Kisah di Balik Pendaki Hipotermia yang Diduga Ditinggal Temannya

21 Juni 2018 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tas Gunung untuk Mendaki. (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Tas Gunung untuk Mendaki. (Foto: Pexels)
ADVERTISEMENT
Mendaki gunung haruslah mempunyai persiapan yang cukup. Bukan hanya perlengkapan mendaki yang memadai tapi juga kondisi fisik yang prima, pengetahuan yang mumpuni, serta emosi yang stabil.
ADVERTISEMENT
Sebab saat mendaki gunung, manusia dihadapkan dengan alam bebas yang kondisinya jauh berbeda dengan permukiman. Minimal pengetahuan tentang tata cara berkegiatan di alam bebas serta penanganan darurat harus dikuasai. Salah satu alasannya agar terhindar dari hipotermia.
Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
Seperti yang terekam dalam sebuah video diunggah di Instagram oleh akun @sriharyanti.gw pada Rabu (20/6). Dalam video tersebut seorang pendaki perempuan tampak memeluk pendaki perempuan lainnya dengan erat di pos pendakian Gunung Ciremai, Jawa Barat. Pendaki yang dipeluk tersebut diketahui terkena hipotermia.
Namun, yang membuat unggahan video tersebut ramai diperbincangkan karena pendaki perempuan yang mengalami hipotermia itu disebut telah ditinggalkan rombongannya mendaki ke puncak gunung. Sontak hal ini memicu komentar beragam dari netizen.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah unggahan tersebut dihujani komentar, akun @sriharyanti.gw mengunggah klarifikasi dan kronologi pendaki perempuan tersebut bisa sampai terserang hipotermia.
Dalam klarifikasi tersebut dijelaskan bahwa dalam satu rombongan ada 7 orang, termasuk Ayu (korban hipotermia) dan pacarnya, Alwi. Menurut temannya, korban hanya memakai kemeja dan jaket biasa.
"Iya itu saya dapat klarifikasi dari temannya korban sendiri," ujar pemilik akun @sriharyanti.gw saat dikonfirmasi kumparan, Kamis (21/6).
Kronologi kejadiannya bermula saat rombongan berjalan dari pos 4 ke pos 5. Korban saat itu sudah mulai kedinginan sehingga diputuskan untuk berhenti dan memberi pertolongan. Rombongan juga memutuskan untuk turun kembali ke pos 4.
"Yang 5 orang mutusin mendirikan tendanya agak atasan dari pos 4 karena tidak kebagian tempat. Kondisi Ayu saat itu sudah lemas digendong sama Alwi pacarnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Rekan korban lalu menggantikan baju serta memakaikan sarung tangan, kaos kaki, dan memberikan minyak angin pada korban. Selain itu, ranger gunung atau kelompok relawan pertolongan di gunung juga sudah dipanggil untuk menemani.
"Saat ranger-nya datang, kondisi korban sudah mulai membaik, dan dari 5 orang yang pisah tenda itu ada satu orang yang turun nanyain keadaan Ayu dan bilang sudah baikan," jelasnya.
Ketika rekan-rekan korban hendak mendaki puncak, mereka sudah mengingatkan korban untuk tidak ikut dalam rombongan tersebut karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Namun, korban tetap meminta untuk diikutkan dalam rombongan ke puncak karena merasa sudah baikan.
"Teman-teman sudah bilang jangan maksain buat ke puncak karena puncak itu enggak kemana-mana jangan maksain kalau enggak kuat mending di tenda saja ditemenin sama Alwi. Ranger juga udah enggak ngebolehin dia untuk ikut naik, tapi tetap maksa untuk ikut," paparnya.
ADVERTISEMENT
Ketika rombongan tiba di persimpangan Apuy dan Palutungan, Ayu dan Alwi izin untuk kembali ke Pos 5 pendakian sementara teman-temannya mencari ranger gunung untuk meminta bantuan.
"Jadi di situ, mereka (korban dan pacarnya) bukan ditinggal teman tetapi memang ingin kembali ke tenda, nah di perjalanan tiba-tiba langsung lemes dan kaku badannya. Sementara teman-temannya berusaha memanggil ranger di Pos Goa Walet," jelasnya.
Pendaki di puncak Gunung Ciremai (Foto: Flickr/anang maruf)
zoom-in-whitePerbesar
Pendaki di puncak Gunung Ciremai (Foto: Flickr/anang maruf)
Keterangan ini sekaligus membantah kabar yang beredar bahwa korban mengalami hipotermia karena ditinggal rekan-rekannya yang hendak mendaki ke puncak gunung.
Hipotermia memang menjadi momok menakutkan bagi pendaki gunung yang dampak terberatnya bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu, persiapan yang matang baik fisik maupun perbekalan, amat dibutuhkan sebelum melakukan pendakian.
ADVERTISEMENT
Pengetahuan penanganan hipotermia juga penting agar korban mendapatkan perawatan yang sesuai dan cepat pulih. Mendaki gunung bukan soal gaya-gayaan atau gagah-gagahan. Sebab alam bukan untuk ditaklukkan. Lebih jauh dari itu, mestinya pendaki lebih dahulu bisa menaklukkan egonya.