya yang bergabung di Nahlatul Ulama (NU) dan menceritakan apa yang dia lakukan di Papua. Mendengar kabar itu teman-temannya pun mendukung dan menjadikan Wahab delegasi Nadhlatul Ulama di Papua.
"Aku hubungi teman-teman yang NU, aku begini (dakwah) di Papua. Mereka dukung, senang lah, aku keliling, buat madrasah, dan lain-lain," jelas Wahab.
Wahab belajar tentang persatuan di Papua. Walaupun banyak perbedaan, tidak ada masalah di antara mereka. Wahab kini justru merindukan keramahan Papua yang selalu menyapa walau tak saling kenal.
“Masyarakatnya kita bersapa, adek mau ke mana? Masyarakatnya kalau kata orang Jawa grapyak (ramah), nyapa, orangnya baik-baik, enggak pernah ada masalah,” ungkap Wahab.
ADVERTISEMENT
Dari apa yang Wahab lakukan, dia selalu mengingat nasihat Kiai Abdul Karim. Bahwa santri itu bukan harus menjadi presiden atau menteri tapi harus menjadi paku yang bermakna sebagai perekat atau pemersatu.
“Kenapa jadi paku? Kalau kita lihat sebuah rumah yang terbuat dari papan itu tidak akan pernah menjadi sebuah rumah tanpa adanya paku, ketika satu papan bisa menempel ke papan yang lain karena paku," jelas Wahab.
Metafora itu selalu diingat Wahab, namun masalahnya tidak ada yang memuji paku atau santri itu. Menurutnya jika rumah berdiri dengan indah, yang dipuji adalah bangunannya, bukan memuji paku.
ADVERTISEMENT
Bagi Wahab, santri yang sudah keluar dari pesantren harus mengamalkan ilmunya dan menjadi pemersatu antargolongan. Maka dari itu Wahab membangun santri online untuk merukunkan masyarakat dan menghindari hoaks yang bisa memecah persatuan.