Kisah Fadli: Pebalap Motor, Kecelakaan, Bangkit Jadi Atlet Paracycling

12 September 2018 11:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet paracycling, Muhammad Fadli Immamudin. (Foto: Instagram @mfadly43)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet paracycling, Muhammad Fadli Immamudin. (Foto: Instagram @mfadly43)
ADVERTISEMENT
Atlet Paracycling Muhammad Fadli Immamudin hadir dalam perayaan Para Village Festival untuk menghitung mundur 100 hari menuju pelaksanaan Asian Para Games 2018.
ADVERTISEMENT
Dalam acara ini, Fadli berbagi pengalaman kariernya yang semula merupakan seorang pebalap motor menjadi atlet paracycling.
“Waktu kelas 1 SMA, saya mulai tertarik dengan balap motor. Setelah kecelakaan, saya tidak tahu mau ngapain. Tapi jiwa kompetisi saya masih kuat. Awalnya, saya main sepeda untuk mengembalikan kondisi fisik setelah istirahat total selama setahun,” kata Fadli seperti dikutip dari laman Asian Para Games 2018, Rabu (12/9).
Awal mula perjalanan karier paracycling Fadli ketika dirinya bertemu dengan Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari yang waktu itu juga menjabat sebagai ketua INAPGOC. Pertemuan ini kemudian menjadikan Fadli sebagai atlet paracycling Indonesia pertama setelah Okto mengajaknya.
Kariernya kemudian melesat. Hanya tiga bulan berlatih, Fadli menjadi perwakilan Indonesia di Kejuaraan Balap Sepeda Asia 2017 di Bahrain dan berhasil meraih posisi keempat.
ADVERTISEMENT
Fadli memang merupakan sosok yang sangat inspiratif. Bagaimana tidak, Fadli berhasil bangkit menjadi atlet paracycling pertama dari Indonesia, usai menang di ajang Supersport 600cc Asia Road Race Championship di Sirkuit Sentul awal Juni 2015 silam, Fadli harus kehilangan kaki kirinya.
Kejadian ini bermula ketika Fadli berhasil melewati garis finis.Tentu sebagai pemenang, Fadli berselebrasi dengan mengurangi kecepatannya di pinggir sirkuit dan melambaikan tangannya. Nah, saat itulah kejadian nahas menimpanya. Saat itu pembalap asal Thailand Jakkrit Sawangswat menghantam kaki kiri Fadli.
Atlet paracycling, Muhammad Fadli Immamudin. (Foto: Instagram @mfadly43)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet paracycling, Muhammad Fadli Immamudin. (Foto: Instagram @mfadly43)
Akibatnya, Fadli kemudian menjalani perawatan dan program pengobatan untuk pemulihan kaki kirinya. Namun, ternyata syaraf-syaraf di kaki kirinya tak mampu lagi untuk pulih seperti semula. Kaki kiri Fadli diamputasi dan kariernya sebagai pembalap motor pun harus kandas.
ADVERTISEMENT
Untuk memulihkan kaki kirinya, Fadli kemudian menjalani pemulihan selama enam bulan dan beradaptasi dengan kondisi tubuhnya pascatragedi itu.
“Setelah itu saya melakukan hal-hal kecil yang saya bisa. Karena berbulan-bulan istirahat, bangun kemudian berjalan saya merasa pusing,” ungkap Fadli seperti dikutip dari Antara.
Mulai beradaptasi dengan kondisi barunya, Fadli kemudian mulai menyusun menu olahraganya guna mengembalikan stamina tubuhnya. Ia mulai terbiasa dengan kaki palsunya dan kondisinya berangsur membaik.
Fadli kemudian rutin bersepeda sebagai olahraga yang dilakukannya. Tak disangka, ternyata tekad kuat Fadli untuk bersepeda membuat mantan atlet balap Indonesia Puspita Mustika Adya tertarik melatih Fadli bersepeda secara profesional.
Sumber semangat Fadli berasal dari keluarganya yang tak lain istri dan anaknya yang lahir setelah kecelakaan tragis yang dialaminya. “Sebenarnya itu mengalir saja, pada saat kecelakaan oke kecelakaan. Namun setelah periode itu masa saya harus terpuruk terus?” tuturnya.
ADVERTISEMENT
“Istri dan anak saya menjadi semangat saya untuk bangkit. Bagaimana pun juga, saya adalah kepala keluarga bagi mereka. Saya tidak boleh duduk-duduk saja,” katanya.
Atlet paracycling, Muhammad Fadli Immamudin. (Foto: Instagram @mfadly43)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet paracycling, Muhammad Fadli Immamudin. (Foto: Instagram @mfadly43)
Rutinitas bersepeda yang dilakukan Fadli kemudian membawanya kepada tawaran untuk menjadi atlet sekaligus menjadi instruktur di sebuah sekolah balap.
“Saya rasa peluang untuk kembali menjadi olahragawan tidak akan muncul jika saya tidak menunjukkan tekad untuk pulih,” ungkapnya.
Kecelakaan tragis yang menimpa Fadli tak lantas membuatnya trauma dengan dunia balap motor. Ia kembali ke dunia balapan sebagai instruktur untuk Honda Racing dan membangun sekolah 43 Racing School. Sekolah ini mendidik pembalap muda yang berbakat dengan umur di bawah 20 tahun.
Awal karier Fadli di dunia balapan motor tidaklah mudah. Fadli menceritakan, semula orang tuanya tidak mendukungnya di dunia balapan. Dulu, Fadli juga belum memiliki motor sendiri. Bahkan untuk berangkat lomba atau latihan Fadli harus berangkat sendiri dengan menggunakan angkutan umum.
ADVERTISEMENT
Baginya, kunci menjadi pembalap sukses bukanlah fasilitas atau dukungan finansial dari orang tua, melainkan tekad kuat diri sendiri untuk menggali kemampuan.