Kisah di Balik Wawancara Gibran dan Kaesang

31 Agustus 2017 20:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gibran dan Kaesang (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gibran dan Kaesang (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebuah kepastian wawancara diberikan Gibran Rakabuming kepada kumparan (kumparan.com) saat saya bertemu dengannya di sela perayaan HUT ke-72 RI di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Senang bukan main tentunya, apalagi, sudah sejak lama kumparan berharap untuk mewawancarai putra sulung Presiden Jokowi itu.
ADVERTISEMENT
"Ya sudah nanti saja di Solo, tanggal 27," ujarnya singkat kepada saya dengan wajah yang cool, Kamis (17/8).
Singkat cerita, Gibran bersedia diwawancara di Solo pada acara Car Free Day pada Minggu, 27 Agustus 2017. Saya, bersama presenter Annisa Sadino dan Videografer Cornelius Bintang bertolak ke Solo sehari sebelumnya, Sabtu 26 Agustus 2017. Wawancara akan dilakukan di sela Car Free Day, bertepatan dengan peluncuran kaos Sang Javas, clothing line perdana yang dimiliki adik bungsu Gibran, Kaesang Pangarep.
Kami bertiga meninggalkan hotel tempat menginap sekitar pukul 05.30 WIB. Kami tiba di Jalan Slamet Riyadi Solo yang menjadi arena Car Free Day sekitar pukul 06.00 WIB. Kemudian kami menemukan Gibran dan Kaesang di dekat Monumen Slamet Riyadi, Gladak, Solo.
ADVERTISEMENT
Setiba di lokasi, Gibran dan Kaesang masih sibuk dengan acara peluncuran Sang Javas. Seperti sebuah sesi dialog santai, Gibran dan Kaesang didaulat untuk blak-blakan soal kaos Sang Javas. Seorang pembawa acara yang lucu membuat suasana cair, jawaban-jawaban yang disampaikan Kaesang pun membuat warga yang mengerubuti peluncuran tersebut tertawa girang.
Gibran dan Kaesang (Foto: Ananda Teresia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gibran dan Kaesang (Foto: Ananda Teresia/kumparan)
Karena bertepatan dengan CFD, peluncuran Sang Javas pun diserbu oleh warga Solo. Mereka sebenarnya tak sabar untuk sekadar bersalaman dan sekadar selfie dengan dua putra Presiden Jokowi tersebut.
Suasana stan pagi itu sangat ramai. Ibu-ibu, remaja putri dan putra, bapak-bapak, sampai anak kecil tampak sigap memfoto Gibran dan Kaesang saat acara peluncuran masih berlangsung.
Saya langsung menuju bagian depan, mengambil beberapa foto untuk stok tulisan yang akan kami buat soal wawancara khusus dengan Kaesang dan Gibran. Seperti biasa, Kaesang selalu ramah. Melihat saya mengambil foto, ia kemudian memberikan kode menyapa meski masih berada di 'panggung.' Gibran mengangguk, seperti biasa dia memang selalu cool.
ADVERTISEMENT
Sesi peluncuran berakhir, seperti yang sudah diduga, warga langsung menyerbu Gibran dan Kaesang. Panas matahari sudah mulai terik meski saat itu baru jam 07.00 WIB pagi. Ramainya warga yang berebut untuk mendekat ke Gibran dan Kaesang, panas matahari serta riuhnya pawai di Car Free Day membuat suasana pagi itu hectic.
Suasana yang hectic itu membuat saya sedikit bingung, siapa yang mau saya wawancarai duluan. Gibran masih tampak sibuk pun Kaesang. Keduanya masih diserbu warga. Dengan suasana hectic seperti itu, Gibran dan Kaesang tampak sangat sabar melayani satu per satu warga yang minta foto.
Tak ada penjagaan khusus dari Paspampres. Memang ada Paspampres yang berjaga, tapi mereka mengenakan pakaian kasual. Hanya beberapa, tak sampai 5 orang. Gibran dan Kaesang tampak berbaur dengan warga. Tidak ada batasan, mereka larut di ramainya CFD. Paspampres juga tidak membatasi gerak keduanya.
ADVERTISEMENT
Sesi foto, bersalaman dilakoni dengan sabar. Saya pun juga menunggu. Tiba-tiba Gibran memanggil dari jauh.
"Sekarang saja mba, nanti keburu kelar CFD-nya," ujar Gibran.
Saya, Anisa dan Bintang langsung bersiaga menyambangi Gibran. Akhirnya wawancara digelar di stan kopi milik Gibran yang jualan di CFD. Stan kopi terbilang unik karena berada di sebuah mobil pikap panjang berwarna cokelat, lengkap dengan meja kayu.
