Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kaki pengkor Quasimodo menjadi bulan-bulanan. Jalannya terseret-seret, wajahnya buruk rupa, badannya bungkuk, tampilan tersebut membuat orang betah memaki-maki. Kepalanya besar, tubuhnya tinggi berbalut mantel ungu --yang kata mereka seperti jelmaan setan bungkuk.
ADVERTISEMENT
"Itu Quasimodo pemukul lonceng gereja. Quasimodo si Bungkuk dari Gereja Notre Dame! Quasimodo si mata satu! Quasimodo yang berkaki pengkor. Hore!”
"Perempuan yang sedang hamil sebaiknya membuang muka!" teriak salah satu mahasiswa dalam acara pemilihan Paus Kaum Dungu di Istana Keadilan.
Semua orang menutup muka. Penampilan Quasimodo --si monyet buruk rupa-- sungguh menyilaukan.
***
Begitulah sepenggal kisah dari Quasimodo, yang diambil dari novel karangan Victor Hugo, berjudul "The Hunchback of Notre Dame". Kisah di novel tersebut memiliki latar belakang di Katedral Notre Dame di Paris, yang bagian atapnya dilahap si jago merah pada Senin (15/4).
“The Hunchback of Notre Dame” menceritakan tentang kehidupan di gereja dan Paris pada abad ke-19. Gereja yang kala itu diagung-agungkan dengan kedudukannya menguasai kehidupan Paris. Kaum gerejawi dianggap sangat suci dan penting.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kekuasaan gereja yang absolut di masa itu bergesekan dengan otoritas Raja Louis XI sang penguasa Prancis.
Kisah novel "The Hunchback of Notre Dame" bermula ketika kelompok gereja dilarang untuk bersinggungan dengan nafsu duniawi termasuk mencintai.
Namun, hal itu tak berlaku pada Claude Frollo, uskup Gereja Notre Dame. Ia dikisahkan mencintai seorang gipsi. Kala itu, banyak dari warga Paris yang tidak menyukai keturunan gipsi dengan ragam alasan, termasuk identik dengan penyihir.
Namun stigma itu berubah ketika La Esmeralda, si penari jalanan, hadir dan membuat Frollo, juga Quasimodo, yang sudah diceritakan di atas, jatuh cinta dengan perempuan itu. Tarian dan pesona Esmeralda membuat siapa pun yang melihatnya langsung terbius.
ADVERTISEMENT
Quasimodo adalah anak angkat Frollo. Dia dipungut dan dibesarkan oleh Frollo, juga dipekerjakan untuk memukul lonceng gereja berkat tenaganya yang luar biasa.
Dalam novel, kita akan menemukan cerita bahwa saat itu Paris sedang merayakan Hari Raya Epifani dan Festival Kaum Dungu.
Festival itu akan dipilih seorang “Paus” buruk rupa dengan tujuan untuk ‘menghina’ kekuasaan gereja. Sederet orang-orang buruk rupa lalu diseleksi menjadi “Paus”.
Quasimodo yang ikut di festival itu menjadi peserta terburuk yang membuatnya berhasil dinobatkan menjadi Paus Kaum Dungu.
Di tengah arak-arakan festival, ia menatap Esmeralda. Kecintaannya terhadap gadis gipsi itu sempat membuatnya menculik Esmeralda di malam hari. Pengadilan memutuskan untuk memasung Quasimodo untuk sementara waktu.
Selain Quasimodo, ada tiga pria lainnya yang berlomba merebut hati Esmeralda. Mereka adalah si penyair Pierre Gringoire’, Claude Frollo, dan Phoebus: pasukan kerajaan.
ADVERTISEMENT
Kisah berlanjut ketika Esmeralda yang selalu dikuntit Gringoire. Phoebus de Chateaupers, perwira kerajaan, lalu menolong Esmeralda. Esmeralda akhirnya jatuh cinta pada Phoebus.
Meski risih dengan keberadaan Gringoire, kebaikan hati Esmeralda dimunculkan saat Gringoire diadili oleh Mahkamah Keadilan atas sebuah kasus. Mahkamah mengancam akan menghukum gantung Gringoire jika tak ada yang mau menikahinya.
Esmeralda lalu menjadi penyelamat dan bersedia menikah dengan Gringoire, dengan syarat dia tidak bersedia bercinta dengan Gringoire. Alasannya, ia masih percaya akan kutukan jika bercinta dengan orang yang tidak ia cintai.
Esmeralda hanya mencintai Phoebus. Namun sebaliknya, Phoebus hanya menginginkan tubuh dan kecantikan perempuan itu.
Puncak cerita hadir ketika Phoebus ditemukan tewas dan warga menuding Esmeralda adalah pembunuhnya. Esmeralda diancam akan dihukum digantung.
ADVERTISEMENT
Quasimodo, si buruk rupa baik hati, muncul menyelamatkan Esmeralda ketika ia hendak dieksekusi. Quasimodo membawa Esmeralda dan kambing ajaib peliharaan Esmeralda, Djali, di Notre Dame.
Mengetahui kejadian itu, Frollo cemburu buta. Pria itu memutuskan menculik Esmeralda dari tangan anak angkatnya sendiri.
Kisah akhirnya sungguh tragis: drama penculikan itu membuat Frollo dan Esmeralda jatuh dari reruntuhan bangunan menara Notre Dame.
Dan Quasimodo, hanya bisa menangis, meronta-ronta dengan badan bungkuknya itu, terdiam dalam sisa-sisa reruntuhan bangunan, dan sesekali membunyikan lonceng Notre Dame.
Novel ini lantas diangkat ke dalam film dengan beragam versi.