news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Chaira dan Keluarga ke Jakarta untuk Selamatkan Nyawa

19 April 2019 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Zairin dan istrinya, Shafiyah, tak pernah menyangka bisa menginjakkan kaki di Ibu Kota. Seumur hidup pasangan yang tinggal di pelosok Provinsi Jambi ini, hanya bisa membayangkan rupa Jakarta dari tontonan di televisi.
ADVERTISEMENT
Zairin dan keluarga tinggal di Desa Parit Adzan, Kecamatan Seberang Kota, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Jaraknya 1.000 km lebih dari Jakarta.
Untuk ke kota Jambi saja mereka harus naik motor, lalu menyeberang sungai dengan menumpang perahu, kemudian menyambung lagi dengan bus. Tak ada angkutan umum di Desa Parit Adzan, apalagi taksi online, sebab internet saja belum masuk. Tak heran saat tiba di Jakarta, banyak hal yang membuat mereka terkagum-kagum.
Chaira, bocah penderita kanker stadium 4 bersama orang tuanya. Foto: dok: Zairin
Sayangnya bukan berita bahagia yang membawa Zairin dan Shafiyah menginjakkan kaki di kota metropolitan ini pada April 2018 lalu. Tujuan mereka hanya satu, yakni mendatangi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk memeriksakan anak bungsu mereka, Chaira Luthfia, yang menderita rabdomiosarkoma alias kanker otot dan kini sudah stadium 4.
ADVERTISEMENT
Tak ada rumah sakit yang mampu menangani pengobatan kanker seganas itu di Jambi. Bahkan saat benjolan di bibir Chaira masih tergolong sebagai tumor jinak, penanganannya pun tidak maksimal.
"Di Jambi hanya diberi paracetamol dan dibiopsi dua kali," kata Shafiyah kepada kumparan di kompleks RSCM, Jakarta Pusat, Senin (15/4).
Shafiyah bercerita, sejak lahir pada Desember 2016, ada benjolan kecil seperti bekas gigitan nyamuk di bibir Chaira. Dia tak menyadari bahwa benjolan itu adalah bibit tumor, hingga usia Chaira 40 hari.
Setelah dibawa ke rumah sakit, benjolan itu sempat hilang. Namun delapan bulan kemudian muncul kembali. Pihak rumah sakit kecamatan lantas memberikan rujukan ke kabupaten untuk kemudian dirujuk lagi ke provinsi. Proses rujukan ini memakan waktu sekitar sebulan.
ADVERTISEMENT
Kemudian pihak rumah sakit provinsi melakukan tindakan biopsi untuk menguji tumor yang diderita Chaira. Hasilnya ternyata tumor itu semakin ganas dan sudah menjadi kanker.
"Penyakit itu cepat sekali tumbuhnya. Setelah dibiopsi justru mekar (membesar) tumornya dan semakin menyebar," kata Zairin.
Chaira, bocah penderita kanker stadium 4 bersama orang tuanya. Foto: dok: Zairin
Chaira harus dirujuk ke RSCM di Jakarta. Namun mereka tak bisa segera berangkat ke Jakarta karena keterbatasan dana. Akhirnya setelah mendapat pinjaman dari tetangga sebesar Rp 3 juta dan bantuan dari relawan setempat sebesar Rp 5 juta, Shafiyah dan Zairin nekat berangkat ke Jakarta.
Dalam perjalanan menuju RSCM, kanker Chaira pecah. Darah segar memuncrat dari bibir mungilnya yang membengkak itu. Chaira juga buang air besar dalam bentuk darah dan juga muntah darah. Shafiyah dan Zairin panik bukan kepalang dan langsung menuju IGD.
ADVERTISEMENT
"Saya panik, dari mana-mana keluar darah kayak air keran nyemprot. Sakit apa kayak gini, saya sangat kaget, enggak pernah lihat ada penyakit kayak gini," ujar Zairin menceritakan kejadian sekitar setahun yang lalu.
Saat itu kondisi Chaira yang baru berumur 15 bulan sangat lemah. Chaira ditransfusi darah hingga 17 kantong. Namun peristiwa itu membuat benjolan besar kanker yang menutupi bibirnya pecah dan mengempis.
Bibir Chaira lantas dibalut dengan kasa steril. Saat itu Chaira hanya bisa makan dan minum melalui selang. Dia dirawat intensif selama sekitar satu bulan di RSCM. Selama sebulan itu jugalah Shafiyah dan Zairin tidak menginjakkan kaki keluar dari RSCM.
Chaira, bocah penderita kanker stadium 4 bersama orang tuanya. Foto: dok: Zairin
Setelah kondisi Chaira mulai stabil dan dokter mengizinkan rawat jalan, pasangan ini mencari kos yang tak jauh dari RSCM. Sebab rangkaian pengobatan Chaira masih panjang. Dari biopsi, kemoterapi, hingga perawatan pasca-kemoterapi.
ADVERTISEMENT
Jika kondisinya melemah, Chaira harus dirawat intensif di rumah sakit hingga kondisinya stabil kembali. Setelah stabil, rangkaian prosedur biopsi-kemoterapi kembali dilanjutkan.
Saat ini usia Chaira 2 tahun 5 bulan. Selama sekitar 15 bulan dirawat di RSCM, Chaira sudah menjalani kemoterapi yang ke-9. Pertumbuhan fisiknya normal, hanya saja kepalanya botak karena efek kemoterapi. Asupan utama makanan dan minumnya disalurkan melalui selang.
"Selain dari selang, sekarang dia juga bisa makan langsung tapi sedikit-sedikit," kata Shafiyah.
Selama ini biaya pengobatan Chaira ditanggung BPJS. Zairin memperkirakan biaya pengobatan anak bungsunya selama ini jika dirupiahkan sudah lebih dari Rp 200 juta.
"Kalau bayar sendiri, utang sebesar itu mungkin saya tidak bisa melunasi seumur hidup," kata Zairin.
Chaira, bocah penderita kanker stadium 4 bersama orang tuanya. Foto: dok: Zairin
Meski pengobatan ditanggung, masih banyak pengeluaran lain yang harus mereka pikirkan. Zairin yang sudah tak lagi bekerja sejak merawat Chaira di RSCM, kesulitan membiayai keperluan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Bukan hal mudah bagi pasangan suami istri ini tinggal di Jakarta tanpa sanak saudara. Berbekal informasi dari sesama orang tua penyintas, Shafiyah dan Zairi membuka donasi online melalui platform pedulisehat.id.
Mereka menargetkan donasi sebesar Rp 60 juta dan baru terkumpul Rp 5 juta. Bagi Anda yang tergerak untuk membantu perjuangan Zairin dan Shafiyah, dapat menyalurkan bantuan di sini.