Gibran cool, dia menjawab seluruh pertanyaan yang memang banyak dengan sabar. Saat wawancara kami jadi tontontan warga. Mereka dengan sabar menunggu Gibran selesai wawancara untuk foto dan salaman.
Wawancara berlangsung 10 menit. Saat dimulai, Gibran bertanya, "Clip on-nya sudah?"
"Sudah," jawab Bintang.
Wawancara selesai. Di akhir wawancara dia bilang. "Nanti cek lagi ya mbak. Kalau masih ada yang kurang atau nggak kerekam, wawancara lagi saja nanti sore," ujarnya masih dengan mimik datar.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulilah," kata saya dalam hati.
Sesi selanjutnya adalah Kaesang. Saya langsung menghampirinya usai wawancara Gibran. Ketika menghampirinya, Kaesang masih sibuk melayani satu per satu warga yang mendekatinya. Ia sabar sekali melayani mereka.Tak terlihat adanya penjagaan yang berlebihan meski status anak Presiden melekat.
Kaesang Pangarep (Foto: Ananda Teresia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaesang Pangarep (Foto: Ananda Teresia/kumparan)
"Sabar ya mbak, bentar ya mbak," kata Kaesang kepada saya yang sudah menunggu agak lama.
"Gapapa mas," ujarnya.
"Wawancara opo tho iki mbak," kata Kaesang lagi saat mulai wawancara.
Saya kemudian menjelaskan sedikit pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Maklum, saya belum janjian dengan Kaesang untuk wawancara khusus. Saya hanya janjian dengan Gibran. Saya pun cukup surprise Kaesang mau diwawancara. "Alhamdulilah," kata saya dalam hati.
Sambil nenteng kamera yang biasa digunakan untuk ngevlog, Kaesang langsung melayani wawancara. Sudah diduga, ia sangat 'ramai.' Beberapa pertanyaan dijawab dengan candaan. Wawancara berjalan mulus, sampai kira-kira menit kesepuluh. Bintang sang videografer memberikan kode ke saya.
ADVERTISEMENT
Kaesang (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaesang (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Wawancara selesai. Kaesang kocak. Kami foto-foto dan pamit sambil mengucap terima kasih.
Saya, Bintang, dan Anisa memutuskan makan siang di Soto Triwindu karena belum sarapan. Setelah itu kami hendak mengecek rekaman karena takut suara tak terekam. Kami harus memberitahu Gibran kalau mau wawancara susulan.
Sebentar, soto Triwindu itu enak pakai banget. Soto ayam bening pakai ayam dan jeroan macam paru, iso, otak goreng, babat dan cingur. Khas Solo. Soto Triwindu sedikit menghapus kekecewaan saya.
Saat sedang menikmati babat goreng, tiba-tiba Kaesang mengkontak saya, menawarkan wawancara sesi dua. Siapa yang bisa menolak.
"Alhamdulilah," kata saya dalam hati. Babat gorengnya terasa dua kali lebih enak. Akhirnya disepakati wawancara sesi dua berlangsung jam 15.00. Kaesang dan Gibran satu frame, sesuai pesanan BosQu di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, wawancara digelar di salah satu kantor Gibran yang terletak di Gang Jambu. Rumahnya keren. Bergaya Jawa kuno. Saya terkesima. Ini nih rumahnya:
kumparan ngobrol bareng Kaesang dan Gibran (Foto: Ananda Theresia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
kumparan ngobrol bareng Kaesang dan Gibran (Foto: Ananda Theresia/kumparan)
Wawancara in frame pun dimulai. Kaesang dan Gibran diwawancara bersama. Kali ini, Kaesang tetap ngocol. Gibran pun tampak lebih santai. Ia menimpali tiap becandaan yang disampaikan Kaesang. Gaya becanda Gibran sarkastik, nyinyir, tapi benar. Sindirannya menyinggung beberapa isu terkini, mulai dari isu sosial, kekinian, hingga politik. Apa ya? penasaran? Eits, tidak boleh disampaikan ke publik.
Nyinyirnya Gibran cocok dengan Kaesang. Mereka pun saling menimpali, dialognya hidup. Saya yang menyaksikan ketawa terkekeh. Penasaran? Lihat videonya di bawah sini:
Lalu kami minta mereka main kuis yang jadi ciri khas kumparan. Lagi-lagi jawaban keduanya bikin ngakak. Penasaran? lihat di sini:
ADVERTISEMENT
Kira-kira begitulah cerita di balik wawancara Gibran dan Kaesang. Seru enggak? Kalau seru tolong dilove ya. Makasih sudah menyimak.