news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Eko Yuli, Penggembala Kambing yang Raih Emas di Asian Games

30 Agustus 2018 10:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eko Yuli, atlet angkat besi (Foto: AFP/Goh Chai Hin)
zoom-in-whitePerbesar
Eko Yuli, atlet angkat besi (Foto: AFP/Goh Chai Hin)
ADVERTISEMENT
Eko Yuli tak pernah menyangka, hobinya mengintip atlet latihan angkat beban, kini menjadikannya atlet angkat besi dengan segudang prestasi. Prestasi Eko Yuli kini sudah mendunia dan bahkan dijuluki sebagai manusia terkuat se-Asia. Terbaru, dia menyumbangkan emas di Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Nama pria berusia 29 tahun itu kini sudah tidak asing di telinga masyarakat. Sikapnya tetap ramah menyambut seseorang yang menyapanya. Mengenakan baju lengan pendek berwarna merah, pria asal Lampung ini mengisahkan perkenalannya dengan dunia angkat besi.
Kala itu, Eko masih berusia 12 tahun. Rumahnya yang tidak terlalu jauh dari tempat latihan para atlet angkat besi membuatnya penasaran dengan olahraga yang mengandalkan otot itu.
Pikirnya saat itu, orang yang mengangkat beban hingga ratusan kilogram sangat keren. Karena itu lah Eko tak pernah absen untuk menonton. Memanfaatkan celah pintu yang terbuka, Eko dan teman-temannya memperhatikan pergerakan atlet latihan.
Eko Yuli, atlet angkat besi. (Foto: Marissa Krestianti/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Eko Yuli, atlet angkat besi. (Foto: Marissa Krestianti/Kumparan)
Tak jarang Eko diusir oleh pelatih karena dianggap mengganggu para atlet latihan. Pasalnya ia bersama teman-temannya sering berlarian di depan ruang latihan sehingga mengganggu konsentrasi atlet.
ADVERTISEMENT
Pelatih yang melihat aksi Eko dan teman-temannya merasa geram. Akhirnya, Eko dan teman-temannya diajak untuk ikut serta latihan bersama para atlet. Namun syaratnya Eko harus mengenakan celana pendek dan memakai sepatu.
"Kalau pengin masuk harus pakai celana pendek dan sepatu, akhirnya kita coba aja dan ditawari latihan ya sudah coba-coba saja," ujar Eko saat ditemui di kediamannya di Griya Prima Lestari, Bekasi , Jumat (6/8).
Lifter Indonesia Eko Yuli peraih emas saat berfoto bersama medalinya usai menjuarai angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8/2018). (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lifter Indonesia Eko Yuli peraih emas saat berfoto bersama medalinya usai menjuarai angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8/2018). (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Setelah beberapa kali ikut latihan, Eko merasa cocok dengan olahraga angkat besi. Dia pun semakin rutin dan serius berlatih.
Di sela-sela kesibukannya berlatih ia tidak pernah melupakan tanggung jawabnya membantu orang tua, yakni mengurusi kambing tetangga. Sebagai penggembala kambing, Eko sering mengajak kambing-kambingnya datang ke lokasi latihan.
ADVERTISEMENT
Setelah berkeliling mencari makan untuk kambingnya, ia datang ke tempat latihan. Eko mengikat kambing-kambingnya di pagar agar tak kabur saat dirinya berlatih. Kebiasaan itu terus dilakukan Eko, sampai akhirnya ia diminta pelatih untuk ikut kejuaraan tingkat nasional.
Eko tak pernah menyangka, di kejuaraan nasional tingkat remaja yang pertama kali diikutinya itu, dia dapat merebut emas. Kemenangan itu membuatnya terus ingin meraih prestasi dan mengharumkan nama Indonesia.
"Pelatih bilang kalau ingin mendapatkan bonus dari olahraga angkat besi harus bisa juara olimpiade. Dari situ saya termotivasi untuk tembusin olimpiade, nargetin emas olimpiade. Di sisi lain ingin bantu orang tua," jelas Eko.
Eko Yuli, atlet angkat besi. (Foto: Marissa Krestianti/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Eko Yuli, atlet angkat besi. (Foto: Marissa Krestianti/Kumparan)
Latihan demi latihan semakin giat Eko lakukan. Dia rela mengesampingkan pendidikannya demi meraih emas di setiap kejuaraan. Guru dan teman-teman sekolahnya menyebut Eko dengan “buronan”, karena kebiasaannya yang sering bolos sekolah demi latihan menjelang pertandingan.
ADVERTISEMENT
Dia berhasil membuktikan kepada guru-gurunya bahwa aksi membolosnya tak sia-sia. Dia mengharumkan nama baik sekolah dengan menjuarai SEA Games 2007.
Sejak saat itu, Eko mampu mengangkat derajat ibunya yang berprofesi tukang sayur dan ayahnya yang berprofesi tukang becak. Bagi Eko, inilah kebahagiaan yang tak terdefinisikan. Eko membeli rumah untuk keluarga dan sisanya ia berikan kepada ayah dan ibunya untuk ditabung.
