Kisah Erwin yang Gelar “Resepsi Poligami” dengan 3 Perempuan

4 Desember 2017 9:46 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pernikahan pria dengan tiga orang wanita (Foto: Facebook @Khamalludin)
zoom-in-whitePerbesar
Pernikahan pria dengan tiga orang wanita (Foto: Facebook @Khamalludin)
ADVERTISEMENT
Suherwin atau Erwin, seorang pengusaha Cirebon, Jawa Barat, bikin geger setelah potret dan rekaman resepsi pernikahannya dengan tiga perempuan viral di jagat maya. Pada foto dan video yang beredar luas itu, tampak pengantin pria menggenakan pakaian berwarna biru, sedangkan tiga pengantin wanita yang mendampinginya bergaun biru, merah, dan oranye.
ADVERTISEMENT
Foto dan video itu pertama kali diunggah oleh Khamalludin di dinding Facebook-nya. Ia mengatakan, pernikahan itu dilaksanakan di Cirebon, Minggu (26/11). Foto “langka” itu jelas mengundang komentar netizen. Pun bila seorang lelaki berpoligami, mereka biasanya menikah dengan para perempuannya tidak sekaligus dalam satu waktu--meski kasus menikah sekaligus dengan dua perempuan pernah terjadi.
Tapi tiga? Maka warganet tentu tak tahan untuk tak urun pendapat. Sebagian mendoakan Erwin dan istri-istrinya menjadi keluarga sakinah, sedangkan sebagian lainnya terang-terangan menunjukkan rasa tak suka, menganggap hal itu terlalu mengada-ada.
Usut punya usut, Khamalludin si pengunggah foto video resepsi poligami tersebut merupakan kakak dari salah satu pengantin wanita. “Adik saya yang pakai baju kuning (oranye),” ujarnya, Selasa (28/11).
ADVERTISEMENT
Sosok pengantin lelaki itu, Erwin, ialah warga Perumahan Bumi Arum Sari, Kecamatan Talun, Cirebon. Ia berusia 38 tahun. Sementara ketiga istrinya adalah Nunung Nurjanah (bergaun biru, 31 tahun), Mimin (bergaun merah, 30 tahun), dan Solihatun Nafisa (bergaun oranye, 18 tahun).
Khamalludin yang tak sengaja memviralkan kabar resepsi tersebut, adalah kakak kandung Solihatun Nafisa, istri termuda Erwin.
Erwin sendiri kaget ketika mendengar foto resepsinya tersebar luas di media sosial. Ia tidak berteman dengan Khamalludin sang adik ipar di Facebook, sehingga tak tahu foto dan video resepsinya diunggah di medsos.
“Saya enggak tahu Facebook-nya Khamalludin. Tahu-tahu ada postingan seperti itu. Saya tahu dari teman-teman saya,” ujar Erwin yang menyayangkan Khamalludin mengunggah foto dan video resepsi itu tanpa seizinnya.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, Erwin tak ingin mempublikasikan resepsinya itu kepada publik. Ia tak mau pernikahannya jadi pembicaraan banyak orang. Apalagi, kata Erwin, sejumlah media memberitakan tanpa konfirmasi dan klarifikasi lebih dulu. Pun wajah istri-istrinya terpampang di halaman muka koran lokal.
Menurut Erwin, “Wajah istri saya itu aurat, harus minta izin saya dulu.”
Erwin  (Foto: Nugraha Satia Permana /kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Erwin (Foto: Nugraha Satia Permana /kumparan)
Erwin mengatakan, resepsinya sesungguhnya tak seperti yang dipikirkan orang banyak. Sebab, kata Erwin, acara itu sebetulnya peringatan maulid nabi yang diselenggarakan secara mandiri olehnya.
“Intinya itu acara maulidan, tetapi memang diselingi oleh resepsi,” kata Erwin kepada kumparan di Cirebon, Kamis (30/11).
Acara maulid nabi itu, ujar Erwin, diisi pembacaan kitab maulid diba dan barzanji. Ini tradisi peringatan maulid nabi yang biasa dilakukan di pondok-pondok pesantren Cirebon.
