Kisah Akmal dan Mahesa, Dua Sahabat yang Berpisah Selamanya di Monas

1 Mei 2018 18:41 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah duka Mahesa korban meninggal di Monas. (Foto: Andreas Ricky/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah duka Mahesa korban meninggal di Monas. (Foto: Andreas Ricky/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mahesa (12), seorang siswa kelas 5 SD tewas di Monas, pada Sabtu (28/4), usai terpisah dengan kawan nya, Akmal (10) saat acara pesta rakyat alias bagi-bagi sembako yang digelar Forum Untukmu Indonesia (FUI).
ADVERTISEMENT
Akmal, menuturkan kisahnya secara lengkap kepada kumparan (kumparan.com), saat ditemui di rumahnya, Pademangan Barat, Jakarta Utara, Selasa (1/5).
“Pagi itu pukul 09.00 WIB, dia nyamperin saya, katanya dia pengin ngajak jalan-jalan ke Monas. Pagi itu Bapak saya dan Ibuk lagi kerja, jadi saya langsung berangkat tanpa pamitan,” ujar Akmal.
Setelah itu, mereka berdua pergi ke arah kota menggunakan angkutan “Kancil”. Sesampai di Kota, mereka menaiki bus tingkat gratis menuju Monas. Hari itu adalah hari pertama dua sahabat ini pergi ke Monas tanpa pengawasan dan sepengatahuan orang tua mereka.
Monas (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Monas (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
“Saya berdua cuma bawa ceban (Rp 10.000), saya ceban, dia ceban,” ujar Akmal.
Sesampai di parkiran IRTI Monas pukul 11.30 WIB, mereka berdua turun untuk berjalan-jalan. Usai puas berjalan-jalan di Monas, Akmal memutuskan untuk pulang, namun ajakan tersebut ditolak oleh Mahesa.
ADVERTISEMENT
“Nanti sajalah, masih enakan di Monas, dia bilang gitu,” kenang Akmal. Raut wajah Akmal berubah ketika ia mengenang kembali saat-saat terakhirnya bersama Mahesa, sahabatnya.
Saat itu, mereka berdua sudah kembali di Parkiran IRTI Monas untuk beranjak pulang. Namun ribuan massa yang datang untuk acara pembagian sembako, membuat mereka terpisah. Bahkan, Akmal sempat terjatuh akibat arus massa yang bergerak masuk ke Monas.
“Saya sempat terjatuh, saat itu saya lihat si Mahesa sudah enggak di samping saya, saya sempat teriak-teriak cari Mahesa, tapi tidak ada jawaban,” terang Akmal. Akmal mencari Mahesa hingga pukul 14:00 WIB, namun tidak ada sehingga dia mengira Mahesa telah pulang terlebih dulu.
“Saya langsung pulang, namun ketika saya sampai di rumahnya, Si Mahesa enggak ada di rumah, saya sampaikan kepada Ibunya,” ujar Akmal menahan tangis.
ADVERTISEMENT
Akmal juga sempat menawarkan diri untuk membantu orang tua Mahesa mencari putranya. Namun, hal itu ditolak oleh Ibu Mahesa.
“Udah biar saya sama Bapak aja yang ke Monas mencari Sosis (Panggilan Akrab Mahesa),” tiru Akmal.
Sementara Ayah dan Ibu Mahesa berangkat ke Monas, Akmal sendiri tidak bisa berdiam diri di rumah. Ia gelisah.
Siswanto dan Akmal (Foto: Andreas Ricky/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Siswanto dan Akmal (Foto: Andreas Ricky/kumparan)
Siswanto, ayah Akmal mengatakan, berulang kali Akmal pergi keluar masuk rumah. Ia juga tidak berbicara sepatah kata pun, mengenai kejadian tersebut kepadanya.
“Dia gelisah, saya rasa ada yang aneh, dia beli bakso tapi enggak dimakan, kemudian minta uang untuk beli es keluar, namun ternyata ia pergi ke rumah Mahesa untuk mencari keberadaan sahabatnya,” tutur Siswanto.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, ketika orang tua Mahesa sampai di Monas, mereka mendapat kabar dari Satpol PP, bahwa Mahesa telah dibawa ke RSUD Tarakan.
“Karena dengar anaknya sudah di RSUD Tarakan, orang tua Mahesa pergi meninggalkan kendaraannya di Monas. Motor tersebut kemudian hilang, makanya saya kasihan banget sama mereka,” ujar Siswanto.
Ternyata Mahesa ditemukan dalam kondisi sudah meninggal. Jenazah Mahesa baru bisa dibawa dari RSUD Tarakan pukul 02:30 WIB, Minggu, (29/4). Ia disemayamkan terlebih dahulu di rumah duka.
“Saya juga katakan kepada anak saya, tuh datengin si Sosis. Dia kan sahabat kamu, tengokinlah terakhir kali,” kata Siswanto.
Mahesa dan Akmal adalah sahabat sangat dekat. Setiap hari, Mahesa selalu berkunjung ke rumah Akmal sebelum berangkat mengaji ke masjid. Ia juga menitipkan seekor burung dara, yang kandangnya menjadi satu dengan kandang burung dara milik Akmal.
ADVERTISEMENT
“Pelajaran yang bisa kami ambil adalah, jangan lengah untuk mengawasi anak, kan ada salahnya kita juga. Sampai mereka pergi tanpa pamitan dengan kita,” pungkas Siswanto.