Lifter Indonesia Eko Yuli saat pertandingan angkat besi kategori 62 kg. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lifter Indonesia Eko Yuli saat pertandingan angkat besi kategori 62 kg. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Asian Games
Kemenangan yang sering ia raih dalam berbagai pertandingan angkat besi, membuat Eko sebagai lifter andalan Indonesia. Asian Games 2018 ini, Eko pun tak tertinggal untuk ikut serta meraih medali emas. Tekadnya kuat untuk meraih kemenangan.
Demi mempersiapkan hal tersebut Eko berlatih mati-matian untuk mendapatkan hasil yang optimal. Karena ia percaya fisik yang prima merupakan aset utama lifter bagi seorang lifter.
ADVERTISEMENT
“Jadi mesti latihannya lebih ya yang diberikan pelatih atau kita punya program sendiri, karena angkat besi individu, sukses sendiri , gagal sendiri , kita tahu lah di indonesia, kalau gagal ya yang sabar , kalau menang ya selamat , udah itu saja kan, jadi harus berjuang untuk menang,” ujar bapak dua anak ini.
Emas Para Juara Asia (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Emas Para Juara Asia (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
Menjelang Asian Games 2018, Eko mengaku fokusnya terbagi dua antara keluarga dan pertandingan. Terlebih lagi sang istri yang sedang mengandung anak kedua saat itu. Tak jarang istrinya meminta perhatian lebih dari Eko. Menurutnya itu adalah salah satu ujian dalam menjelang pertandingan.
Untung saja, sang istri yang dahulu juga berprofesi sebagai atlet angkat besi mencoba untuk mengalah dan memahami kemenangan sang suami didedikasikan untuk keluarga.
ADVERTISEMENT
“Cuman kalau kondisi yang sedang hamil terkadang yang lain aja belum pulang ke mess tapi kalau ini pengen buru-buru pulang sih gitu kan yah, agak sensitif, banyak sleknya disitu, cuman karena ingin diperhatiin, cuman disisi lain kita juga punya target, ya paling saat kita jauh kalau lewat telfon pasti ribut jadi ngalah dulu, pas pulang baru dijelasin, maksudnya begini begini lama-lama paham,” jelas Eko.
Lifter Indonesia Eko Yuli peraih emas saat berfoto bersama medalinya usai menjuarai angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8/2018). (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lifter Indonesia Eko Yuli peraih emas saat berfoto bersama medalinya usai menjuarai angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8/2018). (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Pada Asian Games 2018, Lifter 29 tahun asal Lampung tersebut mengaku bertekad memperbaiki prestasinya di dua Pesta Olahraga Terbesar Asia sebelumnya, yaitu medali perunggu dari POTA 2014 Incheon dan 2010 Guangzhou. Dan juga pada ajang Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, yang hanya bisa ia sebet medali perak.
ADVERTISEMENT
Setelah gagal menyebet emas di ajang perlombaan tersebut, Eko Yuli akhinya dapat mempersembahkan emas untuk Indonesia di ajang Asian Games 2018.
Lifter Indonesia Eko Yuli melakukan angkatan 'Snatch' angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8). (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lifter Indonesia Eko Yuli melakukan angkatan 'Snatch' angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8). (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Eko berhasil menang dalam cabor angkat besi nomor 62 kg putra. Ia sukses mengentak penonton di Hall A Jakarta Internasional Expo (JIEXPO) Kemayoran, Selasa(21/8). Bersaing dengan 8 atlet Asia lainnya, Eko unggul dengan total 311 kg (snatch 141 kg, clean and jerk 170 kg).
Pria yang dijuluki pria terkuat se Asia itu mengharapkan pertandingannya ditoton oleh RI 1. Hati kecilnya mengaku iri dengan Defira Rosmaniar, atlet taekwondo, yang pertandingannya ditonton oleh Presiden Jokowi.
Harapan besar Eko terwujud, pertandingannya tidak hanya ditonton oleh masyarakat Indonesia tapi juga ditonton oleh Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Kita buktiin kalau di depan beliau, di depan menteri dan disiarin di TV juga, se-Indonesia juga tahu cabor apa ini, cabor angkat besi, dapat medali dan kita bisa dapetin emas, kalau frontalnya buat pamer, bukan sayanya tapi buat angkat besinya,” tutur pria yang mengidolakan Cristiano Ronaldo ini.
Bagi Eko Yuli, Ronaldo bukan hanya sekadar idola, tapi juga penyemangat latihan.
“Dia itu semangatnya tinggi banget, orang-orang selesai latihan dia masih di lapangan untuk terus berlatih. Orang yang enggak banyak tahu itu, cuma tahu kesuksesannya aja. Jadi saya mengidolakan semangatnya yang selalu membara,” pungkasnya.
---------------------
Simak cerita mereka selengkapnya dalam konten spesial kumparan dengan follow topik Emas Para Juara Asia.
ADVERTISEMENT