ADVERTISEMENT
Maulid diba dan barzanji ialah syair-syair sanjungan kepada Nabi Muhammad beserta kisah perjalanan hidupnya yang diuntai dengan kata-kata indah, bisa dilagukan dalam kasidah.
“Jadi saya tidak bikin surat undangan pernikahan, juga tidak memanggil teman-teman saya untuk datang,” ujar Erwin.
Terpenting, kata Erwin, dia tidak melakukan akad nikah dengan tiga perempuan di hari yang sama. Yang benar adalah: ia sembari menggelar maulid nabi, juga melangsungkan syukuran atas pernikahannya dengan istri ketiga, Solihatun Nafisa.
Pernikahan pertama Erwin dengan Nunung Nurjanah sudah berlangsung 8 tahun lalu.
“Saya menikahi istri pertama pada tahun 2009, diramaikan, foto-foto pernikahannya juga ada,” kata dia.
Dari istri pertamanya itu, Erwin dikaruniai tujuh orang anak. Jarak antarkelahiran mereka dekat-dekat, sebab Erwin menolak segala penggunaan alat kontrasepsi pada istrinya
ADVERTISEMENT
Awal 2016, Erwin kembali menikah untuk kali kedua. Ia menikahi teman istrinya, Mimin. Mimin dan istri pertamanya satu pondok pesantren. Mimin merupakan janda dengan satu anak yang ditinggal mati suaminya.
Tak seperti pernikahan dengan istri pertama, pernikahan Erwin dengan Mimin dilakukan dengan akad nikah saja, tanpa resepsi.
Selanjutnya pada 26 November 2017, Erwin memutuskan untuk menikah lagi. Kali ini ia menikahi Solihatun Nafisa, seorang gadis yang baru lulus dari pondok pesantren.
Nah, jika Mimin istri kedua Erwin merupakan teman pesantren Nunung sang istri pertama, Solihatun istri ketiganya kini merupakan anak dari teman pengajian Nunung.
Erwin menunjukkan album pernikahan. (Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Erwin menunjukkan album pernikahan. (Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan)
Jadi, pada hari Minggu di akhir November 2017 itu, Erwin sesungguhnya menghelat maulid nabi plus resepsi atas pernikahannya dengan Solihatun.
ADVERTISEMENT
Namun, ujar Erwin, sebagai wujud rasa sayang terhadap ketiga istrinya, juga untuk menyenangkan istri kedua yang belum pernah merasakan resepsi pernikahan, pada hari istimewa itu, seluruh istrinya didandani layaknya pengantin baru.
“Idenya dari istri pertama. Supaya semua ngerasain didandanin, biar ada kenangannya walaupun terlambat. Yang penting kan ada kenangannya jadi pengantin.”
Tentu saja Erwin paham pernikahannya itu menuai cibiran negatif dari orang-orang sekitar, meski tak kurang sedikit pula yang mendukungnya.
“Kadang kala orang berpikir poligami itu hanya menuruti hawa nafsu. Tapi kalau semua orang berpikiran soal nafsu, punya satu istri juga punya nafsu. Tetapi itu bukan sesuatu (faktor) yang dominan,” kata pengusaha kaca itu.
Menurut Erwin, pernikahannya “Didasari untuk menunaikan perintah agama.”
ADVERTISEMENT
Ia berpendapat, poligami yang ia lakukan kini ialah takdir ilahiah yang tak dapat ia tolak.
Erwin mengatakan, Alquran memang membolehkan laki-laki untuk menikahi lebih dari satu perempuan. Tetapi, kata dia, jangan pernah lakukan poligami kecuali ada rahmat dari Allah.
Salah satu tanda adanya rahmat tersebut, kata Erwin, ialah apabila ada perempuan yang datang dengan sendirinya dan minta dinikahi.
“Saya dulu pas masih punya istri satu, banyak perempuan yang ngebel (menghubungi) minta dinikahi,” ujarnya.
Menurut Erwin, soal poligami yang tersirat dalam surat An-Nisa bukanlah keharusan atau kewajiban, melainkan perkara kemampuan dan takdir.
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nisa: 129]
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan Erwin, takdir soal poligami serupa dengan membeli rokok. Bila memang mampu membeli empat batang rokok dan persedian ada, kenapa tidak? Namun jika persediaan hanya ada dua, satu, atau bahkan nihil, ya tidak usah membeli.
“Puasa saja,” kata Erwin.
Tafsir soal poligami tentu berbeda antara satu orang dengan lainnya. Yang jelas, Erwin tak pernah merasa kesulitan memiliki tiga istri. Dengan ketiga istrinya yang sama-sama lulusan pesantren, Erwin merasa mereka sama memahami, tak punya rasa iri dan dengki di hati.
Ketiga istrinya, ujar Erwin, bahkan tak pernah meminta nafkah kepadanya, meski dia selalu mencukupi kebutuhan mereka secara adil.
Soal pembagian peran di dalam rumah, kata Erwin, istri-istrinya saling membantu, terutama dalam mengurus tujuh orang anak dari istri pertama.
ADVERTISEMENT
“Selama ini kalau istri pertama sakit, istri kedua yang mengurus anak-anak. Kalau yang kedua sakit, istri pertama yang mengurus,” ujarnya.
Erwin paham banyak kabar tak sedap beredar tentangnya karena jalan poligami yang ia pilih. Namun, kata dia, sebaiknya jangan membenci meski tak suka dengan pilihannya.
Erwin menunjukkan album pernikahan. (Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Erwin menunjukkan album pernikahan. (Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan)
Nunung, istri pertama Erwin, juga menyayangkan cibiran negatif orang-orang terhadap poligami yang dilakukan suaminya. Ia, lebih-lebih, tak suka dengan cibiran dari kaum lelaki--yang, menurut Nunung, sebenarnya sebagian dari mereka pun pada dasarnya menginginkan poligami, hanya tak diizinkan oleh istri.
Nunung mengakui pula, pada dasarnya tak ada istri yang ingin dimadu, termasuk dirinya. Namun, kata dia, ada hal yang jauh lebih penting dari cemburu kepada sesama perempuan.
ADVERTISEMENT
Sementara agama membolehkan poligami, Nunung cemas praktik tersebut dihindari karena tidak ada sosok yang dapat memberikan contoh yang baik. Dengan kata lain, jika praktik poligami yang berlangsung cenderung negatif, maka jelaslah penolakan akan kian santer.
“Kalau tidak dicontohkan sama kami, sama siapa lagi? Nanti kan keturunan kami juga tahu bahwa leluhurnya melakukan hal tersebut. Takutnya, mereka menolak poligami karena tidak ada contoh yang baik.”
Bila poligami untuk mengangkat martabat perempuan, lantas kenapa tidak pilih janda tua, jomblo tua, atau wanita miskin sekalian?
Pertanyaan semacam itu kerap diterima Erwin. Dan Nunung punya pendapat sendiri. Sebab, katanya, mencari “teman” yang satu hati dan satu pemikiran, baik dengan Erwin maupun dia selaku istri pertama Erwin, itu sulit.
ADVERTISEMENT
“Meski saya banyak kenal dengan janda tua, tetapi mencari yang satu hati seperti yang sekarang ini (dua istri Erwin lainnya), belum tentu ada. Sementara status pernikahan itu untuk selamanya,” kata Nunung.
Syarat izin poligami. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Syarat izin poligami. (Foto: Istimewa)
Secara sederhana--meski pembahasan dan perdebatannya dari zaman ke zaman jauh dari kata “sederhana”, poligami mungkin akhirnya perkara pilihan, baik untuk lelaki maupun perempuan yang dimadu.
Apa yang tercantum dalam kitab suci soal poligami ditafsirkan berbeda-beda. Semua itu, tentu, kembali kepada masing-masing individu. Namun perbedaan pandangan tak semestinya membuat satu sama lain saling mengejek.